Oleh: Fathan Faris Saputro (Peraih award lomba menulis kemenag kabupaten Lamongan tahun 2020)
Dampak era modern ini, komunikasi yang terjadi dapat melalui suatu media elektronik, seperti yang sudah populer dan sangat efektif untuk menyampaikan informasi atau pesan adalah televisi. Televisi mempunyai fungsi sebagai alat edukatif, persuasive, dan motivatif yang mudah serta dapat dipahami. Ketiga fungsi yang diemban oleh televisi tersebut kemudian dikemas dalam bentuk acara yang bisa ditonton oleh pemirsa.
Dengan programnya, televisi mampu memberikan informasi yang dikemas sedemikan bagus agar yang menontonya merasa tertarik. Apalagi sekarang adalah era kebebasan bermedia, dimana banyak bermunculan media-media atau stasiun televisi yang banyak menyuguhkan berbagai macam program. Mulai dari program berita, olahraga, musik, hingga sinetron maupun reality show. Hampir keseluruhan acara tersebut ditujukan untuk menghibur masyarakat.
Namun, pada kenyataanya, banyak orang tua cenderung tidak pernah memberikan penjelasan kepada anak tentang nilai positif maupun negatif dari tayangan televisi dan sinetron pada umumnya. Sehingga, anak tidak mendapatkan pengetahuan tentang baik dan buruk, boleh dan tidak boleh di tayangan sinetron yang dilihat. Bahkan setelah melihat acara tersebut, biasanya anak akan langsung mempraktikkan adegan sinetron dalam kehidupan nyata. Adegan yang biasanya di praktikkan oleh anak-anak antara lain tentang cara pergaulan remaja, cara berbicara, dan gaya hidup para tokoh yang ada di dalam sinetron tersebut. Sedangkan pada konteks ini, banyak sinetron yang tayang di Indonesia lebih banyak didasari atas pertimbangan bisnis atau nilai komersil dari pada nilai edukasi, sehingga menurut kriteria penilaian yang dilakukan oleh YKAI, terdapat 25% tayangan televisi yang dikategorikan aman untuk dilihat anak-anak dan sisanya tayangan yang tidak berkualitas dan tidak aman bagi pemirsa, terutama anak-anak.
Di sisi lain, pengaruh bagi anak-anak dan remaja dapat menggangu aktivitas istirahat dan belajar anak, karena banyak orangtua yang membiasakan anak belajar pada pukul 18.00-20.00 WIB. Akan tetapi hal ini tidak diikuti dengan kesadaran dan keteladanan orangtua untuk ikut serta membantu anak belajar, melainkan orangtua hanya menyuruh anak dan lebih melihat acara televise, sehingga anak menjadi malas belajar dan pada akhirnya berpengaruh pada prestasi anak di sekolah.
Selain itu, keseringan melihat acara televisi dapat berpengaruh pada interaksi dan komunikasi anak dalam keluarga, serta relasi dengan teman sebaya menjadi berkurang, sehingga dapat mempengaruhi perkembangan sikap dan perilaku anak. Hal ini disebabkan anak lebih memilih tokoh yang dilihatnya. Masa anak-anak merupakan masa dalam proses peniruan (modelling), baik secara fisik maupun verbal. Artinya, segala sesuatu yang dilihat dan didengar oleh anak akan ditiru dan dipraktikkan dalam kehidupan nyata, tanpa disaring terlebih dahulu, tidak terkecuali ucapan maupun perbuatan buruk.
Malas Belajar
Acara televisi yang menarik dan menghibur memang menjadi daya tarik bagi anak memilih menonton televisi dari pada melakukan kegiatan lain, padahal dengan status mereka sebagai pelajar banyak kegiatan lain yang lebih bermanfaat untuk dilakukan dari pada menonton televisi. Tetapi hal ini justru tidak mereka lakukan, mereka lebih tertarik untuk menonton dari pada belajar, membuat pekerjaan rumah dan lain sebagainya.
Dengan hadirnya televisi sangat besar sekali terhadap kegiatan belajar anak-anak remaja, sehingga tidak heran, remaja-remaja ini melupakan kegiatan yang lebih utama yang harus dilakukan oleh seorang pelajar dari pada menonton acara-acara yang ada di televisi. Belajar yang menjadi tugas utama oleh seorang pelajar menjadi terlupakan dengan kehadiran televisi, padahal menonton televisi bagi mereka yang kurang menyadari manfaat televisi selain untuk hiburan tidak dapat mendatangkan keuntungan. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Linda Amalia Sari Gumelar yang mengatakan pada penayangan elektronik mempunyai dampak yang besar terhadap pola pikir penonton, khusunya anak. Kebiasaan mereka menonton televisi ini membuat mereka susah diatur oleh orang tua. Nasehat dua perintah yang diberikan oleh orang tua seringkali mereka bantah, seperti perintah dari orang tua untuk sholat, mengaji, dan belajar.
Dengan kondisi seperti ini sulit untuk mereka hidup mandiri, karena pengaruh dari tayangan-tayangan dari televisi membuat mereka lupa akan tugas dan tanggung jawab sebagai seorang anak dan seorang pelajar. Kebiasaan mereka sangat tergantung dengan televisi, membuat mereka tidak mau melewatkan acara apa saja yang ditampilkan televisi, sehingga berbagai aktivitas yang mereka lakukan seperti makan dan aktivitas lainnya mereka lakukan di depan televisi. Kerugian ini dimunculkan televisi memang tidak sedikit, baik yang disebabkan karena terapan kesannya, maupun kehadirannya sebagai media fisik terutama bagi pengguna televisi tanpa dibarengi dengan sikap selektif dalam memilih berbagai acara yang disajikan.
Dalam konteks semacam ini, maka kita dapat melihat beberapa kerugian itu seperti menyiakan waktu, melalaikan tugas dan kewajiban, menumbuhkan sikap hidup konsumif, serta menggangu kesehatan.
Televisi tidak dapat dipungkiri lagi kini telah menjadi pengaruh bagi masyarakat, terutama bagi anak-anak dan remaja. Televisi telah mengubah cara berpikir remaja, anak-anak hingga remaja lebih bersifat dalam berinteraksi dengan televisi, bahkan seringkali mereka terhanyut ke dalam dramatisasi terhadap tayangan yang ada ditelevisi. Disatu sisi, televisi dapat menjadi satu media sebagai informasi, hiburan, bahkan bisa sebagai kemajuan kehidupan, namun disisi lain televisi dapat menularkan efek yang buruk bagi sikap, pola pikir, maupun perilaku anak dan remaja.
Daya tarik televisi yang bersifat audio visual memudahkan penonton dalam menerima pesan yang disampaikan, karena pesan-pesan yang diterima dapat terekam dalam daya ingatan manusia lebih lama. Melalui program yang ditayangkan tersebut televisi mampu memberikan sosialisasi kepada penontonnya. Penerusan nilai-nilai merupakan salah satu fungsi media massa, televisi juga bisa memberikan sosialisasi pada penontonnya. Penelusuran nilai-nilai merupakan salah satu fungsi media massa, televisi juga menghadirkan gambaran masyarakat kita, dengan kata lain televisi menyuguhkan kepada para penontonnya model peran yang dapat diamati dan ditiru.
Editor: Renci