Oleh: Rindy Citra Andini
Mahasiswa merupakan penggabungan dari kata maha dan siswa. Maha sendiri berasal dari bahasa sansekerta yang berarti sangat, besar, dan mulia. Sedangkan siswa berasal dari bahasa jawa yaitu wasis yang berarti orang yang pandai. Di lain sisi, siswa juga berarti orang yang kurang pandai. Jadi dapat diartikan bahwa mahasiswa merupakan orang yang sangat bodoh, mahasiswa di artikan sebagai orang yang sangat bodoh apabila tidak mau berkarya dan tidak mau berusaha. Padahal, menjadi mahasiswa merupakan sarana kita untuk bergerak lebih maju dan lebih banyak berinovasi. Pasalnya di zaman yang semakin maju ini, justru masih banyak terdapat mahasiswa yang pasif dan hanya menunaikan jenjang sarjananya untuk mendapat gelar secara formalitas saja. Tidak jarang, masih ada mahasiswa yang hanya menjadikan gelar dan kedudukan mahasiswa sebagai kehebatan semata, padahal dia tidak memiliki karya apapun selain skripsi.
Sebagai mahasiswa, tentunya kita harus punya planning demi produktifitas positif. Tidak hanya belajar di bangku perkuliahan dan mendengarkan dosen bercerita, tapi kita perlu memberontak dari ketakutan diri kita sendiri yang tidak mau berbuat apa-apa. Terutama untuk masiswa yang duduk di bangku perkuliahan kelas non-reguler atau kelas B dan atau sebutan lainnya di setiap Perguruan Tinggi. Kelas ini merupakan kelas yang di buka untuk para mahasiwa yang sudah memiliki pekerjaan tetap dan tidak memiliki waktu yang banyak untuk setiap hari hadir ke kampus. Ini merupakan kenikmatan kita sebagai mahasiswa, memiliki banyak keluangan waktu dan kesempatan di luar jam perkuliahan yang bisa di manfaatkan sebaik mungkin.
Sering kali mahasiswa kelas non-regular ini kurang menyadari bahwa sebagai mahasiswa kita tidak hanya punya kewajiban belajar mata kuliah saja. Problematika kelas non regular ini ada dua faktor, yaitu internal dan eksternal. Pertama, faktor internalnya adalah dari diri kita sendiri yang merasa minder, malu, tidak bisa berbuat apa-apa, bahkan malas untuk berkegiatan di kampus, ini yang sering muncul di diri mahasiswa kelas non-regular. Ini terjadi karena ada sebagian mahasiswa kelas B yang sudah berumur, berumah tangga, pekerjaannya banyak, dan tidak berdomisili di daerah yang sama dengan kampus.
Hal ini seringkali menjadi alasan untuk tidak mau berkarya, padahal jika kita hadirkan rasa lebih semnagat lagi, kita bisa menjadi manusia yang waktunya selalu produktif untuk segala kegiatan yang positif. Kedua, faktor eksternal, ini sering muncul dari banyak pihak misalkan rekan kita di kelas regular kemudian dari cemoohan orang lain, kemudia juga bisa dari dosen kita sendiri yang sering kali takut mengganggu waktu mahasiswa kelas B. padahal banyak mahasiswa kelas B yang bisa di berdayakan tidak kalah dengan mahasiswa kelas regular.
Beberapa faktor di atas, membawa pengaruh negatif bagi mahasiswa kelas B yang memiliki potensi-potensi dan sudah memiliki wujud nyata sebuah karya. Padahal menurut saya mereka ini adalah orang-orang hebat dan multitalent, karena bisa membagi waktu yang sangat padat dengan tuntutan dan kewajiban yang harus di tunaikan. Belum lagi yang sudah berkeluarga dan berdomisili jauh dari kampus, harus membagi waktu sedemikian tepat agar tidak mengecewakan banyak pihak. Eksistensi kelas B bisa di wujudkan apabila kita mau berkorban lebih banyak untuk mewujudkan hal itu. Maka sebagai mahasiswa kelas B, kita harus meluruskan kembali niat kita untuk mengmbil langkah di jenjang perkuliahan, apakah kita hanya ingin menjadi mahasiswa yang tertindas dengan kedudukan kita?
Tentu tidak, keluasan waktu dan kesempatan perlu di manfaatkan sebaik mungkin untuk menjadi mahasiswa yang kreatif dan memiliki banyak karya. Kita bisa mulai sedikit demi sedikit merubah dan melangkah lebih maju, misalnya menulis buku/artikel, kreativitas promosi mahasiswa, ikut kegiatan non-kampus yang membesarkan nama kampus, abdi masyarakat yang tidak perlu menunggu KKN atau PPL, dan masih banyak lagi kegiatan-kegiatan lainnya.
Di masa pandemi Covid-19 ini, kegiatan kelas B menjadi lebih terbatas lagi dengan kegiatan pembelajaran yang selalu daring. Namun itu tidak menghentikan langkah kita sebagai mahasiswa, pandemi ini merupakan ujian bagi kita semua sebagai manusia dan tentu di setiap ujian ada jalan keluarnya jika kita mau berusaha, sama halnya pembelajaran daring yang juga merupakan solusi untuk melanjutkan kegiatan belajar mengajar yang terhenti sejak Covid-19.
Dan hal ini di kembangkan oleh Mahasiswa kelas B Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Metro yang mebuka banyak kelas daring di luar jam perkuliahan dan di mentori oleh kami sendiri. Mulai dari kelas tahsin, kelas Bahasa Arab, adapula forum diskusi setiap minggunya yang terbuka untuk umum. Disana banyak sekali kesempatan yang bias kita manfaatkan untuk mendapatkan ilmu tambahan yang lebih luas cakupannya. Maka kita harus banyak bersyukur akan hal ini, karena Allah membukakan jalan yang luas untuk kita terus melangkah. Rasa syukur tidak hanya dengan kita mengucap alhamdulillah saja, tetapi juga mewujudkan kata alhamdulilah dengan karya nyata dan mampu berinovasi dimana pun dan dalam kondisi apapun.
Editor: Renci