Oleh : Salman Rifqi Saputra
Mendengar kata dakwah, mungkin yang muncul di benak sebagian besar orang, terlebih milenial adalah sesuatu yang formal ldan kaku. Tentu dalam hal ini, kita tidak bisa menyalahkan pendapat dan argumen yang muncul tentang pendeskripsian makna dakwah itu sendiri. Sebab stereotip orang-orang yang berpendapat seperti itu berasal dari pengindraan serta pengalaman yang mereka dapatkan dari proses membaca dan aspek realita kehidupan sehari-hari.
Atas banyaknya tafsir yang muncul dari kata dakwah itu sendiri, mari menarik diri sejenak dari hiruk pikuknya pemaknaan kata tersebut kepada hal yang lebih menarik dan kekinian. Sebuah jurnal penelitian tentang dunia anak muda menyebutkan bahwa sebagian besar aktivitas para remaja di era digital ini berada dalam dunia maya. Sebenarnya kita bisa mengecek kebenaran penelitian tersebut dari kita sendiri dengan pertanyaan sederhana “berapa lama intensitas waktu yang kita gunakan dalam sehari untuk sekedar memegang gadget?”. Mungkin jawabannya akan variatif, tetapi yang perlu digarisbawahi adalah intensitas waktu penggunaan smartphone masyarakat Indonesia saat ini sudah mencapai 4 jam dalam sehari. Laporan dari App Annie yang berjudul “state mobile 2020” ini juga menempatkan negara-negara berkembang seperti India, Indonesia dan Brazil sebagai negara yang paling banyak menghabiskan waktunya dalam menggunakan smartphone.
Penggunaan gadget dalam kehidupan manusia, khususnya anak muda pun sangat bervariasi dilihat dari sisi nilai kemanfaatannya. Ketika anak muda saat ini kreatif dan bijak dalam menggunakan sosial media maka jejaring yang sangat luas ini akan bisa berdampak pada hal yang postif dan menguntungkan, berniaga misalnya. Tetapi sebaliknya jika sosial media tidak digunakan sebaik-baiknya malah bisa menimbulkan sesuatu yang negatif dan merugikan.
Keadaan serba bisa terkoneksi yang ditandai dengan kemudahan akses komunikasi dan berjejaring ini memang sudah lama diprediksi oleh Marshall Mc Luhan di awal tahun 60-an yang memperkenalkan konsep Global Village (Desa Global). Mc Luhan memprediksi bahwa dunia ini akan menjadi satu desa yang sangat besar. Konsep One Village menggambarkan bagaimana teknologi informasi hari ini dapat menjadikan bumi yang luas menjadi sebuah desa kecil dengan kemudahan akses informasi dan relasi yang sangat instan. Memang di zaman digital seperti sekarang ini akselerasi informasi yang masuk ke dalam diri kita mengalami eskalasi yang cukup signifikan.
Pertanyaan yang kemudian muncul adalah apakah pelajar hari ini sudah cukup siap untuk berada dalam one village, secara bahwa segala sesuatunya saling berlomba, bersaing untuk menjadi yang terdepan dan teratas. Ada beberapa hal yang harus disiapkan oleh pelajar hari ini untuk menyiapkan diri menghadapi era yang serba terkoneksi dan terintegrasi tersebut. Ilmu pengetahuan menjadi syarat utama di sini. Penguasaan dalam aspek ilmu pengetahuan sejatinya sudah ditunjukkan pada bangsa-bangsa unggul di abad pertengahan. Hal tersebut dapat dibuktikan dari meluasanya kekuasaan dan peradaban suatu bangsa pada wilayah-wilayah lain pada abad itu.
Suatu komunitas masyarakat yang menguasai ilmu pengetahuan selalu menjadi yang terdepan. Hal–hal tersebut seharusnya menjadi motivasi suatu komunitas masyarakat untuk senantiasa meningkatkan kapasitas dan kualitas keilmuannya. Sebagai contoh di era modern hari ini, banyak negara-negara maju di dunia ini seperti ; Selandia Baru, Finlandia, Singapura, Amerika Serikat dan negara maju lainnya. Mereka berhasil menguasai berbagai sektor seperti perekonomian, perdagangan, perindustrian dengan cara meningkatkan kualitas sumber daya manusianya, padahal dengan kondisi sumber daya alam yang tidak semelimpah negara kita.
Ilmu memiliki kedudukan yang istimewa di semua agama terutama agama Islam. Sejarah mencatat bahwa peradaban Islam pada zaman kejayaannya sekitar abad 8 sampai abad 13 banyak melahirkan filsuf, ilmuwan, insinyur yang memiliki kontribusi besar terhadap kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tokoh intelektual muslim ini tumbuh berkembang di berbagai negara karena memang ekspansi dakwah islam pada saat itu sudah sangat maju. Ilmu dalam konteks ini bukan sekedar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu.
Allah memerintahkan manusia membaca yang meliputi mempelajari, meneliti, dan sebagainya. Apa saja yang telah Allah ciptakan, baik ayat-ayat yang tersurat (quliyah), yaitu alquran dan juga ayat-ayat yang tersirat. Membaca itu harus dengan nama, artinya karena Allah dan mengharapkan pertolongan-Nya. Dengan demikian, tujuan membaca dan mendalami ayat-ayat Allah merupakan diperolehnya hasil yang diridhai Allah, yaitu ilmu atau sesuatu yang bermanfaat bagi manusia
Budaya literasi telah mengantarkan ummat Islam pada puncak kejayaannya, dengan keilmuan yang matang maka kemudian akan mengantarkannya pada proses pembentukan masyarakat madani yakni masyarakat yang beradab dalam membangun, menjalani dan memaknai kehidupannya. Dalam konteks Islam istilah msyarakat madani sebenarnya selain mengacu pada civil society, juga berdasarkan pada konsep eksistensi Negara-Kota Madinah yang dibangun Nabi Muhammad pada tahun 622 M. Masyarakat madani juga mengacu pada pemaknaan terhadap konsep tamadhun sebagaimana yang diperkenalkan oleh Ibnu Khaldun yakni masyarakat yang beradab dan berkeadaban. Menurut beberapa tokoh, bahwa Piagam Madinah merupakan dokumen yang sangat penting dan membuktikan betapa majunya masyarakat yang dibangun kala itu, di samping juga memberikan penegasan mengenai kejelasan hukum dan konstitusi sebuah masyarakat. Meminjam istilah Hamidullah bahwa Piagam Madinah adalah konstitusi tertulis pertama dalam sejarah manusia.
Pada era postmodernitas seperti yang terjadi dewasa ini di mana perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi begitu pesat, bahkan belakangan telah melahirkan sebuah generasi baru, yakni generasi milenial penguasaan ilmu dan teknologi informasi bagi umat Islam menjadi sangat penting. Penguasaan ilmu ini bisa meningkatkan kewibawaan umat Islam di mata umat lain.
Begitu juga dengan pelajar hari ini, penguasaan ilmu seperti bahasa internasional, ilmu-ilmu terapan IT dan ilmu pengetahuan yang lain adalah sesuatu yang wajib dipelajari dan difahami. Menuju one village pelajar harus menyiapkan diri guna memenangkan kontestasi peradaban.
Editor : Dwi Novi Antari