• Tentang
  • Kontak
  • Tim Redaksi
  • Beranda
  • Teras Mahan
  • Artikel
    • Opini
    • Essay
    • Reportase
    • Profil
  • Sastra
    • Puisi
    • Cerpen
    • Resensi
  • Resonansi
No Result
View All Result
Mahanpedia
No Result
View All Result
Home Artikel

Tuan Rumah Itu Bernama AIK

mahanpedia by mahanpedia
2 tahun ago
in Artikel, Opini
4 min read
4
0
SHARES
219
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Oleh Hasbullah (Dosen AIK Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu)

Melihat perkembangan Perguruan Tinggi Muhammadiyah Aisyiyah (PTMA) saat ini, maka menurut Tobroni dalam buku “Reorientasi Gerakan Muhammadiyah”, menuliskan ada empat pilar yang menjadikan PTMA terus berkembang secara dinamis. Pertama, spirit al Islam dan Kemuhammadiyahan sebagai dasar untuk menjadikan PTMA sebagai sarana untuk mencerahkan umat Islam, bangsa Indonesia, dan umat manusia. Kedua, keberadaan PTMA tidak bisa dilepaskan dari Persyarikatan Muhammadiyah sebagai pelopor pendirian. Ketiga, Majelis Pendidikan Tinggi (Dikti) merupakan institusi yang membantu Pimpinan Pusat Muhammadiyah dalam mengoordinasikan dan meningkatkan kualitas pengelolaan PTMA. Keempat, Pimpinan PTMA-lah yang menjadi ujung tombak. Mereka yang setiap hari memimpin, menggerakan dan mengembangkan PTMA.

Lebih lanjut dapat ditemui dalam Visi pengembangan Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) di situ tertera dengan jelas, visinya berbunyi “Berkembangnya fungsi pendidikan tinggi Muhammadiyah yang berbasis Al Islam-Kemuhammadiyahan, holistik integratif, bertata kelola baik, serta berdaya saing dan berkeunggulan”.

Tergambar dengan jelas Al Islam Kemuhammadiyahan (AIK) menjadi poin penting dalam pengembangan perguruan tinggi Muhammadiyah. AIK sudah seharusnya menjadi kerja utama dari proses perjalanan PTMA, baik itu dalam kelembagaan, proses pembelajaran serta peningkatan sumberdaya manusia di PTMA. Hal ini dijalankan dalam rangka memajukan pendidikan tinggi Muhammadiyah. Artinya jika ini dianalogikan dalam sebuah film, maka AIK merupakan pemeran utama yang semestinya diberikan ruang seluas-luasnya untuk bergerak sesuai dengan aturan yang berlaku dalam perguruan tinggi Muhammadiyah, bukan dijadikan figuran atau dibiarkan menjadi penonton.

Maka AIK menjadikan pintu masuk dari kemajuan PTMA, titik keunggulan PTMA akan bisa dipacu dengan kualitas AIKnya. Tidak berlebihan jika semua PTMA menempatkan AIK menjadi keunggulan dalam setiap program yang dilakukan oleh kampus. AIK menjadi ruh dalam nafas kampus, artinya bahwa kampus akan menjadikan nilai-nilai Islam dan Kemuhammadiyahan  melekat pada seluruh aktivitas kampus dalam hal mutunya, pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat. Sehingga PTMA bisa memaksimalkan potensi-potensi Muhammadiyah melalui lembaga AIK. 

Abdul Mu’ti Sekertaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, pada malam refleksi Milad ke-38 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta mengatakan bahwa “Perguruan Tinggi Muhammadiyah sebagai institusi pendidikan Muhammadiyah paling tidak memiliki tiga fungsi utama. Fungsi yang pertama sebagai institusi pendidikan, kemudian sebagai intitusi dakwah, dan yang terakhir sebagai tempat untuk beramal”.

Pertanyaannya, bagaimana fungsi kedua dan ketiga akan dijalankan sesuai dengan keinginan Muhammadiyah jika perangkat AIK tidak diterapkan sesuai aturan serta harapan Muhammadiyah sebagai persyarikatan. Dengan berbagai persoalan yang komplek di lembaga AIK, ada beberapa pimpinan perguruan tinggi yang tidak faham, tidak mau faham bahkan acuh dengan AIK di PTMA, hal ini terlihat dari  ketidakjelasan orentasi AIK sehingga tekesan hanya untuk memantaskan di PTMA. Standarisasi pimpinan lembaga AIK yang belum jelas,  secara keuangan, lembaga AIK diberikan porsi sepantasnya dan alakadarnya. Kegiatan tidak didukung secara penuh dan dipandang sama bahkan di bawah lembaga-lembaga yang ada di PTMA. Ini perlu menjadi bahan perenungan dan perbaikan bagi pimpinan perguruan tinggi Muhammadiyah. 

Muhammadiyah sebagai persyarikatan menugaskan khusus untuk mengurusi PTMA ini dengan membentuk  Majelis Pendidikan Tinggi Penelitian dan Pengembangan (Diktilitbang) PTMA. Fungsi, tugas dan wewenang majelis ini tertera dalam  Peraturan PPM Nomor. 01/PRN/I.0/B/2012, diantaranya pertama, pembinaan ideologi Muhammadiyah, kedua, pengembangan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan. Kedua, tugas ini secara otomatis akan dibebankan pada mereka yang memiliki kemampuan keIslaman dan Kemuhammadiyahan. Kepada dosen yang memiliki riwayat pengkaderan di Muhammadiyah dan di organisasi otonom Muhammadiyah, kepada mereka yang memiliki komitmen  bermuhammadiyah di persyarikatan Muhammadiyah, bukan bermuhammadiyah di amal usaha (AU) saja, begitu keluar dari AU tidak lagi mau berjuang untuk Muhammadiyah, yang terjadi menggadaikan bahkan melacurkan Muhammadiyah. Hal ini sering dan banyak terjadi di lingkungan amal usaha Muhammadiyah terutama PTMA, ini jadi problem besar Muhammadiyah dalam menjalan titah-titah di abad ke-2 Muhammadiyah.

Berikutinya mengutip apa yang disampaikan oleh Prof. Tobroni dalam workshop Kurikulum AIK di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, beliau mengatakan bahwa “Al Islam Kemuhammadiyah (AIK) harus menjadi tuan rumah di Perguruan Tinggi Muhammadiyah”. Ungkapan ini disampaikan sebagai bentuk keprihatinan yang dirasakan setelah melihat fenomena dan realita nasib dan nasab AIK yang belum diperlakukan sebagai pemilik Perguruan Tinggi Muhammadiyah.

Disampaikan oleh Prof. Tobroni, tidak mungkin AIK menjadi tuan rumah di PTMA  jika proses penerapan kurikulum AIK dalam  pembelajaran  hanya sebatas pantas tidak pantas, hanya sebagai pelengkap kurikulum PTMA.  Lembaga AIK tidak diberikan keleluasaan untuk mengatur proses pembelajaran  AIK serta pengembangan kurikulum AIK yang sesuai dengan pedoman kurikulum AIK di PTMA. Sehingga keragaman dalam penerapan pembelajaran AIK beraneka ragam. Jika keanekaragaman itu berupa inovasi untuk kemajuan AIK  dan PTMA itu luar biasa, tapi yang terjadi keanekaragaman itu dalam rangka pengkerdilan AIK dalam proses pembelajaran dan kelembagaan.

Maka jangan dibahas atau diperjelas tentang AIK terintegrasi dengan mata kuliah di seluruh mata kuliah yang ada, jika AIK belum menjadikan ruh dalam PTMA itu sendiri. Pertanyaannya siapa yang harus bertanggung jawab atas ini semua jika terjadi di salah satu PTMA? Jawabannya semua bertanggung jawab dan semua harus menyelesaikan persoalan ini. Karena sejatinya semua yang ada di PTMA adalah agen-agen dakwah Muhammadiyah, berkewajiban menghidupkan Muhammadiyah baik di kampus maupun di luar kampus.

Begitu pentingnya AIK di PTMA yang telah dipikirkan oleh para pimpinan persyarikat karena memahami bahwa amal usaha Muhammadiyah ada bukan untuk tempat mencari kekayaan tetapi tempat mencari rezeki (ridha Allah). Kedudukan berupa jabatan di Amal Usaha Muhammadiyah bukan untuk berkuasa melainkan untuk menjalankan misi dakwah Muhammadiyah. Maka PTMA merupakan wadah dalam rangka mewujudkan tujuan Muhammadiyah “Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya”.

Sekiranya memahami dan menyadari bahwa kampus bukan milik kita melainkan milik Muhammadiyah sebagai tempat untuk berdakwah, tempat menyemai kader-kader Muhammadiyah tentunya perilaku yang kita hadirkan adalah perilaku yang mencerminkan nilai-nilai kepribadian Muhammadiyah, komitmen bermuhammadiyah serta berkarakter kader Muhammadiyah.

Editor : Tri Hanifah

Previous Post

Muhammadiyah Menua dalam Usia, Mempesona dalam Gerakan Nyata

Next Post

Indonesia Terlelap; Resensi Buku “Menjadi Bangsa Pintar”

Next Post

Indonesia Terlelap; Resensi Buku “Menjadi Bangsa Pintar”

Comments 4

  1. Lina says:
    2 tahun ago

    Luaaaarr biasa, Ustadz Hasbullah, mantaaap

    Balas
    • mahanpedia says:
      2 tahun ago

      Terima kasih..semoga bermanfaat

      Balas
  2. Nur Rahmah Amini says:
    2 tahun ago

    Kreenn tulisannya pak….
    Ditunggu ulasan berikutnya tentang AIK.
    Terimakasih

    Balas
  3. Terryseirl says:
    2 tahun ago

    .

    Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Popular Posts

Essay

Bonus Demokrasi dan Nawacita

by mahanpedia
Februari 27, 2023
0
10

Oleh : Fahrudin Hamzah Ketua Bidang Teknologi dan Informasi Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah Indonesia diperkirakan akan menghadapi era bonus...

Read more

Bonus Demokrasi dan Nawacita

Literasi Berada di Jurang Degradasi

Muhammadiyah; Dari Kiyai Haji menjadi Profesor?

Bukit Idaman: Ekowisata peduli sesama

Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

Nilai-nilai Dasar Dalam Etika Berdigital

Load More

Popular Posts

Hablum Minal’alam: Menjaga Lingkungan Bernilai Ibadah

by mahanpedia
September 2, 2021
0
2.1k

Akhlak Mulia Generasi Zaman Now

by mahanpedia
September 16, 2020
0
1.8k

5 Hal Misterius tentang Amado

by mahanpedia
September 6, 2021
0
1.7k

Mahanpedia

Mahanpedia adalah media belajar bersama untuk saling menginspirasi membangun kemajuan melalui gerakan literasi.

  • Kirim Tulisan
  • Tim Redaksi
  • Kontak

© 2020 Mahanpedia.id – Inspirasi untuk kemajuan.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Teras Mahan
  • Artikel
    • Opini
    • Essay
    • Reportase
    • Profil
  • Sastra
    • Puisi
    • Cerpen
    • Resensi
  • Resonansi

© 2020 Mahanpedia.id