Oleh : Iqwan Setiawan
Lebih dari satu tahun Indonesia terinfeksi pandemi covid-19, banyak sekali upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah demi mengatasi virus, antara lain Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) darurat untuk bagian pulau Jawa dan Bali yang dimulai pada 03 juli sampai 20 Juli, Work From Home (WFH), beberapa pusat perbelanjaan dan tempat ibadah ditutup serta melakukan kegiatan keagamaan dirumah.
Kebijakan tersebut ternyata berdampak langsung terhadap masyarakat. Meski ada sisi keuntungan, pandemi ini juga memunculkan penderitaan bagi masyarakat, terutama masyarakat yang penghidupannya bergantung pada penghasilan sehari-hari. Ada banyak dampak yang terjadi yaitu banyaknya yang meninggal dunia akibat terinfeksi virus, karyawan banyak yang di PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) akibat beberapa tempat usaha yang tutup dan bangkrut, masyarakat sulit mencari mata pencaharian diakibatkan beberapa kebijakan dan juga beberapa sektor seperti pariwisata ataupun pedagang kaki lima.
Melihat fenomena tersebut, pertanyaan yang terbesit adalah mengenai kenapa Tuhan memberikan cobaan ini kepada kita? Apakah adil jika ada beberapa yang diuntungkan ketika pandemi dan ada juga ada yang dirugikan? Kenapa Tuhan membiarkan ada orang orang yang baik dan tidak bersalah menderita?
Kebaikan Ilahi
Dalam agama, kita diajarkan mengenai kebaikan ilahi, tetapi ketika kita membaca berita dikoran atau handphone dan menonton televisi, banyak sekali orang menderita seperti penutupan pusat perdagangan, PHK karyawan secara masal, dan razia pedagang kaki lima yang menggantungkan hidupnya pada pendapatan sehari-hari, sedangkan politisi dan beberapa mafia hidup berleha-leha tanpa mempedulikan nasib masyarakat. Dalam kondisi seperti ini, bagaimana kita bisa mempertahankan keimanan kita dan meyakinkan diri kita sendiri bahwa dunia ini memang baik?
Jika dunia ini adil, kenapa orang-orang baik menanggung penderitaan, tetapi ada orang yang lebih jahat dan hidupnya penuh dengan kemakmuran. Sebuah pertanyaan inilah yang menggugat tentang keadilan ilahi. Ada gagasan populer bahwa Tuhan memberi orang-orang atas apa yang mereka kerjakan dan pantas mereka terima (reward) dan juga perbuatan buruk manusia mengakibatkan keburukan dan kemalangan untuk mereka.
Jika kita melihat bahwa kebahagiaan dan penderitaan hanya dilihat dari segi material, maka ketika kita melihat ayat “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa” (Quran. 6: 44). Jika dilihat dari ayat tersebut ibarat bahwa kesejahteraan orang jahat akan segera berakhir seperti tanaman yang segera layu, sementara penderitaan orang orang baik pelan pelan mengarah kesejahteraan ibarat biji yang bertunas seperti pohon yang berbuah lebat.
Penderitaan Sebagai Pendidikan
Salah satu yang sering kita dengar bahwa penderitaan bermaksud untuk mendidik kita menjadi pribadi yang lebih baik. Adanya penderitaan ataupun kemalangan guna mengingatkan akan kesombongan kita dan menegaskan akan tujuan kita untuk menjadi manusia yang berakhlak dan baik. Dari hal ini kita paham, apa pun yang menimpa manusia selalu mempunyai maksud. Dan maksud utama ialah untuk membuat kita belajar dan demi kebaikan kita sendiri. Tuhan memberikan ujian sesuai dengan kemampuannya, Tuhan tidak memberikan ujian yang lebih berat dari kemampuan seseorang sehingga bisa dipastikan akan bisa menyelesaikan ujian sebagaimana dijelaskan dalam QS. Albaqarah: 286. Namun, jika kita lihat dalam kenyataannya, kadangkala hal tersebut tidak sesuai, banyak yang hancur dalam menghadapi ujian. Memang ada beberapa yang mempunyai jiwa dan keimanan yang tinggi, sehingga penderitaan dapat mempertebal keimanannya, tetapi ada juga yang semakin mundur spiritualitasnya bahkan hilang kepercayaan dengan dirinya sendiri dan keimanan terhadap Tuhannya.
Tuhan Penyebab Penderitaan?
Walaupun banyak penjelasan mengenai asal usul penderitaan, namun pada dasarnya Tuhan penyebab semua kejadian, termasuk segala penderitaan dan kesulitan manusia. Tuhan memang menghendaki manusia menderita, baik itu untuk sarana mendidik, cobaan, ujian, ataupun balasan atas segala dosa dosa manusia. Namun, jika itu adalah alasan penderitaan, dalam kondisi pandemi covid-19 saat ini, yang mendapat penderitaan seringkali bersifat acak atau bahkan bisa mengenai siapapun, seperti ada yang untung dan ada yang rugi, ada yang selamat dan ada yang meninggal.
Tuhan telah memberikan manusia dunia yang tertib, kemudian dunia yang sekarang kita huni mempunyai hukum-hukum alam yang bekerja dengan cara yang sama, perlu kita sadari bahwa hukum alam ini bukan hanya memberikan kesan keteraturan yang memunculkan berkah, tetapi juga bisa membawa malapetaka pada manusia. Ibarat seperti hukum gravitasi yang bisa membuat orang kejatuhan benda dari tempat tinggi, ada pula hukum alam yang bila kita membuang sampah sembarangan akan menyebabkan banjir, jika kita menebang pohon secara sembarang akan menyebabkan longsor. Kesimpulan bahwa hukum alam bisa memberikan penderitaan pada manusia dan tidak berarti hukum alam itu baik atau jahat, namun memang begitu cara kerjanya, tanpa peduli keadaan manusia itu shaleh atau berdosa.
Dilihat dari ini bahwa Tuhan sama sekali tidak terlibat dalam segala kejadian buruk yang menimpa manusia, karena disamping adanya hukum alam, manusia juga diberikan kehendak bebas, manusia telah diajarkan oleh agama dengan tuntunan yang jelas sehingga bisa mengoptimalkan dunia dengan baik dan tidak mengacaukan keteraturan yang sudah dibuat Tuhan.
Fakta juga bahwa kebebasan mempunyai bayaran atas salah penggunaan dalam kebebasan yang diberikan manusia itu sendiri, termasuk dengan merusak dirinya sendiri dan manusia pun diberika kebebasan untuk belajar dan mengoptimalkan dirinya, tetapi walaupun bebas manusia tidak ditinggalkan begitu saja, ia sudah diberikan pedoman-pedoman oleh Tuhan sehingga tidak mencelakakan dirinya sendiri ataupun orang lain, termasuk dalam pandemi ini, mungkin kelalaian manusia ataupun penyalahgunaan kebebasan manusia sehingga dapat membawa dampak terhadap yang lain.
Editor : Renci