Oleh Samson Fajar
Semua Kembali ke Hati
Dari An Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung)” (HR. Bukhari no. 52 dan Muslim no. 1599). Berbicara akan hati adalah membicarakan sesuatu yang sangat unik, banyak pendekatan membahas akan hal ini. Baik pendekatan kejiwaan, biologis, bahkan tasawuf. Dalam kajian ini, kita mencoba memahami hati dengan pendekatan multidisiplin sehingga akan mendapatkan novelti berpikir yang akan menggambarkan hati dengan universal.
Ibnu Rajab Al Hambali rahimahullah mengisyaratkan bahwa baiknya amalan badan seseorang dan kemampuannya untuk menjauhi keharaman, juga meninggalkan perkara syubhat (yang masih samar hukumnya), itu semua tergantung pada baiknya hati. Lihat Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, 1: 210. Para ulama katakan bahwa walaupun hati (jantung) itu kecil dibandingkan dengan bagian tubuh yang lain, namun baik dan jeleknya jasad tergantung pada hati. (Lihat Syarh Muslim, 11: 29).
Para ulama katakan bahwa hati adalah malikul a’dhoo (rajanya anggota badan), sedangkan anggota badan adalah junuduhu (tentaranya). Lihat Jaami’ul ‘Ulum, 1: 210. Demikianlah ulama yang mendalami teks-teks hadits memahami akan hati, secara dzhahir, banyak ulama memahami hati adalah jantung (bahasa Arab: qalbun), secara fungsi hati adalah Malik (raja anggota badan) dan dia adalah hakim baik dan buruk.
Akhir-akhir ini, para ilmuwan baru berbicara tentang otak yang berada dalam hati yang terdiri dari 40.000 neuron, yaitu yang kita sebut akal yang terdapat di pusat hati. Akal inilah yang bertugas memandu otak untuk melaksanakan fungsinya. Oleh karena itu, Allah menjadikan hati sebagai sarana untuk memahami firman-Nya. Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada.” (QS. Al-Hajj: 46).
Kita tidak perlu memperdebatkan akal dalam otak dan akal dalam hati, karena dalam Al Qur’an, akal dalam otak berfungsi berfikir (tafakur), karena dia hanya mampu memahami fakta-fakta empiris. Berbeda dengan akal dalam hati yang berfungsi mengingat (dzikir) Allah SWT. Kata adzdzikir oleh para ulama sering dipahami sebagai ilmu pengetahuan, maka majlis dzikir ditafsirkan sebagai majlis ilmu yang dirindukan oleh malaikat.
Karena akal dalam hati adalah memiliki kemampuan berpikir di luar panca indera, disinilah kebaikan akan diproduksi, iman akan dihidupkan dan kecerdasan spiritual. Secara biologis bahwa hati ada dalam jantung, organ jantung ada di dalamnya hati itu sendiri, sehingga ketika seseorang bahagia, maka jantung yang berfungsi, ketika sedih jantung yang berfungsi dan seterusnya.
Posisikan Hati Selalu Bersih Agar Bahagia
Agar dalam kondisi pandemi covid-19 ini kita selalu bahagia, maka fokuskan pada pembersihan hati (tazkiyatun nafsi), karena dengan bersihnya hati, kita akan merasa kebahagiaan luar biasa. Orang yang kotor hatinya, akan selalu merasa sedih, galau, khawatir dan penuh kedengkian dalam hidupnya, karena syetan akan nyaman hidup dalam hati yang penuh dengan kotoran hati, seperti kalajengking, kecoa yang nyaman dirumah yang penuh dengab kotoran.
Hati yang bersih ibarat rumah yang bersih, penghuni nya bahagia, sehat dan tidak ada kecoa, kalajengking, dan hewan menjijikan lainya. Bagaimana cara membersihkan hati dalam kondisi seperti ini? Jalan paling tepat adalah bermuamalah dnegan Al Qur’an, Al Qur’an akan menjadi obat bagi kondisi pandemi sekarang.
Pertama, membaca Alqur’an membahagiakan. Mengapa membaca dan berinteraksi dengan Alqur’an membahagiakan? Karena begitu banyak janji Allah SWT. Orang yang hafidz Qur’an dan memahami isi Alqur’an memiliki tingkat bahagia lebih dalam hidupnya, karena memiliki tingkat optimis yang sangat tinggi.
Kedua, membaca Alqur’an menenangkan. Orang yang membaca atau mendengarkan Alquran dibacakan akan mendapatkan ketenangan jiwa. Nabi Saw Bersabda, “Tidaklah suatu kaum berkumpul dalam salah satu rumah Allah (masjid) untuk membaca kitabullah (Alquran) dan mempelajarinya, melainkan ketenangan jiwa bagi mereka, mereka diliputi oleh rahmat dikelilingi Allah oleh para malaikat, dan Allah menyebut nama-nama mereka dihadapan para malaikat yang ada disisinya.” (HR. Muslim).
Ketiga, membaca Al Qur’an menyehatkan. Manfaat membaca Alquran bagi kesehatan, salah satunya dibuktikan oleh sebuah penelitian yang dilakukan di Klinik Besar Florida, Amerika Serikat. Sang peneliti yang bernama Dr. Ahmed Al-Qadhi menyatakan, membaca atau memperdengarkan lantunan ayat suci Alquran saja sudah dapat memberikan perubahan fisiologis yang besar bagi tubuh manusia.
Fakta ilmiah tersebut juga dikuatkan dengan berbagai riset lain yang dilakukan di seluruh dunia mengenai manfaat membaca Alquran. Membaca Alqur’an akan Menstabilkan tekanan darah dan denyut jantung. Karena Lantunan ayat Alquran memberi efek relaksasi bagi mereka yang membaca ataupun mendengarkannya. Hal ini terbukti menjadi solusi yang paling jitu untuk menormalkan tekanan darah dan denyut jantung yang sedang tidak stabil. Proses relaksasi mengaktifkan sekaligus mengendalikan saraf otonom (saraf simpatis dan parasimpatis), sehingga akan menciptakan tekanan darah dan membuat denyut jantung stabil.
Salah satu hasil penelitian Dr Ahmed Al-Qadhi menyebutkan, lantunan ayat suci Alquran mampu mengembalikan keseimbangan sel-sel sehat dalam tubuh, sehingga dapat melawan sel-sel kanker. Selain itu, membaca dan mendengar lantunan ayat Alquran juga sangat baik untuk meningkatkan sel-sel imun, sehingga kita dapat terhindar dari berbagai macam penyakit yang disebabkan virus dan bakteri. Hakikatnya kesehatan karena membaca Al Qur’an bukan hanya fisik tetapi non fisik, sebagainya fungsi Al Qur’an sebagai penyembuh bagi orang beriman. Hal ini menjadi solusi bagi orang beriman, ketika kondisi dunia mengalami Krisis kesehatan, sehingga keyakinan adalah ikhtiar tertinggi dalam meraih kesehatan, dengan pula mengupayakan protokol kesehatan yang dianjurkan.
Membaca Alqur’an akan mengantarkan manusia pada syafaat, secara esensial Alqur’an akan mengantarkan manusia pada jalan kebenaran, sehingga mereka akan mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat. Tidak ada pedoman yang akan membawa manusia pada keselamatan dunia akhirat kecuali Alqur’an. Sehebat apapun teori dan hand book karya manusia, tidak akan menjadi jalan selamat hidup manusia, karena hanya olah pikir manusia saja, yang dirinya saja tidak mampu menjamin dirinya selamat. Demikianlah penting nya hati yang selalu bersih dengan selalu bermuamalah dengan Alqur’an. Alqur’an akan membersihkan hati manusia setiap hari, sehingga mereka akan mendapatkan banyak kebaikan dari Allah SWT, kebahagiaan dan kesehatan, sehingga akan lebih sehat dalam menjaga iman dan imunitas pada masa pandemi ini.
Editor: Renci