Oleh: Triamiyati
Pada dasarnya anak-anak yang berada pada usia dini memiliki kreativitas alamiah jika perkembangannya sehat dan normal. Apabila mereka tidak menunjukkan ciri-ciri kreativitas pada perkembangan usianya, maka sebagai orangtua kita perlu introspeksi pada diri sendiri, apakah ada yang tidak wajar pada perkembangan anak. Kreativitas pada anak tidak boleh kita batasi dengan persepsi kita atau dengan standar-standar orangtua bahwa tingkat kreativitas anak harus mampu memiliki daya cipta. Kerena pada dasarnya kreativitas mencakup beberapa hal yang ditinjau dari sisi produk, proses, pribadi dan pendorongnya.
Mari kita lihat kreativitas anak yang ditinjau dari sisi produk. Arti produk disini adalah berupa hasil karya berupa produk-produk. Apakah produknya harus baru? Tentu saja tidak. Produk atau hasil karya yang diciptakan dapat berupa gabungan dari beberapa hal yang sudah ada sebelumnya, baik pengalaman, pengetahuan dan informasi yang dimiliki untuk menciptakan produk baru. Artinya ada sentuhan modifikasi dalam menciptakan produknya, tidak mutlak benar-benar sama dengan produk yang telah ada sebelumnya. Nah, sehingga kreativitas yang ditinjau dari sisi produk ini merupakan kemampuan anak untuk mencipta atau menghasilkan produk-produk baru.
Selanjutnya adalah kreativitas yang ditinjau dari sisi proses. Aktivitas setiap anak dapat kita lihat sebagai kreativitas manakala mereka menyibukkan dirinya dalam kegiatan yang berdaya guna. Mereka bermain dengan ide-ide yang muncul dari dalam dirinya dan melakukannya dengan senang hati tanpa berpijak hanya pada hasil dari sebuah proses tersebut. Lihatlah keasyikan anak-anak kita ketika bermain dan terlibat dalam sebuah kegiatan yang penuh tantangan.
Sebagai orangtua tak perlu menekankan pada hasil akhir yang akan dicapai oleh anak-anak, melainkan fokus pada prosesnya. Apakah mereka menikmati permainannya, apakah mereka bahagia, apakah dalam proses itu anak menjadi bertambah rasa ingin tahunya, sehingga memiliki keinginan untuk mencoba lebih banyak lagi hal-hal baru. Ketika dalam proses itu anak-anak dapat menunjukkan sikap berani bereksperimen, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, tidak takut gagal dan lain-lain, maka sesungguhnya anak telah memiliki daya kreativitas yang kelak ia akan tumbuh menjadi seseorang yang kreatif serta memiliki terobosan-terobosan baru yang akan dilakukannya.
Kreativitas ditinjau dari segi pribadi. Dalam hal ini orangtua perlu memiliki keyakinan bahwa setiap anak memiliki potensi kreatif, hanya saja bidang yang mereka kuasai itu berbeda-beda. Ciri sifat kreatif disini lebih mengarah pada perilaku afektif, kognitif dan psikomotor. Tingkat perbedaan kreativitas pada setiap anak harus kita pandang sebagai keunikan yang beragam dan sangat perlu kita hargai kemampuannya. Jadi kita tidak perlu menuntut anak untuk menjadi sama seperti anak yang lain. Alangkah baiknya jika sebagai orangtua justru menekankan pada sisi kreativitas anak yang paling menonjol. Hal ini akan membuat anak semakin termotivasi untuk melakukan yang terbaik.
Kreativitas dilihat dari sisi pendorong. Pendorong bagi anak untuk dapat melakukan sesuatu. Baik pendorong dari sisi internal dan eksternalnya. Ada pendorong yang berasal dari dalam diri anak itu sendiri. Seperti gagasan yang muncul dari dirinya, keingingan dan hasrat yang dimiliki. Inilah faktor internal. Sedangkan faktor eksternal atau faktor yang muncul dari luar diri anak seperti, pengalaman yang pernah dialami anak, sikap orang lain yang menghargai apa yang dilakukan anak, adanya sarana yang memadai untuk anak melakukan kreativitasnya.
Apabila orangtua menyadari dan memahami potensi yang dimiliki anak dan peduli dengan perkembangannya, maka orangtua akan berupaya memberikan fasilitas sarana dan prasarana dalam rangka mendukung perkembangan kreativitas yang dimiliki anak.
Nah, para bunda sekalian mari amati dan perhatikan setiap aktivitas anak-anak kita. Kemanakah arah kecenderungan belajarnya dalam mengeksplorasi diri dan lingkungannya. Kecerdasan apa yang paling menonjol dalam diri anak kita dan jenis kreativitas yang mana yang dimilikinya. Informasi yang kita dapatkan dari hasil pengamatan kita akan memudahkan kita memberikan pengarahan dan pendampingan serta memenuhi kebutuhan belajarnya termasuk sarana dan prasarananya.
Berikan keleluasaan pada anak-anak untuk mengembangkan kreativitas dirinya dengan mencoba hal-hal baru yang membuat mereka penasaran dan ingin tahu. Janganlah kita menjadi orangtua yang justru akan menjadi faktor penghambat perkembangan kreativitas anak. Terkadang sikap-sikap orangtualah yang menjadikan anak tidak berkembang daya kreativitasnya.
Sikap orangtua yang perlu dihindari agar tidak menjadi pemicu terhambatnya kreativitas anak antara lain, selalu khawatir dan takut sehingga akan selalu membatasi aktivitas anak, terlalu protektif dan mengawasi berlebihan atas apa yang sedang dilakukan anak, terlalu memberikan penekanan yang berlebihan pada bentuk nilai displin yang dipaksakan seperti kebersihan dan kerapihan, memberikan cara pandang mutlak orangtua tanpa memberikan kesempatan pada anak untuk mencoba yang lain dan tidak memberi kesempatan anak untuk mengutarakan gagasan dan idenya.
Semoga kita dapat menjadi orangtua yang senantiasa mengasah ketajaman mata hati dengan senantiasa memperhatikan fitrah anak. Menjadi orangtua pendidik yang dapat memupuk dan mengembangkan kreativitas anak dengan kasih sayang dan memahami kebutuhan anak.
Pernah di posting di www.mainankreatifbunda.com
Editor : Tri Hanifah