• Tentang
  • Kontak
  • Tim Redaksi
  • Beranda
  • Teras Mahan
  • Artikel
    • Opini
    • Essay
    • Reportase
    • Profil
  • Sastra
    • Puisi
    • Cerpen
    • Resensi
  • Resonansi
No Result
View All Result
Mahanpedia
No Result
View All Result
Home Artikel

Apakah Persyarikatan ini Warisan?

mahanpedia by mahanpedia
2 tahun ago
in Artikel, Opini
3 min read
0
0
SHARES
215
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Oleh : Hardi Santosa  (Ketum Pemuda Muhammadiyah Kabupaten Pringsewu, Lampung  2014 – 2018 & Dosen Tetap Yayasan Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta).

Muhammadiyah dalam perspektif Mukti Ali (1983) dikenal sebagai gerakan serba wajah (dzu wujuh). Sebutan ini dimaksudkan untuk menunjukkan keragaman aktivitas Muhammadiyah. Sebagaimana diketahui, Muhammadiyah menjalankan aktivitas dalam berbagai bidang, seperti: tabligh, pendidikan, sosial, kesehatan, ekonomi bahkan politik. Dengan demikian di kalangan eksternal, Muhammadiyah cukup dikenal sebagai organisasi keagamaan, organisasi sosial, organisasi pendidikan bahkan gerakan politik melalui aktivitas jihad konstitusinya.  

Keserba-wajahan Muhammadiyah merupakan konsekuensi logis dari konsepsi dakwah yang dianutnya. Bagi Muhammadiyah dakwah adalah keseluruhan proses untuk mengajak manusia kepada Islam kaffah yang dapat dilakukan lewat beragam aspek kegiatan pengembangan dan pemberdayaan masyarakat. Dalam konteks ini, beragam aktivitas Muhammadiyah dalam berbagai bidang tersebut diselenggarakan atas dorongan dan semangat amar makruf nahi munkar. Dengan begitu, keserbawajahan Muhammadiyah yang ditampilkan bermuara pada satu wajah, yakni : dakwah.

Dalam perspektif ini, kita memahami bahwa ide dasar kelahiran Muhammadiyah adalah dakwah amar ma’ruf nahi munkar, sehingga tercipta masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, dengan kualitas hidup yang penuh dengan keunggulan. Manusia unggul yang terbentuk dalam sistem yang penuh keteladanan, egalitarian, semangat memberi dan berkorban untuk persyarikatan dan umat. Sebab pemilihan diksi “persyarikatan”  tentu bukan kebetulan. Muhammadiyah disebut persyarikatan karena merupakan sistem tempat bersyarikat, bertemunya banyak manusia, yang melebur dalam kesatuan gerak sistem organisasi. Orang per orang, bahkan pimpinan mesti patuh pada sistem dan kaidah. Kaidah persyarikatan mesti dijadikan panglima dalam mengatur gerak dan kebijakan, terlebih pada amal usahanya. Sistemlah yang mesti berada di atas manusia, bukan sebaliknya manusia di atas sistem bahkan menabrak kaidah demi memperturutkan hawa nafsu.

Persyarikatan ini, terutama amal usahanya membutuhkan masinis yang dapat bekerja dengan hati nurani, mengedepankan perilaku etik dan menjunjung tinggi integritas dan moral.  Sebab sistem yang dibangun di dalam persyarikatan dipenuhi dengan semangat keteladanan dan pembinaan. Maka sulit dihindari, jika di kalangan internal persyarikatan  berkembang kesan terlalu permisif dan mudah memaafkan manakala menemukan perilaku oknum pimpinan amal usaha yang kurang amanah sebagai bagian dinamika persyarikatan.

Dinamika persyarikatan bisa jadi merupakan bagian kasih sayang Allah Swt., sekaligus petunjuk dalam menguji keteguhan iman, kepemimpinan dan tantangan dakwah. Untuk itu, perlu disikapi dengan arif dan penuh kesabaran. Sebab Allah Swt., telah mengingatkan : “…manusia mengira telah beriman, padahal mereka belum diuji (QS. Al ‘Ankabut [29]: 2). Pada ayat lain Allah Swt., memerintahkan setiap mukmin untuk bersabar dan menjadikan salat sebagai penolong “…jadikanlah sabar dan salat sebagai penolongmu” (Qs. Al Baqarah [2]: 153). Kedua ayat tersebut mengandung makna imperatif bahwa setiap mukmin hendaknya bersabar dalam menghadapi tantangan dakwah. Sabar dalam artian tidak memperturutkan hawa nafsu, memaksakan kehendak dan menghalalkan segala cara untuk mencapai suatu tujuan.

Jangan biarkan perturutan hawa nafsu mendorong tergadaikannya idealisme dalam berdakwah. Kembalikan persyarikatan ini pada khitahnya, pada identitas dan jati diri sebagai gerakan dakwah. Tengok kembali sejarah, bagaimana Kyai Dahlan berjuang mendirikan persyarikan ini. Kenali kembali untuk apa dan mengapa persyarikatan ini didirikan. Sejarah ini menjadi sangat penting, sebab sejarah merupakan identitas diri. Ketidakpahaman terhadap sejarah berpotensi pada keadaan “krisis identitas”. Krisis identitas dapat digambarkan sebagai suatu keadaan yang serba gamang, reaktif-sporadik, mudah dihasud dan dipengaruhi, mengikuti arus dan ke mana arah angin bertiup, sehingga visi dan identitas organisasi menjadi kabur. Organisasi yang berada pada kondisi demikian hampir dipastikan tidak akan dapat melakukan kerja-kerja dakwah secara efektif dan produktif.

Mari kita kokohkan identitas Muhammadiyah sebagai organisasi dakwah amar ma’ruf nahi munkar. Berangkat dari keteladanan pendiri persyarikatan ini, kita wujudkan semua level kepemimpinan persyarikatan dan AUM yang dapat diteladani. Akhirnya selamat Milad gerakanku, semoga spirit ber-fastabiqul khairat, keteladanan, perilaku etik, integritas dan moral dapat kita hadirkan dalam menjaga amanah persyarikatan. Sebab persyarikatan ini bukanlah warisan, tetapi pinjaman yang mesti dikembalikan.

Editor : Tri Hanifah

Previous Post

Boikot Produk Bukan Kritik yang Solutif

Next Post

Mencetak Generasi Unggul Ala Jepang

Next Post

Mencetak Generasi Unggul Ala Jepang

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Popular Posts

Essay

Bonus Demokrasi dan Nawacita

by mahanpedia
Februari 27, 2023
0
8

Oleh : Fahrudin Hamzah Ketua Bidang Teknologi dan Informasi Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah Indonesia diperkirakan akan menghadapi era bonus...

Read more

Bonus Demokrasi dan Nawacita

Literasi Berada di Jurang Degradasi

Muhammadiyah; Dari Kiyai Haji menjadi Profesor?

Bukit Idaman: Ekowisata peduli sesama

Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

Nilai-nilai Dasar Dalam Etika Berdigital

Load More

Popular Posts

Hablum Minal’alam: Menjaga Lingkungan Bernilai Ibadah

by mahanpedia
September 2, 2021
0
2k

Akhlak Mulia Generasi Zaman Now

by mahanpedia
September 16, 2020
0
1.8k

5 Hal Misterius tentang Amado

by mahanpedia
September 6, 2021
0
1.6k

Mahanpedia

Mahanpedia adalah media belajar bersama untuk saling menginspirasi membangun kemajuan melalui gerakan literasi.

  • Kirim Tulisan
  • Tim Redaksi
  • Kontak

© 2020 Mahanpedia.id – Inspirasi untuk kemajuan.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Teras Mahan
  • Artikel
    • Opini
    • Essay
    • Reportase
    • Profil
  • Sastra
    • Puisi
    • Cerpen
    • Resensi
  • Resonansi

© 2020 Mahanpedia.id