Oleh Renci
Mendiskusikan literasi, tentu ruang pembahasannya tidak sekedar membincang soal membaca dan menulis, tetapi lebih dari itu. Kegiatan literasi meliputi tentang kemampuan kita sebagai seorang manusia dalam mengamati, menganalisa, melihat potensi dan menyelesaikan permasalahan-permasalahan sosial. Maka, kehidupan kita sangat dekat dengan literasi.
Di era keterbukaan informasi, sebagai seorang pemuda, mahasiswa maupun aktivis sudah seharusnya meningkatkan kemampuan literasi. Hal ini dilakukan agar di tengah era yang semakin terbuka, cara berpikir pemuda tidak tertutup, sebab keterbukaan pemikiran maka akan menghasilkan gagasan yang memberi solusi sesuai dengan konteks zaman. Dengan kemampuan berliterasi, pemuda seharusnya mampu menciptakan sebuah gagasan dan pemikiran yang baru untuk adanya perubahan.
Sebuah gerakan lahir dari kegelisahan. Di sekitar kita, tentu ada banyak kegelisahan dan permasalahan-permasalahan. Minimnya minat baca, pasifnya pola diskusi dan permasalahan lain yang semakin kompleks. Sebagai pemuda dan aktivis, kita seharusnya mampu membaca keadaan dan kondisi yang seperti itu. Kemudian, berangkat dari kegelisahan yang dibaca dan diamati, proses yang selanjutnya adalah mendiskusikan hasil literasi yang didapatkan dari lapangan. Dari obrolan-obrolan kecil, maka akan muncul sebuah terobosan-terobosan besar yang kemudian lahirlah gerakan.
Sudah semestinya pemuda dan aktivis mampu merealisasasikan dalam aksi dan karya nyata dari proses literasi. Karena, menjadi pemuda maupun aktivis tidak layak jika hanya duduk di menara gading, sebatas menjadi pengamat setiap kesenjangan dan ketimpangan sosial atau pengkritik pemerintahan namun tidak ikut memberikan sumbangsih pemikiran maupun terjun langsung untuk ikut mengubahnya.
Namun, yang menjadi keresahan saat ini adalah rendahnya minat berliterasi di kalangan pemuda. Rendahnya kemampuan membaca dan semangat menulis menjadi tantangan tersendiri. Untuk itu, hadirlah komunitas-komunitas literasi yang gerakannya itu lahir dari proses literasi. Pengamatan akan permasalahan yang dihadapi, menjadikan penggiat literasi menuangkan gagasan berupa komunitas seperti komunitas Lapak Baca Jalanan, Griya Baca Komunitas dan komunitas lainnya.
Hadirnya komunitas-komunitas tersebut merupakan bentuk dari realisasi aksi nyata pemuda dan aktivis dalam menggagas gerakan literasi. Hal yang selanjutnya penting adalah tetap berkontribusi dengan kemampuan dan kompetensi masing-masing pribadi. Menjadi seorang pemuda dan aktivis, kehadirannya harus senantiasa berperan, harus memiliki aksi nyata, tidak sekedar retorika. Artinya, di tengah kemajuan zaman seperti sekarang ini, kemampuan literasi dibutuhkan untuk membentengi diri dari arus globalisasi. Tidak hanya itu, kemampuan literasi juga dijadikan sebagai nafas segar bagi pemuda dan aktivis untuk terus bergerak bersama, berbagi serta berkolaborasi dalam memberikan kebermanfaatan.
Hal terkecil yang bisa dilakukan adalah memasifkan gerakan membaca dan menulis, dua kegiatan tersebut diharapkan mampu menjadi sebuah tindakan pencerahan bagi kaum pemuda untuk melanjutkan peradaban yang lebih baik lagi. Kegiatan membaca tidak terbatas hanya pada pembacaan secara tekstual melalui buku dan e-book, melainkan juga keterbiasaan pemuda dalam membaca permasalahan yang ada, dimulai dari lingkaran terdekat, misalnya permasalahan yang ada di dalam organisasi masing-masing atau permasalahan di lingkungan kompleks sekitar. Ketika proses membaca tekstual dan kontekstual sudah dibiasakan oleh pemuda, maka selanjutnya yang dilakukan adalah menggagas solusi yang bisa mengatasi permasalahan tersebut. Maka, ini akan menjadi sebuah kegiatan literasi yang akan menghasilkan aksi nyata.
Editor : Dwi Novi Antari
Sangat bermanfaat kak. 😀