• Tentang
  • Kontak
  • Tim Redaksi
  • Beranda
  • Teras Mahan
  • Artikel
    • Opini
    • Essay
    • Reportase
    • Profil
  • Sastra
    • Puisi
    • Cerpen
    • Resensi
  • Resonansi
No Result
View All Result
Mahanpedia
No Result
View All Result
Home Artikel

Muhammadiyah Menua dalam Usia, Mempesona dalam Gerakan Nyata

mahanpedia by mahanpedia
2 tahun ago
in Artikel, Resonansi
4 min read
2
0
SHARES
203
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Muhammadiyah Menua dalam Usia, Mempesona dalam Gerakan Nyata

Oleh : Hasbullah (Dosen AIK  Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu)

Muhammadiyah dengan umurnya yang kini telah mencapai 108, terbilang tua dalam usia.  Tahun 1912 dilahirkan Muhammadiyah oleh KH. Ahmad Dahlan dengan proses yang cukup panjang serta banyak dealektika, bukan saja persoalan agama  tapi juga persoalan pendidikan, sosial, ekonomi, politik serta masalah budaya. Hal ini yang menggerakkan Dahlan muda untuk menuntaskan segala persoalan yang dianggap masalah saat itu. Nilai-nilai keagamaan yang Dahlan muda melihat adanya ketidakwajaran dalam pelaksanaannya serta ada prilaku-prilaku diskriminasi terhadap pelakunya. Menggerakkan nalar pikir dan nalar prilaku untuk  menembus batas-batas yang saat itu tidak mungkin dilalui oleh sembarangan orang.

Bermodalkan sebagai anak seorang  Imam masjid besar keraton menjadikan dirinya mempunyai kekuatan untuk menembus batas-batas yang tak mungkin dilalui. Maka Dahlan muda pada usia 15 tahun berangkat menunaikan haji untuk pertama kalinya dan tinggal di Makkah kurang lebih lima tahun lamanya. Dengan segala kegundahannya atas prilaku keagamaan yang terjadi di Kauman, terjawab sudah dengan mulai berinteraksinya dengan pemikiran-pemikiran pembaruan dalam dunia Islam, seperti Muhammad Abduh, Al Afghani, Rasyid Ridha dan Ibnu Taimiyah. Yang dari situlah petualangan pemikiran KH. Ahmad Dahlan dimulai.

KH. Ahmad Dahlan lahir di Yogyakarta 1 Agustus 1868. Memiliki nama kecil adalah Muhammad Darwis.  Ia merupakan anak keempat dari tujuh bersaudara. Ia termasuk keturunan yang ke-12 dari Maulana Malik Ibrahim (Sunan Gresik). Di haji kedua pada tahun 1888 Muhammad Darwis berganti nama menjadi Ahmad Dahlan. Pada tahun 1903 Ahmad Dahlan kembali lagi ke Makkah untuk menuntun ilmu dan menetap selama 2 tahun. Sepulang dari Makkah itulah KH. Ahmad Dahlan terus mengembangkan potensi diri untuk menyelesaikan kegusaran dalam pengamalan agama Islam.

Pada 18 November 1912 (8 Dhulhijah 1330 H) Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah. Nama Muhammadiyah merupakan usulan dari muridnya yaitu KH. Sangidu, sehingga sebagai tanda penghormatan nomor ke-1 anggota diberikan pada muridnya itu. Muhammadiyah  dilahirkan di bumi nusantara oleh KH. Ahmad Dahlan, bercita-cita melakukan pembaruan dalam Islam, yakni pembaruan dalam cara berpikir dan beramal menurut agama Islam.

Dilahirkan Muhammadiyah di awal untuk mengajak umat Islam yang ada di Indonesia kembali menjalankan hidup menurut Al Qur’an dan Sunnah. Dan Dahlan sejak awal sudah menetapkan bahwa Muhammadiyah bukan organisasi politik. Dalam perkembangannya, yakni dalam khittah Ponorogo, politik menjadi alat dakwah bagi Muhammadiyah. Muhammadiyah adalah organisasi bersifat sosial keagamaan dan juga bergerak di bidang pendidikan. 108 usia Muhammadiyah. Semakian menua, namun gerakan Muhammadiyah semakin mempesona.

Usia ke-108 Muhammadiyah

Usia yang menua sudah seharusnya bagi Muhammadiyah melakukan muhasabah. Muhasabah dihadirkan untuk melihat dan melihat kekurangan, bukan mengakusisi kelebihan dan melegitimasi kesombongan dengan segala potensi yang ada. Apa yang dimiliki Muhammadiyah merupakan perwujudan keberkahan atas keikhlasan Muhammadiyah dalam menyelesaikan persoalan kemungkaran yang menetapkan gerakannya pada pencegahan kemungkaran dengan tetap menjadikan Al Qur’an dan Sunnah menjadi rujukan. Usia ke-108 bukan untuk bertepuk dada, namun menjadikan Muhammadiyah sebagai gerakan yang mengedepankan keunggulan, bukan saja keunggulan nilai keagamaannya melainkan keunggulan dari segala aspek. 

Dalam usia ke-108 Muhammadiyah menjadi waktu untuk melakukan evaluasi terhadap apa yang telah dikerjakan, baik dalam bidang dakwah keIslaman dan dakwah sosial, yang sejak awal menjadi identitas dari gerakan Muhammadiyah, yang merupakan  Al Furqon (pembeda) dengan gerakan Islam lainnya. Bagi Muhammadiyah usia 108 adalah alat untuk melihat dan memperhatikan gerak keIslaman Muhammadiyah yang selalu memberikan nutrisi dan warna  dalam khazanah pengamalan Islam. Menjadi nilai yang mempesona bagi kaum-kaum inteletual dan para peneliti civil socienty. Sehingga Muhammadiyah berkembang bukan karena zaman tapi berkembang karena pengetahuan dan keIslaman yang hakiki.

Menuanya Muhammadiyah, dalam usianya melebihi satu abad dan telah melintasi zaman  menuju gerak keunggulan. Maka tidak berlebihan jika Muhammadiyah mendapat apresiasi tersendiri dari orang-orang yang merasakan keberadaan  Muhammadiyah. Apresiasi ini ditujukan terhadap apa yang telah dilakukan dan dikerjakan Muhammadiyah dalam usaha-usaha memecahkan persoalan keagamaan, keumatan bahkan persoalan kebangsaan. Kita dapat melihat dalam persoalan kebangsaan, Muhammadiyah tampil dengan mengoptimalkan sumberdaya manusia dan sumberdaya dana yang ada dalam persyarikatan, tanpa memikirkan apa yang akan diperoleh oleh Muhammadiyah setelah itu. Bagi Muhammadiyah membantu menyelesaikan semua persoalan yang ada dalam kehidupan di dunia ini merupakan nilai ibadah dihadapan Allah SWT.

Dalam usia 108 yang bukan lagi usia muda bagi umur makhluk Allah, sudah pasti Muhammadiyah sudah juga membuat formulasi dan jalan gerakan, yang intinya gerakan itu tetap dalam kerangka menjalankan wajah dan wijhah persyarikatan Muhammadiyah, baik sebagai gerakan dakwah, gerakan Islam dan gerakan tajdid. Sehingga apa yang telah disusun dan dicita-citakan oleh pendahulu di Muhammadiyah dapat diejawantahkan dalam gerakan yang menggembirakan, menyehatkan serta mencerdaskan, bukan saja bagi warga persyarikatan Muhammadiyah melainkan bagi warga dunia secara menyeluruh dan utuh.

Ketangguhan dan keteguhan warga Muhammadiyah dalam catatan sejarah menjadikan warna tersendiri. Bagaimana warga Muhammadiyah tidak pernah kehilangan nalar berpikir dan bertindaknya, gerakan yang dilakukan terkontol dan terukur. Berjalan tanpa kehilangan kepribadian sebagai warga Muhammadiyah, serta tidak pernah keluar, lari dari persoalan dan permasalahan keumatan, kemanusiaan dan kebangsaan. Muhammadiyah dan warganya hadir menjadi jalan keluar dan menjadi barisan terdepan dalam memberikan solusi yang solutif.

Pesona Gerak Muhammadiyah

Gerak dakwah Muhammadiyah yang baik dan konstruktif  yang dibingkai dalam gerakan yang tersistem dan teroganisir menghadirkan jalan dakwah Islam yang dialogis, humanis serta mampu melahirkan setting sosial yang memberikan jalan keteduhan dan kesejukan dalam berIslam dan bermasyarakat. Dengan jumlah lembaga pendidikan yang dimiliki Muhammadiyah, terdiri 30.125 TK PAUD/TPQ,  2.766 SD/MI,  1.826 SMP/MTs, 1.407 SMA/SMK/MA, 360 Pondok Pesantren, 163 Universitas/ PT dan 50 SLB. Hal ini membuktikan bahwa gerak dakwah Muhammadiyah terus tumbuh dan berkembang dengan tolak ukur jelas.

Muhammadiyah menghadirkan gerakan Islam seperti yang ditawarkan oleh KH. Ahmad Dahlan, yaitu Islam yang mendalam, luas dan dijalankan.  Agar  Islam tidak kehilangan susbtansi nilai keIslaman sebagai agama, sehingga Islam teresap bukan saja di lisan melainkan teresap dalam hati serta perbuatan. Maka Islam yang ditawarkan dan didakwahkan oleh Muhammadiyah bukan Islam teoritis saja melainkan Islam yang sudah aplikatif dalam kehidupan sosial masyarakat. Maka dakwah yang ditampilkan lebih bervariatif, memajukan, mencerahkan dan meneduhkan.

Dengan usia 108 ini Muhammadiyah harus terus belajar, terus melakukan pembaruan amal usaha. Muhammadiyah terus melakukan pencerahan, penguatan dan pemberdayaan dalam kehidupan agar terlahir insan kamil yang dapat melakukan penyadaran literasi dan membaca kesadaran. Muhammadiyah kedepan harus mampu menjadi pilar peradaban dan pilar kemanusiaan.

Editor : Tri Hanifah

Previous Post

Rezim Beton?

Next Post

Tuan Rumah Itu Bernama AIK

Next Post

Tuan Rumah Itu Bernama AIK

Comments 2

  1. Fatqul says:
    2 tahun ago

    Very good, please sustanable to act

    Balas
    • mahanpedia says:
      2 tahun ago

      Terimakasih, semoga bermanfaat

      Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Popular Posts

Essay

Bonus Demokrasi dan Nawacita

by mahanpedia
Februari 27, 2023
0
10

Oleh : Fahrudin Hamzah Ketua Bidang Teknologi dan Informasi Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah Indonesia diperkirakan akan menghadapi era bonus...

Read more

Bonus Demokrasi dan Nawacita

Literasi Berada di Jurang Degradasi

Muhammadiyah; Dari Kiyai Haji menjadi Profesor?

Bukit Idaman: Ekowisata peduli sesama

Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

Nilai-nilai Dasar Dalam Etika Berdigital

Load More

Popular Posts

Hablum Minal’alam: Menjaga Lingkungan Bernilai Ibadah

by mahanpedia
September 2, 2021
0
2.1k

Akhlak Mulia Generasi Zaman Now

by mahanpedia
September 16, 2020
0
1.8k

5 Hal Misterius tentang Amado

by mahanpedia
September 6, 2021
0
1.7k

Mahanpedia

Mahanpedia adalah media belajar bersama untuk saling menginspirasi membangun kemajuan melalui gerakan literasi.

  • Kirim Tulisan
  • Tim Redaksi
  • Kontak

© 2020 Mahanpedia.id – Inspirasi untuk kemajuan.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Teras Mahan
  • Artikel
    • Opini
    • Essay
    • Reportase
    • Profil
  • Sastra
    • Puisi
    • Cerpen
    • Resensi
  • Resonansi

© 2020 Mahanpedia.id