Oleh: Eka Mita Lestari
Hingga saat ini, kasus positif Covid-19 terus meningkat secara signifikan, padahal pemerintah sudah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi penyebarannya. Pandemi Covid-19 yang belum usai saat ini berdampak pada proses pembelajaran di sekolah yang semula tatap muka di dalam kelas, kini berubah menjadi pembelajaran di rumah dengan sistem online atau dalam jaringan (daring).
Lebih dari satu tahun proses pembelajaran dilaksanakan dengan cara pembelajaran dari rumah, sistem pembelajaran ini tentu belum bisa sepenuhnya diterima oleh kalangan masyarakat. Awal pelaksanaan sekolah daring ini telah menimbulkan pro-kontra dari orang tua siswa, belum lagi jika yang menjadi permasalahan adalah faktor ekonomi dimana siswa tidak memiliki gadget/hp untuk digunakan sebagai akses pembelajaran secara online tersebab tidak memiliki biaya yang cukup untuk membeli barang tersebut.
Selain faktor ekonomi, banyak dari sebagian orang tua yang khawatir jika sekolah di rumah akan membuat mereka malas belajar dan hanya menggunakan waktu yang ada untuk bermain. Sistem pembelajaran dirumah memang membutuhkan pendampingan penuh dari orang tua, karena segala aktivitas anak harus diawasi oleh orang tua, termasuk pengunaan gadget/hp dalam mengakses pembelajaran.
Penerapan pembelajaran secara daring memang belum bisa sepenuhnya memberikan dampak positif, meskipun dirasa lebih baik untuk memutus rantai penyebaran virus, namun hal ini dapat memberikan dampak negatif bagi kepribadian dan psikologis siswa. Banyak siswa yang tentunya masih membutuhkan penjelasan dan bimbingan langsung oleh guru, pada bagian ini mereka telah kehilangan interaksi secara langsung dengan guru yang menyebabkan keefektifan belajar berkurang.
Selain itu, mereka juga kehilangan interaksi dan bermain dengan teman sebayanya, padahal ini merupakan salah satu hal yang menyenangkan bagi anak sekolah yang menyebakan kurangnya interaksi sosial anak. Selama melakukan pembelajaran dirumah mereka akan menerima tugas sekolah, dalam penyelesaian tugas sekolah biasanya lebih dominan dikerjakan oleh orang tua terutama untuk tingkat sekolah dasar. Hal ini karena anak lebih banyak berinteraksi dengan orang tua dan terkadang orang tua juga lebih baik mengerjakan tugas anaknya secara langsung daripada menjawab banyak pertanyaan anak yang sedikit lebih lama dalam memproses jawaban.
Ini tentunya akan berdampak pada anak, dimana ia akan mengalami ketergantungan pada bantuan orang lain, kurang mandiri dalam menyelesaikan kewajiban ataupun tugasnya dan cenderung menjadi anak yang kurang percaya diri. Hal seperti ini biasanya akan membuat mereka jenuh dan bosan serta bisa berdampak pada kelambatan perkembangan dimana mereka malas untuk berpikir, mereka akan menjadi pasif dan kurang kreatif.
Pada dasarnya, sistem pembelajaran daring ini masih membingungkan siswa, mereka tidak memahami sepenuhnya apa yang mereka pelajari dan bagaimana mereka bisa mengerjakan semua tugas yang diberikan sedangkan terkadang materinya saja tidak cukup sehingga membuat mereka kewalahan, hal ini bisa berdampak pada kecemasan anak bahkan bisa meningkatkan hal yang menyebabkan stress.
Sejalan dengan pembahasan diatas, sekolah daring memang tidak hanya menyulitkan siswa, tapi juga orang tua. Selain itu, sekolah daring memang bisa berdampak buruk terhadap kesehatan mental siswa jika tidak dibimbing penuh oleh orang tua. Peran orang tua memang sangat besar untuk keberlangsungan pembelajaran dan psikologis anak dalam melakukan sesuatu.
Terlebih saat ini kesehatan mental sangat penting, apalagi di tengah pandemi yang menuntut untuk terus menjaga imun tubuh dalam keadaan baik. Semakin baik kesehatan mental , maka imun tubuh seseorang akan semakin membaik, sehingga bisa meminimalisir perlawanan terhadap virus yang menyerang tubuh.
Editor: Renci