Oleh : Tri Amiyati
Pendidikan yang kita berikan kepada anak, dapat diibaratkan sebagai pelukis yang memulai karyanya dengan sapuan warna-warna dasar. Seperti merah, biru, kuning, dan putih, maka warna dasar yang ada dalam diri setiap anak adalah karakter.
Anak-anak adalah aset terbesar orangtua. Investasi dunia akhirat. Harapan masa depan agama dan bangsa. Anak-anak kita saat inilah yang kelak akan menjadi penerus dakwah, menjadi pemimpin-pemimpin masa depan. Sehingga, orangtua perlu menyiapkan anak-anak ini sebagai generasi unggul yang berakhlak karimah di masa depan.
Karakter adalah fondasi di mana hidup seorang pemimpin dibangun. Betapa pentingnya menjadi orang yang bisa dipercaya. Sebab, jika seseorang tidak bisa dipercaya, maka ia tidak akan pernah bisa diteladani. Pengembangan jiwa kepemimpinan harus diringi dengan pengembangan karakter. Seseorang tetap bisa memiliki karakter yang baik walau tanpa harus jadi pemimpin hebat. Namun, seseorang tidak akan pernah bisa menjadi pemimpin hebat jika tanpa memiliki karakter yang baik.
Saat ini, kurikulum pendidikan telah menyertakan pendidikan budi pekerti atau karakter ke dalam setiap mata pelajaran. Para pendidik dan orangtua pun bersepakat bahwa, karakter yang baik akan melahirkan perilaku yang baik pula. William Bennett mengatakan dalam bukunya The Book of Virtues bahwa anak-anak perlu diajarkan sepuluh sifat karakter dasar, yaitu, disiplin diri, kasih sayang, tanggung jawab, persahabatan, berkarya, keberanian, ketekunan, kejujuran, kesetiaan, dan keyakinan.
Kita semua menginginkan anak-anak memiliki kepribadian dan jiwa yang besar. Karakter yang baik jauh lebih bernilai dari bakat yang luarbiasa. Hal ini dikarenakan, sebagian besar bakat berasal dari anugerah Sang Pencipta, Allah Ta’ala. Sedangkan karakter yang baik tidak datang begitu saja pada diri kita dan anak-anak kita. Melainkan kita harus membangunnya secara bertahap dengan pemikiran, pilihan, keberanian dan kebulatan tekad.
Kita harus menyadari bahwa, membangun karakter positif pada anak perlu dilakukan sejak dini. Menurut para pakar pendidikan anak usia dini, masa yang sangat menentukan bagi keberhasilan seseorang di sepanjang hidupnya adalah usia dini. Pada masa ini anak sedang membangun pola pikir dan perilaku sebagai bekalnya di saat dewasanya kelak. Sedangkan pola pikir dan perilaku yang baik tidak bisa didapatkan secara singkat. Harus melalui proses panjang sejak usia dini bahkan sejak dalam kandungan.
”Cetaklah tanah selama ia masih basah dan tanamlah kayu selama ia masih lunak,” demikian pesan dari Ali bin Abi Thalib. Hal ini merupakan tanda bahwa proses penanaman nilai-nilai kebaikan dan pembentukan karakter anak harus dilakukan sedini mungkin.
Ibarat menanam pohon, awalnya adalah berupa tanaman kecil yang kemudian bertumbuh menjadi semakin tinggi dan besar. Ketika pohon sudah besar, kita baru akan tahu apakah pohon tersebut kokoh atau tidak, apakah dapat berbunga dan berbuat lebat atau tidak. Begitu pula orang yang berkarakter baik akan memberikan banyak manfaat kepada orang lain dan dirinya sendiri, hal ini akan terlihat jelas saat seseorang itu telah tumbuh besar.
Tetapi, tidak ada kata terlambat dalam hal mendidik anak. Meskipun orangtua baru menyadari hal ini ketika anak sudah beranjak remaja atau dewasa. Kita tidak perlu berputus asa manakala kita melihat sesuatu yang kurang baik atau kebiasaan anak yang negatif. Hal yang diperlukan orangtua adalah sikap sabar, ikhlas, berupaya dengan sungguh-sungguh dan konsisten serta doa yang senantiasa dipanjatkan kepada Allah Subhnahu wa Ta’ala untuk kebaikan anaknya.
Editor : Dwi Novi Antari