Oleh Tri Hanifah
Portal online Mahan Pedia beberapa hari yang lalu telah mengadakan kegiatan webinar, tepatnya pada Sabtu, 24 Oktober 2020. Acara ini diberi nama Virtual Teras Mahan. Adapun tema yang diusung dalam kali ke dua webinar melalui aplikasi Zoom Meeting ini yaitu ‘Tips Agar Tulisan Menembus Media Cetak dan Media Online’. Menghadirkan narasumber seorang penulis buku dan media online serta penggiat literasi asal Bekasi bernama Fathin Robbani Sukmana.
Menurut Fath (demikian nama panggilannya), agar tulisan dapat diterima oleh media cetak maupun media online, maka dapat mengikuti beberapa tips berikut ini :
Pertama, memperhatikan teknis. Teknis yang dimaksud di sini adalah penulis perlu memilih dan mengamati media yang dituju. Memahami corak, visi dan misi suatu media. Penulis harus memilih media yang pas dengan tema tulisan yang dibuat, disesuaikan dengan corak media tersebut. Seperti Republika atau Ib Times, tentu berbeda coraknya dengan Mojok.co yang memberitakan hal-hal yang lucu dan santai.
Selain itu, suatu media biasanya akan melihat latar belakang dari penulis, apakah pekerjaan atau keahliannya sebagai politikus, pendidik, pengamat dan sebagainya. Sehingga penulis semestinya menulis hal-hal yang sesuai dengan keahliannya tersebut, agar tulisan dapat diyakini dan diterima oleh media.
Selanjutnya masih dalam hal teknis, penulis harus memperhatikan ketentuan yang telah ditentukan oleh media, semisal, syarat-syarat tulisan ditentukan antara 500 sampai 1000 kata, memperhatikan jumlah karakter setiap paragraf, yang mengharuskan kurang dari 350 karakter dan sebagainya. Sehingga tulisan yang kita sampaikan tidak terlalu panjang melebihi ketentuan, yang menyebabkan tulisan tidak diterima oleh media. Hal yang paling utama yaitu, hendaknya penulis menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, dan sesuai dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI).
Kedua, berkenaan dengan isi tulisan. Agar media melirik tulisan yang kita buat maka buatlah tulisan yang memiliki nilai kebaruan, yaitu hal-hal yang update, terdapat ide atau gagasan baru, serta tajam mengambil sisi dan sudut pandang yang berbeda dari suatu pokok pikiran atau permasalahan yang sedang menghangat.
Isi tulisan juga harus memiliki relevansi. Yaitu mengangkat isu-isu aktual yang sedang ramai dibicarakan oleh masyarakat. Dan memiliki pesan moral yang tunggal, sehingga pesannya tersampaikan, tidak bias atau menimbulkan keraguan dan keresahan bagi pembaca.
Fath juga menyampaikan, sebuah tulisan akan diterima atau tidak, terkadang juga bergantung pada keputusan sang editor. Ada editor yang tertarik pada suatu tulisan untuk kemudian mau mengedit dalam rangka untuk memberikan edukasi tulisan kepada sang penulis. Namun, untuk media yang sudah besar dan terkenal, dengan jumlah pengirim tulisan yang banyak, maka hal ini sangat kecil dilakukan oleh editor. Berbeda dengan media yang masih baru didirikan dan jumlah pengirim tulisan yang belum banyak.
Webinar yang dihadiri oleh 50 partisipan yang berasal dari berbagai daerah dan provinsi tersebut, juga dibuka ruang diskusi dan tanya jawab. Terdapat beberapa pertanyaan seperti tentang bagaimana agar judul atau tema yang ditulis oleh penulis menjadi menarik? Lalu bagaimana tips mengatasi kondisi jika penulis mengalami stuck atau kebuntuan pada saat menulis?
Disampaikan oleh narasumber yang memiliki hobi membaca dan ngopi ini, bahwa menentukan judul hendaknya memiliki sisi keunikan dan sudut pandang yang berbeda, meskipun tema yang diusung juga telah banyak ditulis oleh penulis lainnya. Semisal tentang Omnibus Law. Semua orang menulis tentang hal tersebut, hal yang sedang ramai dibicarakan oleh masyarakat. Maka carilah sudut pandang yang berbeda, yang belum dibahas oleh penulis yang lainnya. Semisal mengupas bagaimana keberpihakan Omnibus Law terhadap pekerja buruh perempuan.
Menanggapi tentang kondisi writter block atau penulis yang mengalami kemacetan ketika sedang menulis, penulis millenial ini menyampaikan, maka janganlah melanjutkan menulis. Berhenti sejenak dan hiruplah udara segar atau sekedar rehat pikiran dengan melakukan aktivitas ringan. Namun, pada saat kondisi ini, sesungguhnya penulis perlu menutrisi kembali pemikiran, dengan menambah pengetahuan melalui aktivitas seperti membaca, wawancara, diskusi, penelitian dan sebagainya.
Terakhir Fathin berpesan : “Jika Anda ditolak oleh media online maupaun media cetak adalah suatu hal yang wajar. Yang tidak wajar adalah jika Anda sekali ditolak lalu menyerah dan berhenti menulis.”
Editor : Dwi Novi Antari