Pendidikan anak usia dini menjadi awal pendidikan bagi anak-anak secara formal dan non formal. Pendidikan formal berupa Taman Kanak-Kanak (TK) dan non formal berupa kelompok bermain. Keduanya hanya berbeda pada layanan usia. Pada TK, usia yang di layani adalah 4-6 tahun, sementara kelompok bermain usia yang dilayani 2-4 tahun.
Pencapaian perkembangan yang di inginkan mencakup 6 aspek sesuai dengan usia, nilai agama dan moral, fisik motorik, bahasa, sosial emosional, kognitif, dan seni menjadi sebuah keharusan yang tercermin dari performance sebuah lembaga pendidikan anak usia dini. Pencapaian perkembangan anak pada tingkat usia dini ini wajib di stimulasi oleh pendidik dengan maksimal karena akan membentuk karakter, baik bagi anak untuk mempersiapkan diri di level yang lebih tinggi seperti Sekolah Dasar. Satuan pendidikan juga harus memfasilitasi berbagai macam sarana dan prasarana untuk mendukung kegiatan main yang dilakukan. Selain itu pengembangan professional untuk pendidik juga harus dipastikan berkelanjutan. Karena kemampuan pendidik harus senantiasa di upgrade di masa pembelajaran abad 21.
Tantangan yang di hadapi bagi pendidik anak usia dini khususnya di masa pandemi Covid-19 tentu sangat beragam. Kebijakan dari pemerintah yang mewajibkan pembelajaran dalam jaringan menjadi sebuah tantangan yang berat bagi pendidik dan satuan pendidikan di kawasan pedesaan. Masalah-masalah seperti kuota, sinyal, minimnya pengetahuan tentang platform pembelajaran, dan pencapaian perkembangan yang tidak memenuhi target menjadi hal yang sulit di selesaikan.
Banyak orang tua mengeluh karena kuota membengkak dan banyak pendidik bingung menggunakan metode atau model pembelajaran yang bisa mengakomodir 6 pencapaian perkembangan tersebut. Ditengah kebingungan, beberapa pendidik sudah menggunakan metode atau model pembelajaran yang disesuaikan dengan masa pandemi Covid-19 ini, menggunakan beberapa platform pembelajaran seperti Zoom Metting, Telegram, atau platform lain untuk mendapatkan sisi interaktifnya, namun respon anak untuk mencapai capaian perkembangan nya minim.
Belum lagi upah yang di dapatkan oleh pendidik tidak bisa memenuhi kebutuhan hidupnya, bahkan untuk satu bulan. Mereka diberikan upah dalam kurun waktu dua sampai 3 bulan, sangat jarang yang mendapatkan upah dalam satu bulan sekali. Beberapa daerah di Lampung, kita pasti mudah mendapatkan pendidik anak usia dini yang upahnya di bawah UMR, walaupun memang ada beberapa daerah yang memberikan Insentif sebagai bentuk kepedulian pemerintah bagi pendidik anak usia dini. Hal tersebut tidak sebanding dengan tantangan dan juga kewajiban yang pendidik lakukan. Ini belum bicara beban-beban administratif yang sangat menyita waktu mereka, seperti membuat rencana pembelajaran setiap harinya, mengevaluasi dan semua hal yang berkaitan. Garda terdepan pendidikan anak usia dini harus diperhatikan dengan serius oleh semua pihak. Kebijakan yang dibuat haruslah berpihak dan tidak membuat pendidik kehilangan nalar ikhlas dan kepeduliannya pada anak. Sehingga pencapaian perkembangan anak yang mencakup 6 perkembangan tadi bisa dicapai sesuai dengan maksimal. Jangan sampai garda terdepan pendidikan anak usia dini ini merasa lapar dan dahaga dibalik senyum yang terkulum. Mengiba hanya kepada Tuhan. Menari bersama anak-anak dalam kegundahan. Semoga mereka tetap ikhlas dalam keramaian milyaran bantuan yang di turunkan. Merawat kejujuran dan kemandirian dalam sepinya perjuangan.
Editor: Renci
Saya sangat setuju dg ap yg di sampaikan penulis itulatangisan kami seorang pendidik di
Di dunia pend8dikan non pormalkami menjerit dan menangis hanya kepada Tuhan untuk minta keadilan dan belas kasihan agar pemberi kebijakan berpihak kepada kami “para pendidik non pormal