Oleh Bisri Mustofa
(Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SD Muhammadiyah Metro Pusat)
Setiap anak yang lahir ke dunia membawa fitrah atau kodrat jiwa, sifat asli, dan bakat yang melekat padanya. Setiap anak juga memiliki kecerdasan dalam tingkat dan indikator yang berbeda-beda. Ini menunjukkan bahwa anak pada hakekatnya adalah cerdas. Hal yang membedakan adalah indikator yang digunakan. Menilai kecerdasan anak menuntut adanya penilaian yang memiliki ‘keadilan’ dari pendidik.
Untuk mencapai pada penilaian yang berkeadilan ini, maka penting bagi pendidik untuk mengenal adanya kecerdasan majemuk atau multiple intelligences. Sebab seorang pendidik yang baik adalah yang mampu mendeteksi kecerdasan anak dengan cara mengamati perilaku, kecenderungan, bakat, minat terhadap stimulus yang diberikan kepada anak.
Howard Gardner atau Antony Wilker adalah tokoh pendidikan dan psikologi terkenal yang mencetuskan teori tentang kecerdasan majemuk atau multiple intelligences. Ia berkebangsaan Amerika yang lahir pada 11 Juli 1943 di Scranton, Pennsilvania.
Kecerdasan majemuk atau multiple intelligences menurut Howard Gardner adalah kecerdasan yang dimiliki anak pada tiga komponen kemampuan, yaitu kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kehidupan nyata, kemampuan menghasilkan permasalahan baru untuk diselesaikan dan kemampuan menciptakan sesuatu yang akan menimbulkan penghargaan dalam budaya seseorang.
Kecerdasan pada pandangan teori ini bahwa anak dinilai sebagai individu yang unik, dan anak dapat dinilai kecerdasannya dari berbagai kategori. Anak mungkin tidak begitu pandai dalam bidang sains, tapi mampu melompat dengan baik berarti memiliki kecerdasan kinestetik, atau anak tidak suka bercerita, tetapi cepat memahami apabila diajak berbicara berarti memiliki kecerdasan linguistik.
Setiap anak memiliki kapasitas masing-masing dan dapat mengembangkan kecerdasannya hingga tingkat yang optimal apabila ia memperoleh cukup dukungan, pengarahan, bimbingan, kesempatan yang luas, bebas mengeksplor diri, dan fasilitas pengembangan kecerdasan.
Menurut Howard Gardner, multiple intelligences memiliki beberapa karakteristik, antara lain; Pertama, semua kecerdasan itu berbeda-beda, tetapi semuanya sederajat. Artinya, tidak ada kecerdasan yang lebih baik atau lebih penting dari kecerdasan yang lain. Kedua, semua kecerdasan manusia tidak persis sama, semua kecerdasan dapat dieksplorasi, ditumbuhkan dan dikembangkan secara optimal. Ketiga, terdapat banyak indikator kecerdasan dalam tiap-tiap kecerdasan. Dengan latihan seseorang dapat membangun kekuatan kecerdasan yang dimiliki dan menipiskan kelemahan-kelemahan.
Keempat, semua kecerdasan yang berbeda-beda akan saling bekerja sama untuk mewujudkan aktivitas yang diperbuat manusia. Satu kegiatan mungkin memerlukan beberapa kecerdasan, dan satu kecerdasan dapat digunakan dalam berbagai bidang. Kelima, semua jenis kecerdasan tersebut ditemukan di seluruh lintas kebudayaan di seluruh dunia dan kelompok usia. Keenam, tahap-tahap alami dari setiap kecerdasan dimulai dengan kemampuan membuat pola dasar. Kecerdasan dalam bidang musik misalnya, ditandai dengan kemampuan membedakan tinggi rendah nada. Ketujuh, saat seseorang dewasa, kecerdasan diekspresikan melalui rentang pengejaran profesi dan hobi. Kemampuan membuat pola dasar pada saat balita, dikembangkan menjadi penguasaan simbolik pada masa anak-anak, dan akhirnya mencapai kematangan ekspresi dalam wujud profesi.
Masih menurut Gardner, kecerdasan majemuk yang dimiliki anak meliputi beberapa kecerdasan antara lain; kecerdasan verbal-linguistik (cerdas kata), kecerdasan logis-matematis (cerdas angka), kecerdasan visual-spasial (cerdas gambar-warna), kecerdasan musikal (cerdas musik-lagu), kecerdasan kinestetik (cerdas gerak), kecerdasan interpersonal (cerdas sosial), kecerdasan intrapersonal (cerdas diri), kecerdasan naturalis (cerdas alam), kecerdasan eksistensial (cerdas hakikat). Yang kesemuanya itu memiliki indikator tertentu.
Dari teori yang diungkapkan di atas, dapat menjadi catatan dan pengetahuan bagi pendidik, agar pendidik dapat memiliki sudut pandang yang berbeda terhadap potensi dan kecerdasan anak, agar dapat menilai secara lebih komprehensif dan eksistensial, serta menilai lebih ‘adil’ kepada anak yang memiliki perbedaan potensi dan kemampuan di berbagai bidang tersebut. Setiap anak adalah unik dan setiap anak adalah istimewa serta berharga.
Editor : Dwi Novi Antari
Mantul pak Bisri… kecerdasan ini yg lalai bangsa kt mengurusix, krn br percaya dg kecerdasan intelektual…. smoga tulisan pak Bisri bs menyadarkan para pendidik kt serta orgtua siswa dan pengambil kebijakan dlm membangun SDM Ke depan dg otak kanan… slamat dan sukses pak Bisri.
Aamiin. Terimakasih Bapak.
Semoga tulisan menjadi inspirasi dan bermanfaat