Oleh Bagus Ragil Pratama
Pagi ini ketika membuka handphone, informasi pertama yang saya dapat adalah dibukanya tempat wisata baru yang terletak di ujung selatan Kota Metro. Taman wisata alam yang diberi nama Kedung Bundar itu resmi dibuka untuk umum khususnya untuk warga kelurahan Rejomulyo, Metro Selatan. Taman wisata tersebut bukan hanya satu-satunya di Metro Selatan, akan tetapi ada beberapa tempat wisata seperti Taman Pada Grojok, Alas Puri di Bumi Perkemahan, Jembatan Gantung, dan beberapa taman lain yang berada di area persawahan Rejomulyo. Kalau ditotal ada lebih dari lima tempat wisata di kecamatan Metro Selatan saja. Itu baru di Metro Selatan, kalau mau lebih luas lagi kita bisa lihat kemegahan Masjid Taqwa di Metro Pusat yang cukup instagramable untuk dijadikan spot berfoto. Akan sedikit lebih asri mungkin jika berkunjung ke Taman Ki Hajar Dewantara di Metro Timur, atau yang sempat populer beberapa tahun terakhir yaitu Wisata Rakyat Dam Raman di Metro Utara, serta Hutan Kota yang ada di Terminal Mulyojati, Metro Barat. Hampir setiap kecamatan memiliki tempat-tempat yang eye catching untuk mengajak keluarga pergi berwisata dengan low budget.
Tidak heran jika di Metro banyak sekali bermunculan tempat wisata baru, bahkan beberapa fasilitas publik disulap menjadi apik hingga terlihat elok untuk sekadar dipandang. Saya ingat beberapa tahun lalu pernah menghadiri sebuah forum publik yang salah satu narasumber adalah pimpinan Bappeda Kota Metro. Dalam forum diskusi tersebut pemerintah mencanangkan program Kota Metro sebagai Kota Pendidikan dan Wisata Keluarga. Perlu diapresiasi peran pemerintah dalam membangun wisata keluarga karena berkat program tersebut Kota Metro terlihat lebih cantik dan berpotensi menarik masyarakat dari luar daerah untuk berkunjung ke Metro. Sehingga sangat wajar apabila Metro menjadi pusat rekreasi bagi masyarakat Metro sendiri dan juga sekitarnya, apalagi ditambah dengan berdirinya Tugu Meterm yang berdiri tepat di pusat kota yang menjadi landmark Kota Metro.
Namun demikian, ternyata tidak hanya tempat wisata yang banyak bermunculan, akan tetapi beberapa kios dan outlet kuliner hadir memenuhi hiruk-pikuk kehidupan di Kota Metro. Pedagang kaki banyak hadir dengan menawarkan berbagai macam sajian, baik dari makanan tradisional, bahkan sampai kepada makanan luar negeri, seperti makanan khas Jepang. Mungkin kita semua pun masih ingat keterkenalan ayam geprek dan thai tea beberapa dekade lalu yang sangat mendominas. Lalu akhir-akhir ini bermunculan berbagai macam kuliner baru. Akhir-akhir ini pula fried chicken pun juga marak bermunculan, hampir di setiap sudut kota berdiri kios fried chicken dengan berbagai nama. Hal ini juga masuk dalam kompetisi perkulineran di Kota Metro. Jika kita berkendara di jalan Ki Hajar Dewantara saja, sisi kanan kiri jalan pasti akan banyak kita temui berbagai macam kios dan rumah makan dengan berbagai macam menu spesial masing-masing.
Lalu bagaimanakah dengan dunia pendidikan? Bagaimanakah eksistensi dunia pendidikan di Kota Metro saat ini? Sangat disayangkan bahwa motto Kota Metro sebagai kota pendidikan nampaknya hari ini terasa lebih redup dari tahun-tahun sebelumnya. Apakah ini akibat dari pandemi Covid-19? Hal ini juga masih harus dikaji ulang. Jelas sSaya merasa ada beberapa ruang-ruang penting di dunia pendidikan yg belum terurus. Kenapa saya katakan demikian, jika kita mau lihat kembali, tidak usah kita lihat berapa jumlah toko buku yang ada di Metro. Tapi mari kita lihat, berapakah jumlah perpustakaan umum yang berada di Kota Metro. Ketika saya berkunjung ke daerah-daerah di luar Lampung, ada banyak sekali WiFi Corner sebagai sarana masyarakat dalam mengakses informasi.
Mari kita lihat, sudahkah akses internet di Kota Metro disediakan secara masif? Saya sebenarnya sangat berharap bahwa di masing-masing kelurahan bisa berdiri perpustakaan-perpustakaan yang dapat diakses oleh masyarakat sehingga selain untuk menyediakan fasilitas pendidikan bagi masyarakat, tetapi juga dapat dijadikan sebagai alternatif belajar siswa di masa pandemi ini. Saya khawatir bila ternyata motto Kota Metro sebagai kota pendidikan ternyata tidak memiliki perbedaan kapasitas keilmuan apapun dibandingkan dengan masyarakat di luar Metro. Maka saya berharap keberhasilan pemerintah dalam membangun sarana umum dan tempat wisata dapat diimbangi dengan pembangunan karakter moral melalui pengembang dunia pendidikan.
Editor : Dwi Novi Antari
Gmna ya?