Oleh : Erie Riza Nugraha
“Anak muda kita aduh saya bilang sama presiden, jangan dimanja, dibilang generasi kita adalah generasi milenial, saya mau tanya hari ini, apa sumbangsihnya generasi milenial yang sudah tahu teknologi seperti kita bisa viral tanpa bertatap langsung, apa sumbangsih kalian untuk bangsa dan negara ini?,” Begitulah pernyataan Megawati dalam sambutannya di acara peresmian Kantor DPD secara virtual, Rabu (28/10/2020).
Pernyataan ini kemudian banyak dipersepsikan sebagai ketidakpuasan Megawati sebagai Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan melihat kinerja para menteri dan staf khusus presiden dari kaum milenial yang dicoba dikaitkan adanya demonstrasi anarkis menolak Omnibus Law baru-baru ini.
Saya tidak tahu secara pasti mengapa dia berkomentar seperti itu dan apa motivasinya? Karena hanya Megawati dan Tuhan Yang Maha Esa yang mengetahuinya.
Menurut saya telah terjadi perbedaan persepsi tentang apa yang dimaksud dengan sumbangsih atau kontribusi untuk bangsa dan negara.
Jika kita lebih meneliti, Megawati dilahirkan pada tanggal 23 Januari 1947, artinya Megawati termasuk dalam generasi Baby Boomers, yaitu generasi yang lahir setelah perang dunia ke-2, yaitu 1946 hingga 1965, pasca perang dunia ke-2 di mana angka kesuburan manusia dan kelahiran bayi sangat tinggi.
Menurut teori ilmu sosiologi, generasi Baby Boomers lahir pada masa-masa mempertahankan kemerdekaan dan berbagai perang yang telah berakhir sehingga perlu menata kehidupan bernegara. Alih-alih bergantung pada orangtua, generasi ini cenderung hidup mandiri. Mereka memegang teguh adat istiadat sehingga cenderung kolot, namun sangat matang dalam pengambilan keputusan karena pengalaman kehidupan yang pernah dilalui.
Sebagaimana kita telah ketahui, generasi ini cenderung tidak suka menerima kritik, sedangkan uang dan pengakuan dari lingkungan adalah target mereka. Umumnya, gengsi menjadi urutan pertama dalam kehidupan sosial. Meskipun begitu mereka mencari uang untuk keluarga, yaitu bekerja keras untuk menyejahterahkan anak-anak. loyalitas dan dedikasi dalam bekerja menjadi poin positif bagi Baby Boomers.
Generasi Baby Boomers sangat peduli terhadap keturunannya, mereka tidak ingin anak-anaknya merasakan kesusahan yang dirasakannya saat masa-masa kemerdekaan. Oleh karena itu, mereka cenderung menghabiskan penghasilannya untuk membeli tanah, rumah, kendaraan dan sisanya ditabung sebagai warisan untuk anaknya nanti.
Ini sangat berbeda dengan generasi Y atau yang lebih akrab dengan sebutan generasi Milenial yang dilahirkan pada periode 1981 hingga 1994, adalah generasi yang lahir di saat teknologi sedang berkembang pesat. Kehadiran komputer, video games, gadget, dan smartphone yang tersambung dengan kecanggihan internet membuat generasi ini mudah mendapatkan informasi secara cepat dan sebagainya.
Dengan pendidikan yang lebih baik dibandingkan generasi sebelumnya, generasi ini bisa dikatakan penuh ide-ide visioner, inovatif untuk melahirkan pengetahuan dan penguasaan IPTEK. Mereka cenderung ambisius dalam bekerja. Di samping kerja kantoran, sebagian juga membuka bisnis sendiri untuk menuju kesuksesan. Mereka memiliki jiwa entrepreneur yang tinggi.
Keseimbangan gaya hidup dan pekerjaan menjadi hal yang paling penting bagi Generasi Milenial. Karenanya, mereka cenderung mencari pekerjaan yang dapat menunjang gaya hidup. Jika tidak, mereka cenderung berhenti dari pekerjaan tersebut.
Kalau kita menghitung umur Generasi Milenial, di tahun 2020 ini mereka sudah berumur antara 26 hingga 39 tahun. Jadi mereka bisa dipastikan sudah lulus perguruan tinggi. Sedang penuh gairah mengejar passion dan prestasinya. Kalaupun masih ada yang kuliah, kemungkinan besar sedang menghitung hari untuk drop out dari bangku kuliah.
Siapa yang bisa mewakili generasi Milenial?
Kita sebut saja Nadiem Makarim, pendiri Gojek yang saat ini akrab dipanggil Mas Menteri Pendidikan & Kebudayaan lahir pada tanggal 4 Juli 1984, Willam Tanuwijaya pendiri Tokopedia lahir pada tanggal 11 Nopember 1981, dan Achmad Zaky pendiri Bukalapak lahir 24 Agustus 1986.
Pada 2019, Gojek telah berkontribusi ke Perekonomian Nasional sebesar Rp104,6 triliun. Angka ini merupakan kenaikan dibanding kontribusi Gojek pada 2018 yang mencapai Rp55 triliun.
Dengan metode perhitungan PDB, produksi yang terjadi di ekosistem Gojek selama tahun 2019 setara dengan 1 persen PDB Indonesia. Hal tersebut merujuk kepada riset Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI) yang berjudul ‘Peran Ekosistem Gojek di Ekonomi Indonesia Sebelum dan Saat Pandemi COVID-19’.
Berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) menyebutkan bahwa jangkauan Tokopedia telah mencakup 97% kecamatan di Indonesia.
Tokopedia disebut telah memiliki 6,4 juta penjual yang berjualan di platform-nya.
Saat ini, lebih dari 1,6 juta warung dan wirausahawan mandiri di seluruh Indonesia tercatat sebagai Mitra Bukalapak yang tidak hanya berbisnis secara tradisional, tetapi juga mengalami peningkatan kapabilitas usaha dengan menjadi penyedia layanan produk-produk virtual seperti pulsa listrik, kuota internet, pembayaran BPJS, PDAM, Telkom dan pembayaran tiket perjalanan.
Bagi para pelapak yang merupakan bagian dari ekosistemnya, Bukalapak menciptakan Komunitas Bukalapak. Komunitas ini wadah untuk terus meningkatkan kapasitas para pelapak melalui berbagai pembinaan dari tim Bukalapak melalui acara kopdar, kampung wirausaha online, kegiatan sosial di waktu-waktu tertentu, dari mulai buka puasa bersama, bakti sosial, hingga pelatihan digital.
Mencermati data dan fakta tersebut diatas, sudah selayaknya kita memberikan apresiasi dan penghargaan kepada para Generasi Milenial yang telah mengukir prestasi.
Jika masih ada yang belum bisa memberikan sumbangsih atau kontribusi seperti mereka, selayaknya diberikan keterampilan dan kesempatan yang sama hingga bisa mengukir prestasi yang tinggi.
Pada saat ini, sudah tiba waktunya bagi generasi Baby Boomers untuk lengser keprabon. Menyediakan diri sebagai mentor bagi generasi selanjutnya, memberikan bekal dan motivasi untuk mempersiapkan Indonesia yang lebih baik.
Begitulah kita melihat ketidakpahaman Megawati atas generasi Milenial.
Editor : Dwi Novi Antari