Oleh : Renci
Pembelajar yang semangat mampu berpikir kritis dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi seringkali adalah sosok pemuda yang selalu dikaitkan bahkan disebut dengan aktivis. Karakter tersebut harus melekat pada pundak seorang pelajar, mahasiswa maupun pemuda-pemudi.
Menjadi seorang aktivis di tingkatan pelajar maupun mahasiswa, tentu merupakan sebuah tantangan yang luar biasa, pasalnya jiwa pemuda masih identik dengan senang-senang. Tentu, ketika mereka harus terjun ke dunia organisasi, waktu senggang mereka akan berkurang.
Ada banyak sekali gerakan maupun organisasi yang bisa kita ikuti, jika kita ambil contoh di persyarikatan Muhammadiyah, maka kita akan mengenal organisasi Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) dan di tingkatan pemuda ada Pemuda Muhammadiyah. IPM dan IMM sebagai salah satu organisasi otonom (ortom) persyarikatan Muhammadiyah berperan sangat penting bagi proses pengkaderan pelajar dan mahasiswa sebagai calon pemimpin di masa yang akan datang, baik melanjutkan estafet kepemimpinan persyarikatan atau sebagai kader umat, bangsa dan negara.
Maka, penting untuk membentuk jiwa kader IPM dan IMM yang tidak pragmatis dan cenderung destruktif-kontributif dalam pengembangan dan kemajuan organisasi. Oleh sebab itu, penting untuk kader IPM maupun IMM memasifkan pola pergerakan ngaji, diskusi, implementasi.
Pertama, ngaji. Sebagai sebuah organisasi, sudah seharusnya menghendaki kadernya memiliki kemampuan moral, akhlak, karakter pribadi untuk mendukung keunggulan intelektual. Dengan kekuatan moral dan akhlak yang baik, kader IPM maupun IMM diharapkan mampu menjadi penerus, meminjam istilah agama yaitu sebagai khalifah fil ardh, sebagai pelangsung kehidupan di muka bumi serta menjaga keseimbangan bumi.
Maka, adalah hal yang sangat krusial bagi aktivis untuk terus mengkaji suatu ilmu. Memasifkan gerakan membaca, menulis dan memahami suatu ilmu adalah langkah awal dan modal utama bagi aktivis agar memiliki sumber daya manusia yang siap bersaing di ranah global.
Membaca, menganalisa dan mengkaji adalah poin pertama yang harus selesai dilakukan oleh aktivis. Tidak berkutat pada pembacaan teks, melainkan membaca keadaan dan fenomena sekitar.
Kedua, diskusi. Setelah kader IPM maupun IMM memiliki habbits membaca, memahami suatu ilmu, menulis dan selalu ingin tahu, menganalisa dan mengamati, maka penting ilmu itu untuk kemudian didiskusikan bersama. Sebab, suatu ilmu akan hilang atau terlupakan apabila tidak didiskusikan. Menjadi seorang aktivis memang harus dekat dengan diskusi, sebab sebagai seorang aktivis kita perlu memperkuat sisi intelektual dan keilmuannya. Melalui kegiatan diskusi, seorang aktivis akan terbiasa berpendapat, mencari solusi dan melatih diri untuk bisa berbicara di depan teman-temannya.
Mulai dari tahap mereka mengkaji sebuah ilmu melalui membaca, lalu mendiskusikan bersama, maka yang selanjutnya yang ketiga adalah mengimplementasikan ilmu yang sudah mereka dapatkan.
Misalkan, seorang aktivis membaca realitas yang ada di sekitarnya atau mengkaji isu-isu yang baru saja terjadi. Dia mendapat kesimpulan bahwa lingkungan mereka minim literasi, pemudanya enggan mengaji, maka yang selanjutnya seorang aktivis lakukan adalah membuat diskusi yang mengangkat tema literasi atau kegiatan yang berfungsi memasifkan gerakan literasi. Implementasinya adalah semisal membuat taman pustaka agar kader bisa mudah membaca atau membuat sebuah buku untuk mencambuk semangat kader-kader dalam membumikan gerakan literasi.
Pola perkaderan seperti ini yang seharusnya terus dijaga. Mengkaji, diskusi dan implementasi. Ketika melihat persoalan lalu didiskusikan dan mengimplementasikan ide-ide serta solusi yang mereka dapatkan ketika diskusi berjalan.
Setelah ketiga hal itu mampu dijalankan, maka ada poin penting yang perlu dijaga yaitu konsisten. Sebab, menjalankan ide besar itu mudah, namun mempertahankan yang masih sering goyah. Hal sederhana yang digerakkan namun rutin dilakukan itu lebih berharga daripada sesuatu yang ‘wah’ namun tidak konsisten diterapkan. Maka, penting bagi aktivis baik itu IPM, IMM dan organisasi lainnya untuk senantiasa melakukan gerakan-gerakan meski sekecil apapun itu. Sebagai anak muda, aktivis adalah energi peradaban yang mengalirkan sungai sejarah. Maka, penting bagi aktivis untuk mengukir jejak sejarah yang indah.
Editor: Dwi Novi Antari