Hasbullah (Dosen Universitas Muhammadiyah Pringsewu)
Apabila proses kehidupan manusia setiap waktunya semakin baik, dengan otomatis akan diikuti dengan prilaku baik yang bermuara pada terbentuknya manusia mulia (insan kamil). Dalam hal ini proses adalah menjadi sesuatu yang penting dalam kehidupan. Sudah pastinya proses kehidupan ini harus ada pada jalan yang profesional baik sebagai seorang hamba maupun sebagai khalifah. Pada sisi lain bahwa proses juga mampu mendedikasi seseorang untuk memiliki karakter kemanusiaan yang hakiki. Manusia juga merupakan pertalian antara dua unsur yaitu unsur jasmani dan rohani, sehingga manusia merupakan makhluk yang sempurna.
Dalam prosesnya manusia sudah dipastikan akan menemui konflik-konflik baik terhadap diri maupun orang lain. Sudah semestinya juga dalam hal ini manusia memahami tentang manajemen konflik terutama konflik yang terjadi dalam diri sendiri yang disebabkan oleh diri kita sendiri. Konflik bukan sesuatu yang harus dihindari, tetapi untuk dikelola agar menghadirkan dampak yang positif, tidak merugikan bahkan mencelakakan. Masalah selanjutnya adalah dibutuhkan kemampuan diri untuk mengelola konflik ini, agar konflik ini dapat bermanfaat untuk membentuk karakter yang unggul dan maju.
Dalam ilmu mantiq (logika) manusia disebut sebagai al-insanu hayawanun nathiq (manusia adalah binatang yang berfikir). Manusia dalam penciptaannya telah memiliki keunggulan dan kemajuan dibandingkan dengan makhluk yang dicipta sebelum manusia. Manusia adalah makhluk mukallaf, yang diberikan kewajiban serta tanggung jawab dalam kehidupan. Hal tersebut dikarenakan adanya bekal berupa akal pikiran yang akan mampu melahirkan inovasi, kreativitas, kemajuan dan keunggulan kehidupan berupa ilmu pengetahun dan teknologi.
Konsolidasi Diri
Konsolidasi diri dalam menjalankan proses kehidupan ini juga tidak boleh ditinggalkan. Kebanyakan kehidupan ini lebih disibukkan dengan konsolidasi ke luar namun lupa dengan konsolidasi diri sendiri. Konsolidasi ini dapat dilakukan dengan jalan: pertama, mengenal konsep diri. Kelemahan manusia untuk mencapai keunggulan dan maju adalah tidak pahamnya terhadap diri sendiri. Kepamaham diri ini sangat penting karena darinya akan memahami kelebihan serta kekurang diri sendiri. Dari dua hal itu, akan memberikan peluang besar untuk terhindar dari kebekuan dan kemandekan pemikiran. Selanjutnya konsep diri inilah secara otomatis program kehidupan dalam diri akan dengan mudah tergambar dan dapat dituangkan bukan hanya sekedar tulisan tapi juga pada aksi nyata.
Kedua, peta kehidupan. Hal yang kedua ini banyak sekali dari manusia yang lupa bahkan tidak mampu membuat peta kehidupan. Bahkan yang banyak terjadi kesalahan orientasi kehidupan. Manusia sibuk dengan sesuatu yang ada serta terlihat, lupa dengan yang tiada dan sebenarnya itulah keabadian dalam proses jalan makhluk hidup terutama manusia. Peta kehidupan ini akan sangat berpengaruh terhadap proses kehidupan untuk membentuk manusia unggul dan berkemajuan. Peta kehidupan diri akan sangat membantu diri untuk mengukur sejauh mana keberhasilan serta kekurangan atas hidup yang dijalani. Dari sinilah akan mampu membuat kurikulum hidup dan kehidupan. Kita dapat lihat dan perhatikan dalam diri kita sudah hampir dipastikan tidak memiliki kurikulum dari kehidupan, hal ini dikarenakan ketiadaannya peta kehidupan itu sendiri.
Ketiga, harmonisasi kehidupan. Manusia sebagai makhluk hidup tentunya akan mengalami banyak hal, baik itu yang terduga maupun tak terduga. Selain itu juga manusia akan masuk pada dua jalan yaitu jalan kehidupan yang sistematis dan dinamika. Kedua hal ini akan terus ada, kekuatan diri dalam mengharmoniskan keduanya akan menjadikan diri terdidik dalam pembentukan keunggulan dan kemajuan manusia. Sistem kehidupan merupakan aturan yang sudah ada dan harus dijalankan, ketika kita benar menjalankan, semua akan baik-baik saja namun ketika sistem itu salah maka akan ada masalah baru dalam kehidupan. Sedangkan dinamika itu akan hadir dari dua komponen antara lain, pertama, dari diri sendiri yaitu keadaan jiwa dalam merespon segala sesuatu yang datang. Kedua, komponen dari luar yaitu manusia yang lain dengan keadaan jiwa dalam proses mempengaruhi keadaan diri kita.
Keempat, training kepemimpinan diri. Manusia sebagai wakil Tuhan dengan disematkan menjadi khalifah di muka bumi ini bukanlah tanpa alasan. Kepemimpinan dalam diri manusia itu tidak akan bisa berjalan begitu saja, melainkan hal ini harus dididik, dilatih dan juga diuji. Dari sinilah kepemimpinan harus juga dituntun dengan baik sehingga akan terlihat potensi diri yang menguatkan diri meraih keunggulan dan kemajuan. Training kepemimpinan ini oleh sebagian orang tidak diperdulikan, karena menganggap training ini akan berlaku untuk memimpin orang lain. Padahal jauh lebih penting adalah bagaimana diri sendiri mampu memimpin dirinya senidiri dari pada orang lain. Keunggulan diri itu terlahir dari kemampuan dalam mengimprovisasi diri dengan modal ilmu kepemimpinan. Begitupun dengan kemajuan akan dengan cepat didapatkan melalui pengalaman menjadi seorang pemimpin.
Kelima, menjadikan diri sumber informasi yang baik dan benar. Menjadikan diri atau bahkan mengakuisisi diri sebagai sumber informasi yang valid akan menggerakkan dan menjadi kekuatan diri untuk senantiasa meningkatkan kualitas diri dengan banyak membaca, menulis dan menyampaikannya. Hidup akan dengan sendiri berproses mengoptimalkan akal, jiwa dan lingkungan, agar diri terus berkembangan dan berproses dengan dinamika zaman. Peningkatan kualitas terhadap pemahaman ilmu aqliyah dan naqliyah berjalan dengan tanpa ada paksaan dari manapun, karena hal ini menjadi kebutuhan pokok untuk diri. Penguatan diri dengan pengelolaan konflik secara baik menjadikannya dipercaya oleh orang lain dan akan menjadi pembeda dengan manusia lainnya.
Keenam, membangun relasi kehidupan. Keunggulan dan kemajuan tidak bisa diraih dan diperoleh dengan berpores sendiri tentunya membutuhkan orang lain. Ini adalah konsolidasi diri terakhir yang harus ditanamkan serta ditetapkan untuk menjadi agenda rutin dalam berproses menjalani kehidupan ini. Membangun relasi ini bukan dalam menjual diri dan menggadaikan pemikiran melain membangun dan menawarkan kerjasama untuk kehidupan yang lebih baik serta positif.
Dalam menuju keunggulan dan kemajuan manusia sudah seharusnya mengotimalkan unsur-unsur yang telah ditetapkan dan dimiliki oleh manusia. Selain itu juga secara prinsip manusia merupakan makhluk yang memiliki sifat baik secara moral, tentunya harus ada perjuangan dan usaha dalam ketetapan moralitas baik tersebut. Sehingga manusia akan memiliki batas-batas dalam pergaulan. Batasan itu sebenarnya dilakukan untuk menjaga kebaikan dan kebermanfaat diri sebagai makhluk sosial dan makhluk mulia.
Editor : Tri Hanifah