Oleh Hardika Saputra
Pendidikan karakter atau dalam istilah ajaran Islam sering disebut sebagai pendidikan akhlak sudah bukan hal yang baru lagi bagi pendidikan Indonesia. Beberapa tokoh besar dalam sejarah pendidikan di Indonesia seperti Ahmad Dahlan, R.A Kartini, Ki Hajar Dewantara, Soekarno, Hatta, serta tokoh pendidikan lainnya telah memiliki pemahaman tersendiri dan berusaha menerapkan konsep-konsep pendidikan karakter sebagai identitas bangsa Indonesia. Secara umum, pendidikan bertujuan untuk mengembangkan sumber daya manusia yang utuh dan andal, sementara pendidikan sekarang ini masih nampak melahirkan generasi yang ahli dalam pengetahuan dan teknologi saja.
Pembentukan karakter merupakan bagian penting dari proses pendidikan. Agama yang harusnya menjadi faktor penting dalam pembentukan karakter hanya ditempatkan pada posisi yang sangat minimal dan tidak menjadi landasan dari seluruh aspek dari tujuan pendidikan. Pendidikan tidak hanya sekedar mempersiapkan manusia menjadi seorang pekerja.
Dalam prosesnya, pendidikan saat ini hanya dilakukan sebagai kegiatan proses transfer budaya (transfer of culture) dan ilmu pengetahuan (transfer of knowledge) semata. Pendidikan tidak hanya bertujuan menjadikan manusia sebagai manusia yang cerdas dan ahli dalam bidang tertentu. Namun, pendidikan bertujuan untuk membentuk karakter positif dari setiap manusia. Pendidikan sebagai transfer nilai (transfer of value) menjadi sangat penting. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Dalam proses transfer nilai ini, aspek pendidikan karakter tidak bisa hanya diajarkan, dijelaskan serta memahamkan saja secara langsung kepada peserta didik, tetapi perlu adanya peneladanan dan pembiasaan. Pembiasaan untuk berbuat baik, pembiasaan berlaku jujur, tolong-menolong, toleransi, malu berbuat curang, malu bersikap malas, malu membiarkan lingkungan kotor, dan aspek-aspek pendidikan karakter lainnya perlu diprakekkan.
Islam sebagai pandangan hidup (way of life), baik dalam aktivitas sehari-hari, dan menyejajarkan pendidikan pada posisi yang sangat strategis, serta menjadikan pendidikan sebagai penentu bagi kepentingan kehidupan manusia di dunia dan akhirat. Sebagaimana dijelaskan dalam Islam, pendidikan karakter bersumber dari Al-quran dan sunah. Sedangkan, aspek pragmatis ajaran Islam terkait tentang pendidikan karakter bukan hanya sekedar teoritis belaka akan tetapi dibuktikan dengan pembelajaran melalui tokoh Nabi Muhammad. Ia tampil sebagai suri teladan (uswatun hasanah) yang baik. Tertulis dalam Al-quran di surat Al-Ahzab ayat 21 yang artinya “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu yaitu bagi orang-orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”
Sejarah peradaban Islam pun mencatat bahwa Al-quran dan ajaran Nabi Muhammad mampu menanamkan dan merubah karakter umatnya, yang pada waktu itu dalam keadaan kesesatan menjadi umat Allah.
Pendidikan karakter haruslah diteladankan, baik itu oleh orangtua kepada anak-anaknya, ataupun seorang guru kepada peserta didiknya. Seperti Nabi Ibrahim yang juga tampil sebagai suri teladan yang baik bagi para umatnya. Dalam Al-quran pada surat Al-Mumtahanah ayat 6 yaitu “Sesungguhnya pada mereka itu Ibrahim dan umatnya adalah teladan yang baik bagi mu yaitu bagi orang-orang yang mengharap pahala Allah dan keselamatan pada hari kemudian dan barangsiapa yang berpaling, maka sesungguhnya Allah dialah yang Maha kaya lagi maha terpuji.”
Misi dari kerasulan para nabi sebagai pengemban perbaikan budi pekerti, maka mereka senantiasa menunjukkan uswah hasanah sebagai wujud internalisasi nilai budi pekerti yang baik agar umatnya dapat meniru. Pragmatisme ajaran Islam terkait pendidikan karakter tidak hanya sekedar teoritis belaka namun dibuktikan dengan apa yang telah para nabi perbuat dan ajarkan.
Editor : Dwi Novi Antari