Oleh : Danang Zoelkurnia
Selama lebih dari setahun, sebagian besar sekolah dan madrasah telah menerapkan perubahan yang belum pernah terjadi sebelumnya yaitu proses pembelajaran di rumah, meskipun pelaksanaannya bervariasi sesuai dengan keragaman geografis, sosial maupun ekonomi. Aktivitas bersekolah yang dilakukan siswa dengan guru di dalam kelas atau pembelajaran tatap muka memang sesuatu hal yang tidak tergantikan, jika dibanding dengan pembelajaran jarak jauh atau daring saat ini.
Sebelum pandemi, banyak siswa selalu ingin cepat-cepat libur, bahkan ada juga yang bolos sekolah. Kini, ketika mendapat kesempatan belajar jarak jauh dari rumah karena pandemi ini yang hingga batas waktu yang tidak pasti, membuat siswa bosan juga. Mereka rindu sekolah, rindu teman-teman, bahkan rindu dengan gurunya.
Meski merindu hingga tak terbendung, kegiatan sekolah secara daring menjadi pilihan terbaik hingga saat ini demi terlindunginya para anak bangsa dari paparan Coronavirus. Sejatinya, banyak orang tua di berbagai daerah mendukung kebijakan pemerintah memberikan penentuan keputusan kepada pemerintah daerah untuk melakukan pembelajaran tatap muka. Tetapi hal itu harus didukung dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat di setiap sekolah.
Orang tua mengaku kesulitan mendampingi anaknya dalam sekolah daring karena banyak pelajaran yang tidak dimengerti. Selain itu, keterbatasan penguasaan gawai dari orang tua juga menjadi kendala. Inilah yang kini menjadi polemik setelah satu tahun pendemi berjalan.
Meskipun pemerintah telah mengambil banyak langkah secara tepat waktu untuk mendukung pembelajaran dari rumah, pandemi ini masih menjadi tantangan besar bagi pendidikan. Siswa yang kurang beruntung kemungkinan akan menjadi yang paling terdampak. Sebagai contoh, anak-anak yang berasal dari keluarga yang kurang mampu kemungkinan besar akan tertinggal dibandingkan teman sebaya mereka yang lebih mampu yang memiliki akses lebih baik pada pembelajaran secara daring, sementara sebagian besar anak-anak berkebutuhan khusus tidak akan dapat mengakses layanan khusus.
Menjawab rasa rindu yang terus mendesak, pemerintah pusat menargetkan proses belajar mengajar akan kembali normal atau dapat dilaksanakan secara tatap muka pada semester kedua 2021. Untuk itu, tenaga pendidik menjadi salah satu prioritas yang mendapatkan vaksin Covid.
Pelaksanaan vaksinasi tersebut merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk menekan kasus penularan COVID-19 dan mengentaskan bangsa dari pandemi. Vaksinasi tenaga pendidik adalah penting karena menjadi syarat utama yang ditetapkan Kemendikbud sebelum melaksanakan pembelajaran tatap muka di masa pandemi.
Selain vaksinasi, melaksanakan pembelajaran tatap muka dengan cara yang aman, misalnya dengan konsep outdoor learning. Artinya, tetap tatap muka tetapi sesekali tidak di dalam kelas. Hal itu dilakukan pada mata pelajaran pilihan yang bertemakan alam, seperti biologi atau IPA untuk SD. Selain skema luar ruangan, sekolah masing-masing terus berupaya mempersiapkan segalanya untuk mendukung penerapan pembelajaran tatap muka yang aman, nyaman, dan dengan protokol kesehatan.
Meski telah didukung dengan pemberian vaksinasi bagi seluruh tenaga pendidik. Pelaksanaan pembelajaran tatap muka harus mendapatkan izin dari orang tua para siswa. Sesuai dengan arahan Satgas Penanganan Covid yang mengingatkan setiap kegiatan belajar mengajar secara tatap muka di sekolah selama pandemi harus dilakukan atas izin dan disetujui orang tua siswa. Belajar tatap muka juga wajib disetujui pemerintah daerah, pihak sekolah, dan siswa.
Sekolah yang hendak menggelar belajar tatap muka juga wajib menyiapkan fasilitas penunjang protokol kesehatan sehingga aktivitas sekolah tidak berpotensi menularkan virus Covid. Kesiapan tersebut meliputi kewajiban penggunaan masker, tempat cuci tangan, serta akses menuju sekolah agar tidak mengakibatkan kerumunan.
Penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar secara tatap muka juga dipantau secara berkala oleh pihak terkait seperti Dinas Pendidikan dan Satgas Covid di daerah untuk memastikan protokol kesehatan terus terjaga. Dengan adanya kerja sama dari berbagai pihak sesuai tugas dan fungsinya, diharapkan dapat mencegah munculnya kluster baru pada proses belajar tatap muka yang sudah sangat dirindukan tersebut.
Editor : Dwi Novi Antari