Kerjasama dengan dimensi bahasa cinta merupakan jalinan kasih antar dua pasangan yang saling berkomitmen untuk mencapai tujuan bersama. Jalinan kasih yang diawali dengan saling memandang satu dengan yang lain, mencari informasi dengan tetangga dan sanak saudaranya atas dasar kebutuhan. Setelah mengenal, beranjak ke fase pendekatan, melamar, menikah dan mendapatkan keturunan.
Kerjasama yang dilakukan oleh sebuah instansi atau organisasi juga merupakan salah satu terobosan untuk mencapai tujuan bersama. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan wahana pendidikan vokasi dengan progres penempatan kerja di industri, dunia usaha, dan dunia kerja (IDUKA). SMK membutuhkan IDUKA begitu pula sebaliknya. Kerjasama merupakan hal yang harus ditempuh SMK dalam rangka suksesi tujuan SMK.
IDUKA membutuhkan tenaga teknis untuk mempercepat target bisnisnya. Penentuan tenaga teknis sangat berpengaruh pada kuantitas dan kualitas, sehingga IDUKA harus mengambil keputusan yang tepat dalam menerima tenaga teknis. Karakter, santun, komunikatif, disiplin, cepat, tangguh, jujur, teliti, sehat, dan kompeten merupakan kunci sukses tenaga teknis.
SMK harus mengimbangi atau menyelaraskan kebutuhan IDUKA. Kriteria kebutuhan IDUKA harus sudah dimiliki oleh pengelola SMK dan harus dideseminasikan pada siswa SMK sejak awal masuk melalui pemetaan melalui program sekolah di Pusat Pengembangan Karir Siswa (PPKS). PPKS membagi tiga ranah pilihan siswa, yaitu bekerja, melanjutkan, atau wirausaha.
Bentuk kerjasama yang dapat diadopsi dan diajukan oleh SMK meliputi: kurikulum, pelatihan guru dan kepala sekolah, pengiriman guru tamu dari IDUKA, praktik kerja lapangan, pelatihan siswa, benchmarking, penyaluran lulusan, layanan konsultasi, uji kompetensi keahlian, donasi peralatan praktik. Bentuk kerjasama tersebut dapat dijadikan harmonisasi pembelajaran di SMK. Benih kerjasama sudah ditanam yang tertuang dalam bentuk-bentuk kerjasama dan siap disemai pada waktu yang ditentukan.
Dinamisasi perkembangan teknologi juga harus diimbangi dengan perubahan kurikulum secara cepat dan tepat. Kurikulum SMK dan IDUKA harus selaras. Jika tidak selaras akan terjadi ketimpangan, sehingga siswa yang dihasilkan dari SMK dinyatakan tidak kompeten dan tidak sesuai kebutuhan IDUKA. Dibutuhkan beberapa prosesi untuk dapat meyelaraskan kurikulum tersebut. Mengundang, duduk bersama, menyusun bersama, dan mengawal perjalanan kurikulum merupakan langkah yang tepat untuk mendapatkan kurikulum yang preskriptif dan yang sekarang dikenal dengan kurukulum berbasis industri atau blended curriculum.
Pelatihan guru merupakan investasi sekolah dalam rangka mengibangi akselerasi perubahan teknologi yang berkembang. Tidak hanya kurikulum yang berubah, tetapi guru juga harus mendapatkan treatment khusus dan telah mendapatkan pembekalan dari IDUKA, yang sekarang dikenal dengan “guru yang bersertifikasi industri”. Investasi guru merupakan investasi jangka panjang, karena guru akan mendapingi siswa hingga titik keberhasilan selama waktu belajar yang mereka tempuh. Tetapi guru tetap mendampingi siswa secara kontinu. Siswa yang lulus akan berganti dengan siswa yang baru.
Kepala sekolah juga harus mendapatkan energi baru dalam menyemai benih kerjasama. Selain kompetensi pokok yang dimiliki kepala sekolah, gaya kepemimpinan kepala sekolah juga sangat mendukung. Kepala SMK memiliki gaya yang berbeda dalam menghadapi iklim sekolah dan karakteristik sekolah. Psikologi calon kepala sekolah dalam mengelola SMK harus diukur melalui tes sebelum diangkat menjadi kepala sekolah. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan di Provinsi setempat atau Yayasan Penyelenggaran Pendidikan setempat dapat menggunakan pihak ketiga dalam melaksanakan tes psikologi. Tujuannya kesiapan Kepala Sekolah dalam memimpin SMK lebih baik dan siap dalam menghadapi tantangan dan mencari peluang untuk kemajuan SMK.
Menyemai benih kerjasama dapat diartikan sebagai meletakkan pondasi dasar sebuah instansi terutama SMK dengan harapan dapat memanen buah kerjasama, yaitu mendapat hasil yang saling menguntungkan kedua belah pihak, SMK dan IDUKA. Sumber daya yang ada harus dimaksimalkan untuk memenuhi kebutuhan kerjasama. Sumber daya manusia, mulai dari level pimpinan SMK dan seluruh pengelolanya harus memiliki visi dan misi yang sama dengan IDUKA untuk kemanfaatan bersama.
“Kerjasama untuk mempercepat tujuan bersama”
Editor : Dwi Novi Antari