Oleh : Lianasari
Rasanya ingin menghilang adalah perasaan yang paling parah menurutku sepanjang 2020 sampai 2021 ini. Akses terbatas untuk pergi kemana-mana ditambah pengalaman isolasi covid-19 di saat aku sedang healing dari permasalahan inner child yang belum usai, benar-benar membuatku jenuh. Padahal aku tahu ini belum akhirnya tapi perasaan ingin menghilang tergambar sangat jelas.
Aku ingin menghilang tapi aku tidak ingin dilupakan. Aku ingin dikenang, aku ingin dianggap penting, berharga.
Pikiran bahwa aku membenci diriku sendiri semakin menjadi. Entah apa yang membuatku bisa memiliki pikiran seperti ini. Jari jemariku mengetik di Google dengan keyword “why I hate myself?”, “how to stop hating yourself”. Kalimat kunci ini semakin sering aku tuliskan karena aku merasa aku butuh alasan, setelah mengetahui why-nya aku biasa mencari metode untuk memperbaikinya tapi ternyata tidak bekerja. Ini bukan perkara Do It By Yourself (DIY) yang bisa dengan amati, tiru dan modifikasi untuk berhasil. Ini adalah perasaan dan pemikiran yang terkadang aku kebingungan mencari tuas pengendalinya.
Sebab benci kepada diri sendiri itulah menginisiasi keinginan untuk menghilang. Untuk apa bertahan jika tidak ada yang benar-benar peduli padamu? Untuk apa menjadi ada tapi keberadaanmu nyaris tak terlihat? Oleh siapa? Oleh mereka. Ya, bagaimana mereka menganggap dan mengabaikan kehadiranku menjadi patokan dalam kebencianku. Sungguh menyedihkan mengapa aku harus menjustifikasi diriku berdasarkan cara orang lain memperlakukanku. You do you.
Pada akhirnya, ketika kau menjadi pembawa virus tidak ada orang yang akan mengorbankan dirinya untuk menemanimu. Hanya ada kamu dan dirimu sendiri. Kalau membersamai diri hanya ada kebencian sungguh terlalu sayang kehadiranmu di alam semesta. Jika kau tidak mencintai dirimu sendiri lantas apa yang menjadi penguatmu? Terima kasih sudah berjuang sampai saat ini ucapmu saat hasil PCR menunjukkan negatif. Tapi setelahnya kau mulai acuh lagi.
Hei, ingat lagi itu, pengalaman nyaris mati yang tidak ingin kau ulang. Karena kesepian, kesendirian bahkan terasa sangat menyakitkan untuk introver sepertimu. Lalu mengapa masih saja terbersit keinginan untuk lenyap? Jangan-jangan kau hanya ingin ditemukan. Kau ingin keberadaanmu terasa bukan? Kau ingin tahu siapa yang akan kehilangan dirimu saat kau pergi dari kericuhan ini?
Hei, kamu! Saat sendiri dan terpikir mungkin kau bisa mati sendirian tanpa orang terkasih cukup membuatmu menangis sedu. Mengapa saat menjalani kehidupan kau lupakan harapan-harapan untuk hidup itu? Kau sampai pada tahap ini karena itu pilihanmu, memang mungkin bukan yang terbaik tapi kau masih hidup bukan?
Temukan lagi keinginanmu untuk berjuang menghadapi pasang surut permasalahan. Aku ada di sini karena kamu masih bertahan, boleh menangis tapi jangan menyerah. Istirahatlah sebanyak yang kau inginkan tapi kembali dengan lebih segar. Tidak peduli bagaimana orang lain menganggapmu, kamu adalah terpenting untukku. Aku akan belajar untuk memprioritaskan kebaikanmu, perasaanmu dan ketenanganmu. Sebab kamu yang paling berharga untukku.
Kerja bagus kawan. Selamat beristirahat. Dari aku yang ingin melihat terus ada karena kamu berharga. Cinta untukmu dari diriku sendiri.
Editor : Dwi Novi Antari