Oleh: Ananul Nahari Hayunah
Pagi ini, handpone dalam keadaan baterai penuh karena di-charge semalaman. Kondisi yang siap untuk dinyalakan seharian. Masa pandemi ini memaksa diri untuk berdiam di rumah, dan sosial media adalah salah satu jalan pintas menjelajahi dunia. Tentu saja ada jalan lain, semisal membaca buku.
Membuka Instagram, dan menemukan sebuah postingan yang berbunyi, “percayalah, masalah keluarga bisa membunuh semua kebahagiaan kita”.
Keluarga dan Kebahagiaan
Saya rasa setiap anak punya cerita tentang keluarganya. Tidak mungkin seorang anak hadir begitu saja. Pasti ada ibu juga ayahnya. Belum lagi keluarga lainnya yang ditemukan di perjalanan hidup. Teman yang menyemangati di setiap hari, sahabat yang penuh perhatian, atau orang-orang terdekat, “sudah seperti keluarga sendiri” begitu ungkapannya.
Keluarga adalah komponen terkecil dalam sebuah masyarakat. Dari sebuah keluarga itulah masyarakat dibentuk. Ketika seorang anak tumbuh dalam keluarga yang baik, maka baiklah pula masyarakatnya.
Keluarga ada karena pernikahan yang berlangsung di kehidupan manusia. Peradaban manusia yang panjang dalam perjalanan sejarahnya dimulai dari babak awal pernikahan antar manusia. Sebuah visi baru untuk membentuk keluarga yang baik dan bahagia. Memberikan kedamaian bagi semesta.
Kita mengenal peradaban maju dan berkembang. Itu semua lahir dan dimulai dari institusi keluarga yang dimiliki oleh anak-anak manusia di muka bumi. Pembelajaran pertama seorang anak dimulai dari keluarganya. Ayah, ibu dan seluruh penghuni rumah adalah guru-guru pertama seorang anak. Mereka adalah tokoh percontohan kehidupan, sebelum ia bertemu dengan lingkungan di luar keluarganya, tetangga, teman sepermainan, sekolah dan lain sebagainya.
Keluarga adalah rumah, tempat kembali dari segala kesibukan dunia, karena keluarga adalah tempat pulang. Tempat merebahkan lelah dan penat setelah seharian melakukan kegiatan di luar rumah, orang tua bekerja, anak sekolah. Keluarga menjadi tempat kembali. Keluarga adalah tempat saling merangkul dan berkasih sayang. Keluarga adalah benih kebahagiaan.
Keluarga yang baik dan penuh kebahagiaan akan menghapus masalah. Begitupun sebaliknya, keluarga yang penuh masalah akan menjadi keluarga yang buruk dan membunuh kebahagiaan kita.
Keluarga adalah Harta yang Paling Berharga
Siapa yang mengharapkan keluarganya tidak baik, penuh masalah dan konflik yang tak terselesaikan? Tentunya tidak ada, semua orang menginginkan keluarga yang baik, namun tak bisa ditolak, kadang ada keluarga yang hadir dengan wujud yang tidak diharapkan.
Tetapi, keluarga tetap adalah harta yang paling berharga. Jangan sampai kebutuhan ekonomi memisahkan keluarga, karena keluarga tak bisa terbeli. Keluarga teramat mahal harganya.
Rumah yang jelek jangan sampai menghancurkan istana paling indah, keluarga. Di masa pandemi ini, anjuran untuk tetap di rumah adalah hal penting, maka tetap di rumah bersama keluarga adalah solusi. Saling memberikan kasih sayang dan peduli pada keluarga, membuat menjadi terasa istana. Tinggal di rumah hingga membuat betah.
Untuk mengingat lagi bahwa keluarga adalah rumah kita, tempat kembali kita. Tempat yang menerima kita apa adanya. Ruang untuk pulih dari segala hiruk-pikuk dan kebisingan di luar. Keluarga adalah pena-pena yang menghasilkan puisi terindah di muka bumi. Mutiara yang begitu berharga, tiada duanya. Mulai dari mensyukuri dan perlahan memahami arti keluarga bagi diri sendiri.
Harta yang paling berharga adalah keluarga.
Istana yang paling indah adalah keluarga.
Puisi yang paling bermakna adalah keluarga.
Mutiara tiada tara adalah keluarga.
Editor : Dwi Novi Antari