Oleh Syi’ar Rahmawati
(Guru SD Aisyiyah Metro)
Bumi ini sedang diuji dengan adanya wabah virus yang hanya dengan sentuhan saja bisa menular, bahkan hanya sepercik air flu pun bisa tertular. Virus ini memiliki nama keren yaitu Covid-19. Virus ini berbahaya bahkan sudah berjuta jiwa yang mati karena terkena virus ini. Tidak hanya mematikan jiwa saja melainkan virus ini juga sudah membuat berjuta manusia dilema. Dengan munculnya virus berbahaya ini, kita menjadi sulit karna memiliki keterbatasan dalam beraktivitas. Salah satunya adalah aktivitas pendidikan.
Indonesia saat ini tidak bisa berkutik apapun. Banyak kegiatan yang dilarang tentunya, karena kita dianjurkan untuk di rumah saja. Bahkan berbagai lembaga harus terpaksa ditutup. Tidak ada satu orang pun yang protes atau demo dengan pemerintah. Karena memang ini bukan maunya pemerintah, ini adalah takdir yang memang saat ini Allah sedang menguji manusia dengan di munculkannya Covid-19.
Lalu bagaimana dengan nasib pendidikan saat kini?
Pandemi covid-19 berdampak pada dunia pendidikan. Sekolah sementara sudah hampir 6 bulan tutup. Guru tak mengajar siswa, siswa tidak belajar dengan guru. Lalu bagaimana nasib anak bangsa kita? Ternyata pemerintah menjawab, kita tetap belajar, namun pembelajaran saat ini bukan belajar di sekolah, melainkan belajar dari rumah, atau disebut sebagai ‘Pembelajaran Daring’. Guru tetap mengajar siswa pun tetap belajar, tapi itu semua dilakukan dengan cara pembelajaran jarak jauh.
Dimasa pandemi covid-19 ini Kemendikbud mengutamakan kesehatan dan keselamatan peserta didik, pendidik, tenaga pendidikan, keluarga dan masyarakat. Oleh karena itu kegiatan di luar rumah terpaksa harus memiliki batasan termasuk dunia pendidikan.
Guru di tuntut untuk kreatif, mengemas materi pembelajaran yang sedemikian apik sehingga dapat menarik minat belajar siswa meski pembelajaran jarak jauh tak bertatap muka. Ini dilakukan dengan metode komunikasi menggunakan handphone. Banyak kendala yang ditemukan dalam kegiatan daring ini.
Ada beberapa guru yang memiliki keterbatasan dalam penggunaan aplikasi pembelajaran. Muncul pula kendala dari wali murid yang tidak sedikit mengeluh tentang pembelajaran daring ini, sebab tidak semua wali murid memiliki handphone android, dan tidak semua wali murid yang memiliki handphone android bisa menggunakan aplikasi pembelajaran yang diberikan oleh sekolah. Maka terlihat bahwa pembelajaran ini dianggap kurang efisien. Selain itu materi pembelajaran tentu sulit untuk bisa terpenuhi seluruhnya. Sehingga guru dituntut untuk dapat mengembangkan inovasi-inovasi dalam penyampaian materi ajar selama pandemi.
Keluh kesah masyarakat dalam melaksanakan pembelajaran tak bertatap muka ini sungguh berdampak kepada sekolah. Banyaknya kritikan serta masukan yang harus sekolah terima membuat kinerja guru terkadang menjadi rumit. Pembelajaran yang diberikan terkadang menjadikan peserta didik bosan. Ini disebabkan karena kejenuhan yang belum tau kapan akan berakhir. Para orangtua mengeluh sebab menyadari bahwa mendidik anaknya di rumah dengan metode belajar jarak jauh ini tidak mudah. Ada beberapa anak yang sulit untuk dikendalikan dalam belajarnya. Mereka lebih memilih asyik dengan bermain game ketimbang mengerjakan tugas daring dari sekolah. Sehingga hal ini menjadi kendala dalam proses belajarnya. Segala penilaian pun tentu sulit untuk merekapnya. Yang biasanya setiap hari bisa menilai karakteristik siswa sebab pandemi ini guru sulit menentukan penilaian karakter tersebut.
Namun di sisi lain dengan diadakannya pembelajaran jarak jauh ini dapat menjadi peluang yang baik, yaitu dapat membuka mata keahlian para pendidik dan masyarakat dalam mengakses segala teknologi. Belajar secara daring tentu memiliki tantangan tersendiri, bukan hanya membutuhkan suasana di rumah yang mendukung untuk belajar, tetapi juga koneksi internet yang memadai. Segala kendala apapun yang harus dilakukan, tetap harus kita laksanakan, meski pembelajaran ini kurang efisien, namun kita harus mampu melaksanakannya.
Segera membaik bumiku, agar kami pendidik bisa segera berjumpa dan bertatap muka secara langsung dengan peserta didik kami. Tentu kami menyadari bahwa kami tidak menginginkan hal ini terjadi. Ini semua adalah kehendak Sang Pencipta. Mari kita sebagai manusia biasa berdoa dan selalu berusaha menjaga pola hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari.
Editor : Tri Hanifah