Oleh Eko Prasetyo
Tulisan yang tercipta dari ujung pena atau papan komputer sehingga menjadi bacaan yang bagus merupakaan impian bagi sebagian besar penulis. Apalagi jika tulisannya membawa dampak perubahan positif serta menjadi bahan inspirasi orang lain, tentu hal ini akan menjadi hal yang sangat membanggakan bagi seorang penulis. Untuk dapat membuat sebuah tulisan yang bagus, baik dan benar serta memiliki kekuatan impact memang tidak mudah, hal ini tentu membutuhkan proses yang sangat panjang dan konsistensi penulis dalam meningkatkan kualitas dirinya. Setidaknya diperlukan kedisplinan, konsistensi dan kemauan untuk terus belajar.
J.K Rowling, penulis buku Harry Potter misalnya, dirinya harus mengalami penolakan berkali-kali dari penerbit atas karya tulisnya. Namun, karena usaha keras dan kegigihannya untuk terus belajar menulis, akhirnya hari ini kita bisa melihat kesuksesan buku Harry Potter yang menjadi buku best seller internasional. Bahkan naskahnya diangkat menjadi film. Atau kita bisa mendapatkan contoh lain yang familiar bagi kita yaitu Andrea Hirata, seorang penulis tanah air yang terkenal dengan novel Laskar Pelangi. Dari beberapa karya tulisnya, ternyata Andrea Hirata pernah ditolak berkali-kali oleh penerbit mayor. Kemudian melalui jalan panjang dan ketekunan menulis, kini buku novel Laskar Pelangi menjadi buku yang paling dicari di tanah air, bahkan sudah dialihbahasakan kedalam beberapa negara. Novel itu juga menjadi sumber kekuatan atas bangkitnya pariwisata di Bangka Belitung. Dari contoh itu, tentu menjadi pembelajaran sekaligus motivasi bagi kita yang sedang ingin menjadi penulis atau sedang ingin memulai untuk belajar menulis.
Menulis itu adalah bagian dari literasi yang menautkan kemampuan kognitif dengan beragam fungsi-fungsinya. Menulis juga bisa menjadi jalan dakwah atau jihad bil qalam dalam rangka mengajak kepada kebaikan. Jihad bil qalam ini sebentuk perjuangan intelektual di tengah gempuran arus informasi yang kian kacau. Provokasi, hoaks, SARA dan seksualitas adalah tema atau konten yang membanjiri sebagian besar platform media yang banyak kita temukan di media-media online. Apa jadinya jika arus informasi tersebut dibaca terus menerus tanpa filter oleh generasi kita saat ini? Tentu akan sangat berpengaruh buruk dan cenderung menimbulkan disorientasi sosial. Apa yang dilakukan oleh Mahanpedia sebagai salah satu ruang publik yang menampilkan konten positif melalui tulisan-tulisan, merupakan upaya yang sangat baik dalam mewujudkan jihad bil qalam.
Pada era modernitas seperti saat ini, penggunaan berbagai platform internet dan aplikasi media sosial seperti website, facebook, instagram sebagai ladang dakwah adalah sesuatu yang sah dan wajib. Bayangkan saja, jumlah pengguna medsos yang terhubung dengan internet di Indonesia ini mencapai 73,7 persen (Kompas, 23 Februari 2021). Artinya, hampir seluruh orang di Indonesia mengakses bacaan informasi yang ada di internet. Ladang besar ini adalah media yang tepat untuk melakukan jihad bil qalam. Cara termudah yang dapat kita lakukan yakni mengupload atau memposting hal-hal yang positif di facebook dan instagram. Karena bisa saja setelah melihat dan membaca postingan dari kita, ada orang lain yang terinspirasi, sadar atau mungkin taubat.
Mengutip salah satu riwayat sejarah kehidupan Nabi Muhammad SAW, bahwa Nabi memberikan kebebasan kepada tawanan perang Badar apabila tawanan tersebut mau mengajarkan baca-tulis kepada para sahabat dan anak-anaknya. Hal itu dilakukan karena Nabi Muhammad SAW mendudukan literasi baca-tulis sebagai kegiatan yang sangat berperan dalam proses kemajuan bangsa. Pada konteks kekinian, kita patut dan wajib meneladani Nabi Muhammad SAW untuk berperang melawan kedzoliman social cyber crime melalui gerakan literasi jihad bil qalam. Paling tidak, dengan upaya ini kita bisa ikut serta dalam menyelamatkan generasi, sebab hari ini peperangan sudah bukan lagi perang di lapangan menggunakan senjata, akan tetapi perang pemikiran.
Editor: Renci