• Tentang
  • Kontak
  • Tim Redaksi
  • Beranda
  • Teras Mahan
  • Artikel
    • Opini
    • Essay
    • Reportase
    • Profil
  • Sastra
    • Puisi
    • Cerpen
    • Resensi
  • Resonansi
No Result
View All Result
Mahanpedia
No Result
View All Result
Home Resonansi

Soekarno dan Gerakan Literasi di Bumi Raflesia

mahanpedia by mahanpedia
3 tahun ago
in Resonansi
4 min read
1
0
SHARES
209
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Oleh Agus Riyanto

Masa Pengasingan

Februari 1938, Bung Karno dan keluarga tiba di Bengkulu menempati rumah pedagang China Lion Bwe Seng yang disewa oleh Belanda.  Soekarno diasingkan oleh pemerintah Belanda di Bengkulu selama kurang lebih 4 tahun lamanya dari tahun 1938 – 1942. Sebelum diasingkan ke Bengkulu,  Soekarno diasingkan di Ende dari tahun 1934 – 1938. Di Ende Bung Karno mengalami sakit Malaria yang hampir merenggut nyawanya.  Berita sakitnya Soekarno di Ende didengar oleh Muhammad Husni Thamrin yang kemudian melakukan protes kepada Belanda agar segera memindahkan Soekarno dari Ende agar mendapatkan perawatan yang lebih baik.  Protes Husni Thamrin ini sampai ke Den Haag dan disetujui Bung Karno untuk dipindahkan.

Selama di pengasingan, Soekarno menghabiskan waktunya untuk kegiatan diskusi bersama tokoh dan masyarakat Bengkulu tentang isu-isu kebangsaan dan kemerdekaan. Ia pun mengalami putus komunikasi dengan teman-teman seperjuangan di Pulau Jawa.  Di rumah pengasingan yang ia tempati,  Soekarno banyak mengundang tokoh-tokoh masyarakat Bengkulu untuk berdialog,  bercakap-cakap dan berdiskusi tentang banyak hal. Soekarno juga berperan besar dalam merancang arsitektur masjid Jamik yang berada di tengah Kota Bengkulu yang sedang dilakukan renovasi. Membuat sketsa dan gambar adalah salah satu hobi yang dimiliki Bung Karno.  Tahun 1922 Bung Karno pernah menempuh studi di Jurusan Teknik Sipil Technische Hoigeschool te Bandoeng (Institute Teknologi Bandung).

Bung Karno juga sangat dekat dengan para pimpinan Muhammadiyah, dan karena sangat dekatnya, Soekarno pernah diangkat sebagai pimpinan Muhammadiyah yang menangani majlis/bidang pengajaran sekaligus menjadi guru di sekolah Muhammadiyah.

Bersama aktifis Muhammadiyah Bengkulu Abdul Karim Oey Tjeng Hiem,  Soekarno mendirikan lembaga PEKOPO (Penolong Korban Perang). Soekarno juga akhirnya menikahi gadis di bumi Reflesia Bengkulu yang bernama Fatmawati, anak pengurus Muhammadiyah dan Aisyiyah yakni Hasan Din dan Siti Chadijah. Fatmawati sendiri ikut dalam Nasyiatul Aisyiyah Curup. 

Selain bergumul dengan gerakan Muhammadiyah di Bengkulu,  Soekarno juga banyak merangkul tokoh-tokoh dan masyarakat Bengkulu. Berbagai aktivitas kebangsaan dilakukan oleh Soekarno di pengasingan diantaranya mengambil alih club musik Monte Carlo dirubah menjadi Sandiwara Musik (Tonil) sebagai medium penyebarluasan gagasan perjuangannya. Bung Karno juga mendirikan club badminton dan tim sepak bola bersama anak-anak muda Bengkulu. 

Derap Gerakan Literasi

Bung Karno selain terkenal sebagai proklamator Negara Kesatuan Republik Indonesia, Soekarno juga dikenal sebagai tokoh perjuangan kemerdekaan yang amat sangat dekat dengan buku. Selama masa pengasingan Belanda di Bengkulu, Soekarno telah menghabiskan 300-an buku yang telah dibacanya.  Dan beberapa buku karya beliau yang berhasil digarapnya yaitu buku yang berjudul “Sarinah”, sebuah buku tentang kewajiban wanita dalam perjuangan Republik Indonesia. Kemudian buku “Mentjapai  Indonesia Merdeka”,  buku “Indonesia Menggugat” dan satu lagi buku yang sangat terkenal yaitu buku “Di Bawah Bendera Revolusi”.

Hobi membaca buku Bung Karno dikenalkan oleh HOS Cokroaminoto, yang memberikan buku-buku terbaiknya untuk dibaca oleh Bung Karno seperti buku-buku filsafat,  pemikiran Karl Marx, Engels, JJ Rousseau dan Voltaire. Buku-buku Agama,  Al-Quran, Bible dan sebagainya.  Buku-buku berbahasa Inggris,  Perancis dan Belanda.  Buku-buku itulah yang memperluas wawasan dan memberi corak pemikiran-pemikiran pembaharuan Bung Karno dan memperkaya isi pidato yang menyihir ratusan bahkan ribuan pendengar sehingga julukan “Singa Podium” pun melekat pada diri Bung Karno. Buku menjadi wisata intektual dari berbagai masalah pribadi dan perjuangannya. 

Di Bengkulu,  ruang pergerakan Bung Karno dibatasi oleh pemerintah Belanda, Abdul Manap seorang tokoh Bengkulu yang sering mensuplai buku-buku bacaan pesanan Bung Karno.  Sebagian buku-bukunya hasil sumbangan pengusaha lokal dibidang pengolahan kelapa sawit yang bernama Bachtiar Karim.

Belajar pada Bung Karno

Soekarno sebagai salah satu putra terbaik bangsa, proklamator kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia bersama Bung Hatta, ia telah memberikan ketauladanannya dengan peran-peran kebangsaan yang telah dilakukannya, tak terkecuali pada tauladan pergerakan kebangsaan yang terus dilakukan sekalipun ruang geraknya dibatasi secara ketat oleh penjajah Belanda, dibeberapa kali pengasingan yang ia alami.  Dimanapun selalu menebar benih perjuangan kemerdekaan kepada para tokoh-tokoh lokal dan masyarakat di daerah pengasingan dengan membuat ruang-ruang diskusi dengan banyak kalangan. 

Satu hal yang menarik dari kebiasaan kesehariannya adalah selalu membiasakan dan menyempatkan diri untuk membaca  buku. Semangat untuk terus belajar dan mengasah diri dengan berbagai sumber bacaan  tak terhalangi oleh perlakuan Belanda yang membuangnya dari satu tempat ke tempat lain di masa-masa pengasingan.  Kebiasaan hebat yang dilakukan oleh Bung Karno dan menjadi kebiasaan utama. Kebiasaan yang juga tercermin dari tokoh-tokoh pergerakan kebangsaan lainnya seperti Muhammad Hatta,  HOS Cokroaminoto, Sutan Syahrir, Buya Hamka, Muhammad Nasir dan tokoh-tokoh pergerakan lainnya. Apakah kita semua memiliki kemauan kuat dan berkesadaran yang tinggi untuk mengikuti jejak dan kebiasaan hebat dari tokoh-tokoh besar negeri ini yang telah menghantarkan Indonesia pada kemerdekaan baik dari sisi pergerakan maupun sisi berliterasi.  Wallahu a’lam bisshowab. 

Sumber : Rumah Pengasingan Bung Karno di Bengkulu.

Editor : Tri Hanifah

Tags: Resonansi
Previous Post

Balada Sepeda Dulu dan Kini

Next Post

Tantangan Pilkada Masa Pandemi Covid-19

Next Post

Tantangan Pilkada Masa Pandemi Covid-19

Comments 1

  1. Ibnu Ras says:
    3 tahun ago

    Istilah “doing the best every time” juga tersirat dari cerita singkat perjalanan hidup sang proklamator Bung Karno. Melakukan yg terbaik setiap saat, untuk dirinya sendiri dengan giat membaca guna memperkaya pengetahuan dan juga untuk orang lain (masyarakat) yaitu dengan berkarya dan berinovasi di masyarakat. Tentu itu akan semakin membuatnya di kenal apik di mata masyarakat. Hal itu mungkin perlu kita tiru sebagai anak bangsa yang berfikir, tidak gampang menyalahkan keadaan, namun mampu mengendalikan keadaan supaya yang seolah tidak berpihak pada kita menjadi satu keadaan yang sangat menguntungkan bagi kita. Hanya masalah cara pikir dan persepsi kita melihat suatu keadaan, akan berdampak besar pada masa depan kita.

    ~salam literasi

    #newstudent

    Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Popular Posts

Essay

Bonus Demokrasi dan Nawacita

by mahanpedia
Februari 27, 2023
0
10

Oleh : Fahrudin Hamzah Ketua Bidang Teknologi dan Informasi Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah Indonesia diperkirakan akan menghadapi era bonus...

Read more

Bonus Demokrasi dan Nawacita

Literasi Berada di Jurang Degradasi

Muhammadiyah; Dari Kiyai Haji menjadi Profesor?

Bukit Idaman: Ekowisata peduli sesama

Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

Nilai-nilai Dasar Dalam Etika Berdigital

Load More

Popular Posts

Hablum Minal’alam: Menjaga Lingkungan Bernilai Ibadah

by mahanpedia
September 2, 2021
0
2.1k

Akhlak Mulia Generasi Zaman Now

by mahanpedia
September 16, 2020
0
1.8k

5 Hal Misterius tentang Amado

by mahanpedia
September 6, 2021
0
1.7k

Mahanpedia

Mahanpedia adalah media belajar bersama untuk saling menginspirasi membangun kemajuan melalui gerakan literasi.

  • Kirim Tulisan
  • Tim Redaksi
  • Kontak

© 2020 Mahanpedia.id – Inspirasi untuk kemajuan.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Teras Mahan
  • Artikel
    • Opini
    • Essay
    • Reportase
    • Profil
  • Sastra
    • Puisi
    • Cerpen
    • Resensi
  • Resonansi

© 2020 Mahanpedia.id