Oleh : Sabrina Layli (Siswi SMA N 1 Trimurjo Lampung Tengah)
“Kakak! Adik! Cepat bangun!”
Hari yang indah selalu dimulai dengan suara lantang ibu. Angin juga ikut berhembus sejuk, sinar jingga menampakkan dirinya di balik jendela, dan kicauan burung yang mendamaikan hati. Tepat di sebuah jendela terdengar suara kesibukan. Panggilan suara ibu dari bilik dapur membuat kedua anaknya sadar dari lelap. Dialah Bu Niy, istri dari Pak Too. Ibu terbaik di dunia menurut dua anak kesayangannya.
“Ya, bu…,” teriak kakak beradik itu dengan kompak tanpa aba-aba. Lalu si adik, Kay dan kakaknya Ina segera menuju ruang makan untuk sarapan bersama. Suasana meja makan terlihat hangat walaupun mereka hanya makan dengan lauk yang sederhana.
“Hari ini ayah rapi sekali? Mau kemana?” tanya Kay kepada ayahnya sembari melanjutkan makan.
“Iya anak, hari ini ayah mau cari pekerjaan,” jawab Pak Too kepada anaknya.
“Ayah saat seperti ini mau mencari pekerjaan?” Sahut sang kakak.
“Bagaimana lagi nak, tentu saja ayah mencari pekerjaan baru, karena ayah di-PHK dari perusahaan, walaupun mungkin sedikit sulit, tetapi ini demi kebutuhan kita dan untuk sekolah kalian berdua,” kata-kata tersebut keluar dari mulut Pak Too dengan nada sedih.
“Ayah nanti jangan lupa pakai masker dan tetap jaga jarak ya, dan untuk kalian cepat selesaikan sarapan dan segera belajar daring ya. Tetap rajin belajar apapun keadaannya agar kakak dan adik menjadi anak hebat,” Bu Niy menyemangati semua yang ada di meja makan.
Setelah sarapan, mereka berdua bersiap-siap untuk belajar daring, belajar dari rumah menggunakan gawai. Di ruang tamu yang kecil, di atas meja nampak buku-buku tebal milik mereka bersanding dengan gawai. Satu gawai untuk dua anak.
“Hari ini kakak punya tugasnya siang, Kay, jadi kamu saja dulu yang pegang handphone untuk mengerjakan tugasmu,” ujar sang kakak kepada adiknya.
“Oke, kak!” jawab Kay singkat.
Hari sudah semakin siang, dan berbagai tugas dari guru Kay dan Ina telah terselesaikan dengan baik. Tugas diberikan lewat gawai dan dikumpulkan juga lewat gawai. Kedua bersaudara ini adalah anak dari keluarga yang sederhana, bahkan bisa dibilang kekurangan, tapi mereka termasuk anak yang pintar dan berprestasi di sekolahnya, sebab tak pernah surut untuk belajar.
“Kak aku ada ide, bagaimana jika kita ikut lomba,” suara dengan penuh semangat keluar dari mulut Kay.
“Lomba apa? Memang tujuannya untuk apa Kay?” Ina bertanya dengan wajah penuh keheranan.
“Iya ikut lomba olimpiade sains online, kak. Tujuan untuk dua hal kak, yang pertama agar kita mendapatkan pengalaman lalu siapa tahu kita bisa memenangkan lomba itu. Hadiah uangnya kita bisa pakai kak,” Jelas Kay dalam rencananya.
“Wah, ide cemerlang, Kay,” Ina memuji pemikiran Kay yang sangat bagus.
“Aku berharap kita bisa memang, kak. Agar uang hadiahnya bisa jadi modal untuk jualan online,” lanjut Kay dengan rencananya.
“Wah benar sekali dan jika seperti itu ayah tidak perlu mencari pekerjaan di saat seperti ini, khawatir kesehatan ayah,” Ina sepakat atas apa yang adiknya pikirkan.
“Nah itu kakak faham,” jawab Kay sembari tertawa.
Tak ada waktu untuk menunda, dua bersaudara itu mulai mendaftar sebuah olimpiade secara online. Keberuntungan hadir atas usaha keduanya. Mereka berhasil lolos sebagai peserta dan melanjutkan banyak tahapan perlombaan. Bukan tak mengira, tetapi Kay dan Ina memang tergolong anak-anak pintar. Mereka berhasil menjuarai olimpiade online tersebut, dan mendapatkan uang sebagai hadiah.
Salah satu niat mereka untuk membuat usaha kue secara online pun dimulai. Semua dimulai saat mereka duduk di rumput hijau beralaskan tikar di belakang rumah. Sambil berbincang-bincang, mereka memakan kue kering buatan Bu Niy. Memulai usaha rumahan dengan memproduksi sendiri.
“Bu, kuenya masih banyak, belum terjual semua. Apa mungkin rasanya kurang nikmat ya?” Ina menilai kue hasil buatan ibunya setelah beberapa waktu mencoba memasarkan kue.
“Ya memang benar, tetapi setidaknya kita bisa memakan kuenya gratis jika tidak laku,” Pak Too melirik Bu Niy sambil mengambil kue dari toples.
“Eh, kok begitu, yah?” tanya Kay kepada Pak Too.
“Kita wajib bersyukur karena kita masih bisa memakan kue walaupun hanya sisa jualan yang tidak dibeli orang, sedangkan situasi sekarang sulit. Bahkan untuk sekadar memakan nasi,” jelas Pak Too pada Kay.
“Iya itu benar Kay, tapi ibu berjanji akan terus berusaha agar kuenya makin enak. Kue kita harus laku biar ayah nggak makan kue gratis terus,” canda Bu Niy, dibalas tertawa bersama keluarga kecil itu.
“Tapi ayah sangat bangga pada kalian, masih kecil tapi sudah berprestasi dan mandiri, mempunyai usaha sendiri yang bahkan ayah tak perlu bekerja di luar rumah, cukup membantu memasarkan online dan juga ke tetangga,” tutur Pak Too dengan nada bangga memuji kedua anaknya.
“Terimakasih Ayah,” jawab mereka dengan kompak dan bangga sambil berebutan memeluk ayahnya.
“Anak, ibu dan ayah sangat bangga sekali dengan kalian berdua, kalian tetap bisa membanggakan orangtua dalam keadaan seperti ini dan yang terpenting kalian tidak menyalahkan gunakan gawai yang diberikan ayah, bahkan kalian bisa memanfaatkan gawai itu dengan baik. Semoga kelak cita-cita kalian tercapai, ibu dan ayah akan selalu mendoakan kalian,” giliran Bu Niy memuji anak-anaknya, hingga mereka berdua tersenyum bahagia.
“Iya, bu. Kami berjanji akan tetep berusaha berbagai hal, belajar juga mengoptimalkan usaha ini, hingga ayah dan ibu bangga kepada kami,” janji positif keluar dari mulut Kay disambut acungan jempol tanda setuju dari Ina.
“Oh iya, nama kue kering kita ini apa nih, bagaimana jika kita buat label?” tanya Pak Too.
“Bagaimana jika namani “Kue Kering Pandemi”, haha…” Kay memberikan usul dengan tawa lebar.
“Ah, setuju! Kan memang sedang era pandemi,” sahut Pak Too.
Waktu terasa sangat cepat, tak terasa hari semakin siang dan mereka sekeluarga memulai kegiatan di dalam rumah dengan berbagai kesibukan. Kay dan Ina nampak sibuk melayani pemesanan kue kering para pemesan. Rata-rata pemesan mereka adalah teman-teman Kay dan Ina sekolah, ada juga guru yang ikut memesan. Tetangga terkadang juga datang untuk membeli Kue Kering Pandemi.
Pak Too pun nampak sibuk membantu Bu Niy memanggang kue. Sedangkan Bu Niy membuat adonan dan cetakan kue, yang juga dibantu oleh kedua anaknya. Keluarga kecil yang hidup sederhana namun dibaluri dengan rasa syukur dan kebahagiaan. Prinsip yang diajarkan oleh Pak Too adalah melakukan segala sesuatu dengan jujur, ikhlas dan penuh rasa syukur. Pak Too telah kehilangan pekerjaan sebagai buruh di sebuah perusahaan tambak ikan yang ada di Lampung Tengah. Namun, karena Pak Too memiliki keluarga yang saling mendukung, sehingga keadaan semua dapat diatasi dengan baik oleh mereka.
Editor : Dwi Novi Antari
Kerennn lohh.,, semangat kakak
bagus ceritanyaa..good job👍👍
Luar biasa, sangat inspiratif
teruslah berkarya
Sukses selalu