Oleh Ikhsanudin (Ketua IKAPI Provinsi Lampung danFounder akubisa.org)
Kata literasi jika diuraikan lebih dalam lagi, ternyata menyimpan makna yang luas serta kompleks. Apabila merujuk dari pemahaman UNESCO, literasi bukan hanya sekedar kegiatan menyangkut baca dan tulis saja. Lebih dari itu, literasi memiliki keterkaitan yang erat dengan akademik, institusi, konteks nasional, culture hingga pengalaman. Pengertian tersebut bisa lebih disederhanakan, di mana literasi merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk bisa membaca pengetahuan, kehidupan hingga keterampilan seseorang untuk memahami aktivitas tertentu.
Melihat pentingnya sebuah literasi, sangat disayangkan sekali jika kita masih berpikir apabila kegiatan ini hanya menguras waktu untuk membaca. Akibatnya, banyak yang memilih untuk melakukan berbagai aktivitas lain dibandingkan menghabiskan waktu untuk membaca. Tanpa disadari kegiatan membaca mampu menambah wawasan dan juga ilmu pengetahuan sehingga secara intelektual akan meningkat, terlebih di era digital seperti sekarang ini.
Kehadiran teknologi yang berkembang dengan cepat ini kurang direspon dengan baik. Akibatnya, banyak yang menyalahkan teknologi sebagai salah satu faktor yang menghambat proses membaca serta menulis. Hingga akhirnya proses literasi semakin pudar di tengah teknologi yang semakin maju seperti sekarang ini.
Idealnya kemajuan zaman harus berbanding lurus dengan cara berliterasi. Khususnya untuk generasi yang lahir di tengah kemajuan teknologi atau yang akrab dikenal dengan generasi digital. Dalam hal ini, dunia pendidikan juga memiliki andil yang besar. Namun sayang sekali terkadang kemudahan tersebut disimpulkan sebagai hal yang kontraproduktif hingga akhirnya membuat kedangkalan berpikir. Jika ditarik dari akar permasalahannya, rendahnya kualitas sumber bacaan atau informasi, sikap kritis yang masih kurang, hingga pemahaman masyarakat mengenai berita maupun isu yang sedang ramai dibicarakan menjadi penyebab. Terlebih saat ini media sosial sudah menjadi salah satu bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan generasi digital.
Pengaruh media sosial yang dahsyat kerap dimanfaatkan untuk membangun opini publik. Berbagai berita beredar tanpa filter. Terlebih jika tidak cermat menyikapi informasi, menyebabkan berita hoaks menjadi konsumsi masyarakat. Hal ini bisa terjadi karena minat baca yang rendah serta kedangkalan berfikir untuk memahami sebuah bacaan. Ini menjadi perbedaan yang nyata antara orang yang cerdas berliterasi dengan yang tidak.
Cerdas ataupun bodoh dalam mengelola informasi yang ada merupakan sebuah pilihan. Namun sebagai salah satu pegiat literasi, mengajak semua generasi untuk cerdas berliterasi adalah kewajiban. Hal ini akan dilakukan melalui serangkaian kampanye dengan membagikan postingan yang positif di media sosial sebagai sumber informasi yang akurat sehingga minat baca meningkat. Dunia digital mampu menghadirkan dua sisi yang berlawanan terlebih dengan perkembangan literasi seperti sekarang ini.
Dimana era digital bisa menjadi tantangan serta peluang. Memang banyak yang pesimis, salah satunya kekhawatiran minat baca yang semakin merosot terlebih negara kita masih dalam kategori yang rendah. Hadirnya berbagai peralatan yang mudah untuk mendapatkan akses dari internet bisa membuat banyak orang mengalihkan perhatian dari gadget ke buku.
Untuk itu keberadaan tantangan tersebut, bisa diubah menjadi sumber peluang dengan mempertimbangan berbagai hal.
Pertama, kehadiran gadget serta jaringan internet merupakan bentuk nyata majunya ilmu pengetahuan. Hal ini dihadirkan untuk mempermudah akses informasi. Kedua, tidak bisa dielakkan jika generasi saat ini memang generasi digital. Yaitu generasi yang hidup dalam era digital sehingga sangat masuk akal jika peralatan berbasis digital sangat dekat dengan dirinya. Hal ini dilihat dengan banyaknya anak-anak yang sangat akrab dengan gadget.
Mengacu dari kedua alasan tersebut di sinilah, pegiat literasi akan berusaha untuk mengembangkan literasi di masyarakat, terlebih untuk siswa serta mahasiswa. Menghadirkan konten positif di internet menjadi salah satu cara untuk membantu meningkatkan kemampuan literasi.
Dengan ini maka kehadirkan digitalisasi bisa menjadi jembatan untuk menghasilkan literasi yang nantinya bisa menghasilkan teks berbasis cetak. Misalnya, mengajarkan menulis di blog pribadi, menulis di media sosial sebagai salah satu proses berlatih menulis dan menuangkan gagasan mengenai sesuatu yang erat kaitannya dengan kehidupan mereka. Era digital yang semakin berkembang seperti sekarang ini seharusnya bukan melulu dijadikan sebagai tantangan yang bisa menghambat proses literasi dalam masyarakat melainkan bisa menjadi peluang untuk melatih serta melebarkan sayap literasi di masyarakat.
Editor : Dwi Novi Antari
Tanpa disadari kegiatan membaca mampu menambah wawasan dan juga ilmu pengetahuan sehingga secara intelektual akan meningkat, terlebih di era digital seperti sekarang ini.
Saya suka dengan kalimat ini Bung I Can
Terimakasih motifasi pagi ini
Salam Super
Terimakasih.
Semoga tulisan menjadi inspirasi dan bermanfaat.