Oleh Tri Hanifah (Pemimpin Redaksi Mahan Pedia)
MahanPedia.id adalah sebuah portal digital yang menjadi ruang untuk menampung segala pemikiran, gagasan dalam bentuk narasi. Website ini memiliki tujuan sebagai inspirasi bagi kemajuan bangsa. Pada tanggal 17 Agustus 2020 website MahanPedia.id diluncurkan, digerakkan oleh para aktivis muda pegiat literasi dan relawan penyala semangat kemajuan berperadaban.
17 Agustus 2021, genap satu tahun MahanPedia telah berkiprah di dunia literasi digital dan fokus pada penyampaian narasi-narasi positif dalam berbagai bidang dan isu yang diusung. Bidang pendidikan, bidang literasi, sastra dan berbagai artikel-artikel pemikiran dengan analisis yang cerdas dan tajam. Meskipun masih tergolong sangat muda, portal ini telah memposting ratusan tulisan dari para kontributor atau penulis.
Menyemarakkan agenda Milad ke-1 dengan mengusung tema “Memperkuat Literasi Kebangsaan Untuk Kemajuan,” Mahan Pedia menggelar berbagai rangkaian acara seperti, Webinar Literasi Kebangsaan, Penghargaan bagi Para Kontributor atau Penulis, dan Soft Launching Buku Goresan Mahan Peradaban. Dalam gelaran acara ini menghadirkan tiga orang nara sumber yaitu Diyah Puspitarini dari pegiat literasi dan pemberdayaan perempuan di Indonesia, Eni Amaliah dari Koordinator Forum Literasi Lampung dan Mukhtar Hadi adalah direktur pasca sarjana IAIN Kota Metro.
Diyah Puspitarini, yang juga merupakan Ketua Umum Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah memberikan evaluasi bahwa Mahan Pedia tidak hanya membatasi gerakan literasi pada tindakan lokal dan membatasi diri bahwa ini hanya milik anak muda Kota Metro, tetapi membuka ruang seluas-luasnya untuk menampung segala pemikiran yang masuk dari seluruh penulis yang berdomisili di mana pun baik dalam negeri maupun luar negeri. Selain itu, Mahan dapat menjadikan wahana yang dapat mengedukasi bagi perempuan-perempuan di Indonesia, sebab pembaca di dunia maya 60%nya adalah perempuan. Ini akan menjadi ruang yang sangat strategis dalam memberikan pencerahan pada penyelesaian isu-isu perempuan dan menjadi platform strategis untuk informasi-informasi penyadaran lainnya.
Eni Amaliah, memberikan apresiasi atas kiprah pegiat literasi Kota Metro yang telah mengglobal, dibuktikan dari peserta webinar yang hadir ada yang berasal dari Malaysia dan Singapore. Selain itu dosen UIN Lampung ini juga sedang mencari format untuk meningkatkan dan menguatkan budaya dan daya baca masyarakat terutama di Provinsi Lampung. Apakah penyebab rendahnya baca masyarakat disebabkan oleh fasilitas yang kurang memadai atau memang budaya malas baca sudah mengakar di lapisan masyarakat. Sehingga diperlukan partisipasi aktif para relawan dan pegiat literasi layaknya Mahan Pedia untuk bersama bergotong royong dalam membangun gerakan literasi di basis komunitas.
Mukhtar hadi juga menyoroti bahwa kajian Indek Kegemaran Membaca pada tahun 2020 yaitu 55,74%, naik 1,9 % dari tahun sebelumnya (2019) sebesar 53,84% atau sedang. Dan rata-rata membaca dalam sepekan 4 kali. Memiliki durasi membaca 1 jam 36 menit/hari, dan jumlah buku yang dibaca 2 buku setiap tiga bulan. (Sumber data : Survai Perpusnas tentang kajian Indeks membaca 2020, Survai terhadap 10.200 responden di 34 Provinsi). Hal ini merupakan kabar yang lebih baik dibandingkan tahun 2012, di mana Unesco menyebutkan minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001 persen, yang artinya dari 1000 orang Indonesia hanya 1 orang yang gemar membaca. World’s Most Literate Nations Ranked yang dilakukan Central Connecticut State University pada Maret 2016, minat baca Indonesia dinyatakan menduduki peringkat 60 dari 61 negara, persis berada di bawah Thailand (59) dan di atas Bostwana (61) (Sumber Kominfo). Namun demikian, netizen Indonesia merupakan yang paling cerewet di media sosial padahal malas membaca.
Fakta berikutnya adalah 60 juta penduduk Indonesia memiliki gadget, urutan kelima dunia terbanyak kepemilikan gadget, dan merupakan negara pengguna aktif smartphone terbesar keempat di dunia setelah Cina, India dan Amerika. Ironisnya, meskipun minat baca buku rendah namun orang Indonesia bisa menatap layer gadget kurang lebih 9 jam sehari. Sehingga tidak heran jika orang Indonesia menduduki peringkat kelima dalam hal kecerewetan di media sosial. Hal ini dapat dilihat dari ativitas kicauan dari akun twitter, terlebih warga yang berdomisili di Jakarta, paling cerewet melebihi Tokyo dan New York (hasil riset semiocast, Lembaga independendi Paris).
Gelaran acara milad juga diwarnai dengan pemberian penghargaan bagi para penulis Mahan Pedia dengan kriteria yaitu Penulis Terproduktif yang diberikan kepada Hasbullah, kriteria Penulis dengan Pembaca Terbanyak yaitu Adea Wulan Atika dan Penulis Favorit Redaksi diberikan kepada Wihan Afriono.
Diakhiri dengan peluncuran Cover Buku Goresan Mahan Peradaban, yaitu antologi dari kumpulan goresan digital dari para kontributor Mahan Pedia selama kurun waktu 1 tahun. Buku apik yang di dalamnya memuat berbagai pemikiran dan gagasan untuk pencerahan dan kemajuan literasi bangsa.
Editor : Dwi Novi Antari