• Tentang
  • Kontak
  • Tim Redaksi
  • Beranda
  • Teras Mahan
  • Artikel
    • Opini
    • Essay
    • Reportase
    • Profil
  • Sastra
    • Puisi
    • Cerpen
    • Resensi
  • Resonansi
No Result
View All Result
Mahanpedia
No Result
View All Result
Home Essay

PEREMPUAN MEMBANGUN PERADABAN KELUARGA

mahanpedia by mahanpedia
2 tahun ago
in Essay
3 min read
0
0
SHARES
103
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Oleh. Hasbullah (Dosen AIK Fakultas Kesehatan UMPRI)

Ajaran Islam itu tidak pernah merestui padangan-pandangan yang merendahkan perempuan, yang menganggap perempuan sebagai figur penggoda bagi laki-laki. Padahal faktanya banyak juga laki-laki menjadi sumber fitnah perempuan. Padahal laki-laki dan perempuan adalah manusia yang memiliki potensi sama hal ini terlihat bahwa Islam memanggil keduanya secara bersama untuk menjadikan dirinya beriman, berbuat melakukan kebaikan dan menjegah kemungkaran (Qs. At Taubah: 9/71). Maka dari sini tidak bisa mengunggulkan salah satu darinya, sebab dalam Islam hanya keimanan dan ketakwaanlah yang akan menjadi ukuran akhirnya nanti (Qs. Al Hujurat: 49/13).

Di dalam majalah Suara Muhammadiyah, Yunahar mengungkapkan bahwa dalam Alquran sendiri jika diteliti lebih dalam, bahwasanya perempuan memiliki peluang yang sama sebagaimana laki-laki, dalam hal peran domestik maupun dalam sektor publik (sektor peran di masyarakat). Perempuan bisa berperan dalam sektor publik semisal menjadi pemimpin, yang diterjemahkan dari kisa Ratu Bilqis. (QS. An-Naml: 27/20-44). Dalam hal ini padangan Islam antara laki-laki dan petempuan merupakan hamba-hamba Allah, yang memperolah mandat dan kesempatan sama untuk menjadi khalifah di muka bumi ini, untuk melahirkan kebaikan hidup. Dari sini mengandung artinya bahwasnya perempuan memiliki kesempatan kerja yang sama baik dalam hal ritual, sosial, politik dan kemanusiaan selagi itu dilakukan untuk melahirkan nilai-nilai kebaikan di dunia dan akhirat.

Islam mengarahkan keduanya pada medan pertempuran dan perjuangan yang sebenarnya dalam mengamalkan nilai-nilai keIslaman, kemanusiaan, perbedaan, kerjasama, gotong royong dan lain sebagainya dalam bentuk rumah tangga (QS. Ar- Rum: 30/21). Dalam rumah tangga itulah terjadi proses daur pendidikan yang dalam proses pembelajaran akan terus berputar. Berkeluarga itu artinya menajamkan ayat-ayat qauliyah dan qauniyah dalam perilaku keseharian, berkeluarga juga merupakan menggambarkan wajah internalisasi nilai-nilai pemikiran yang ada pada seorang laki-laki dan perempuan. Dalam keluarga akan terjadi proses relasi antara ayah, ibu dan anak-anak yang diwujudkan dalam bentuk sikap dan prilaku. Yang dalam realita begitu banyak waktu seorang perempuan diwakili perannya sebagai ibu menjaga proses relasi itu sebagai bentuk implementasi jiwa kemanusiaan. Perempuan menjadi basis data dalam kelaurga dalam membangun peradaban dalam rumah tangga, peran ini menjadikan seorang perempuan mengetahuai isi keluarga secara detail. 

Dalam berumah tangga inilah kita akan melihat kemampuan yang fenomenal dari seorang perempuan. Keluarga adalah sekolah pertama bagi setiap individu untuk senantiasa belajar melihat, menirukan, makan, minum dan berjalan yang mana proses tersebut di mulai dari seorang guru bernama ibu (perempuan). Dalam perjalanan berumah tangga kerja proses relasi antara ayah dan ibu terbangun, dengan terus menjalakan secara maksimal kapasitasnya masing-masing sebagai seorang manusia sebenarnya.

Relasi yang dibangun oleh ayah dan ibu merupakan upaya membangun rumah tangga yang nyaman, aman dan menentramkan. Maka keduanya harus saling mendukung, menerima kebaikan secara bersama dan juga bahu membahu untuk tidak melakukan hal yang buruk. Maka dari rumah tangga inilah akan terjadi etika paripuna antara suami istri yang melahirkan konsep kemaslahatan bagi seorang laki-laki dan perempuan. Melihat hal ini Islam sebenarnya tidak membedakan antara laki-laki dan perempuan dalam proses mengamalkan yang telah diperintahkan seperti yang disampaikan dalam Alquran.

Maka perlu kita semua membangun paradigma berpikir bahwa perempuan merupan komponen yang penting dalam melakukan perubahan serta merubah peradaban kehidupan. Pengekangan dan pelarangan perempuan hal terjadi hanya karena asumsi-asumsi yang perempuan sumber prilaku negatif, ini hanya asumsi tapi kiranya kita harus lebih mendalam posisi wanita dalam kehidupan ini. Dalam senyatanya perempuan menjadi tokoh sentral dalam hidup berumah tangga dan kemajuan seorang laki-laki itu ditentukan olehnya.

Nilai negatif yang selama ini disematkan kepada seorang perempuan kiranya menjadi evaluasi bersama, sebab hakikat ikatan perempuan dan laki-laki itu sebenarnya dalam proses mengejawantahkan perilaku dan akhlak mulia. Maka dari ini kita dalam mengambil benang merah bahwa Islam menilai laki-laki dan perempuan memiliki kesamaan untuk mewujudkan ketenangan dalam kehidupan agama, sosisal dan keluarga dengan jalan cinta dan kasih sayang.  Dan kita perlu juga melihat kembali bagaimana kesuksesan dakwa para Nabi pun di kelilingi seorang perempuan sebut saja ada Siti Khadijah Ra., Aisyah Ra,. Siti Sara dan Siti Hajar.

Di sisi lain bahwa bagaimana Islam memberikan pertimbangan keringanan dalam hal ibadah yang diperoleh perempuan. Yang mana perempuan memiliki rahim yang pada waktunya menstruasi, hamil sembilan bulan dan juga akan mengalamai menopause, ia juga memiliki kelenjar susu yang akan menyusui selama dua tahun. Ini semuanya adalah kerja-kerja produktif perempuan yang selama ini kita kurangan sadari dan pahami. Belum lagi bahwa hanya seorang perempuan berani menghadapi maut ketika proses melahirkan.  

Islam memberikan keringanan, ini bukan karena kelemahan dari perempuan tersebut tapi keringanan dalam hal ibadah ini merupakan bentuk dukungan moral dan apresiasi Allah. dari kerja-kerja produktif dari perempuan agar dalam menjalankan kerja tersebut terselimuti ketenangan, keleluasaan dan kenyamanan. Hari ini bisa kita lihat dan rasakan bahwa kerja yang berada dalam urusan perempuan menjadi urusan bersama atas nama kemanusiaan, yang artinya bahwa Islam menjaga martabat kehidupan perempuan bukan saja dalam teks ayat Al Qur’an melainkan ayat alam semesta. *

Editor : Tri Hanifah

Previous Post

Indonesia Terlelap; Resensi Buku “Menjadi Bangsa Pintar”

Next Post

CINTA DALAM IKATAN

Next Post

CINTA DALAM IKATAN

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Popular Posts

Essay

Bonus Demokrasi dan Nawacita

by mahanpedia
Februari 27, 2023
0
10

Oleh : Fahrudin Hamzah Ketua Bidang Teknologi dan Informasi Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah Indonesia diperkirakan akan menghadapi era bonus...

Read more

Bonus Demokrasi dan Nawacita

Literasi Berada di Jurang Degradasi

Muhammadiyah; Dari Kiyai Haji menjadi Profesor?

Bukit Idaman: Ekowisata peduli sesama

Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

Nilai-nilai Dasar Dalam Etika Berdigital

Load More

Popular Posts

Hablum Minal’alam: Menjaga Lingkungan Bernilai Ibadah

by mahanpedia
September 2, 2021
0
2.1k

Akhlak Mulia Generasi Zaman Now

by mahanpedia
September 16, 2020
0
1.8k

5 Hal Misterius tentang Amado

by mahanpedia
September 6, 2021
0
1.7k

Mahanpedia

Mahanpedia adalah media belajar bersama untuk saling menginspirasi membangun kemajuan melalui gerakan literasi.

  • Kirim Tulisan
  • Tim Redaksi
  • Kontak

© 2020 Mahanpedia.id – Inspirasi untuk kemajuan.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Teras Mahan
  • Artikel
    • Opini
    • Essay
    • Reportase
    • Profil
  • Sastra
    • Puisi
    • Cerpen
    • Resensi
  • Resonansi

© 2020 Mahanpedia.id