• Tentang
  • Kontak
  • Tim Redaksi
  • Beranda
  • Teras Mahan
  • Artikel
    • Opini
    • Essay
    • Reportase
    • Profil
  • Sastra
    • Puisi
    • Cerpen
    • Resensi
  • Resonansi
No Result
View All Result
Mahanpedia
No Result
View All Result
Home Opini

Singkretis Ketenangan Jiwa: Upaya untuk Mencapai Kesejahteraan

mahanpedia by mahanpedia
2 tahun ago
in Opini
4 min read
0
0
SHARES
40
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Oleh: Fathan Faris Saputro

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia akan berhadapan dengan berbagai bentuk penyesuaian, mulai dari yang sederhana sampai dengan yang rumit, yang di dalamnya terdapat suatu pola yang terdiri atas beberapa unsur tertentu yang dapat dilihat dengan jelas. Sebagai contoh seorang anak yang mendambakan kasih sayang ibunya yang disibukkan oleh tugas-tugas lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Keadaan tersebut dapat menjadikan anak merasa frustasi dan akan berusaha sendiri untuk menemukan cara mengurangi ketegangan yang dialaminya. Pada orang dewasa yang frustasi, akan mencari beberapa bentuk kegiatan atau ekspresi untuk memenuhi keinginan atau mereduksi ketegangannya.

Hal yang perlu diperhatikan dalam situasi frustasi adalah apabila motivasi individu tidak mencapai pemuasan atau ekspresi yang wajar. Keadaan seperti ini akan memunculkan perilaku penyimpangan atau abnormal. Hal ini sering dialami individu yang kurang dipersiapkan untuk menghadapi berbagai hal yang mungkin terjadi di luar keinginannya, atau karena motivasinya sedemikian rupa, sehingga menghalangi arah dan kontrol yang disadarinya. Individu akan melakukan tindakan positif apabila dia berada dalam situasi yang wajar.

Dengan demikian, keinginan dan sikap dari individu-individu  yang mengalami frustasi perlu diarahkan kembali ke dalam suatu kegiatan yang mempunyai nilai yang bermanfaat bagi kesejahteraan dirinya maupun masyarakat luas. Dengan memaknai penyesuaian diri sebagai usaha konformitas, menyiratkkan bahwa individu seakan-akan mendapat tekanan kuat untuk harus selalu mampu menghindarkan diri dari penyimpangan perilaku, baik secara moral, sosial, maupun emosional.

Penyesuaian diri adalah kemampuan seseorang untuk hidup dan bergaul secara wajar terhadap lingkungannya, sehingga seseorang merasa puas terhadap dirinya dan terhadap lingkungan. Dalam upaya tersebut hubungan antara tuntutan dan lingkungan ini akan menjadi konflik, tekanan dan frustasi yang membuat individu didorong untuk meneliti kemungkinan perilaku yang berbeda guna membedakan diri dari ketegangan yang dialaminya.

Penyesuaian Pribadi

Kemampuan ini untuk menerima dirinya sendiri sehingga tercapai hubungan yang harmonis antara dirinya dengan lingkungan sekitarnya. Individu tersebut menyadari sepenuhnya siapa dirinya sebenarnya, apa kelebihan dan kekurangan serta mampu bertindak objektif pada kondisi dirinya tersebut. Keberhasilan penyesuaian pribadi ditandai dengan tidak adanya rasa benci, lari dari kenyataan atau tanggungjawab, dongkol, kecewa atau tidak percaya pada kondisi dirinya. Kehidupan kejiwaannya ditandai dengan tidak adanya kegoncangan atau kecemasan yang menyertai rasa bersalah, rasa cemas, rasa tidak puas, dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya.

Sebaliknya kegagalan penyesuaian pribadi ditandai dengan keguncangan emosi, kecemasan, keluhan dan ketidakpuasan terhadap nasib yang dialaminya, sebagai akibat adanya gap antara individu dengan tuntunan yang diharapkan oleh lingkungan. Gap inilah yang menjadi sumber terjadinya konflik yang kemudian terwujud dalam rasa takut dan kecemasan, sehingga untuk meredakannya harus melakukan penyesuaian diri.

Penyesuaian Sosial

Di dalam masyarakat terdapat proses saling mempengaruhi satu sama lain silih berganti. Dari proses tersebut, timbul suatu pola kebudayaan dan tingkah laku sesusai dengan sejumlah aturan, hukum, adat dan nilai-nilai yang mereka patuhi, demi untuk menyesuaian bagi persoalan hidup sehari-hari. Dalam bidang ilmu psikologi sosial, proses ini dikenal dengan proses penyesuaian sosial.

Dalam proses penyesuaian social, individu mulai berkenalan dengan kaidah-kaidah dan peraturan-peraturan lalu mematuhinya sehingga menjadi bagian dari pembentukan jiwa sosial pada dirinya dan menjadi pola tingkah laku kelompok. Pertumbuhan kemampuan ketika mengalami proses penyesuaian sosial berfungsi seperti pengawasan yang mengatur kehidupan sosial dan kejiwaan. Hal inilah yang dikatakan Freud, yang berusaha mengendalikan kehidupan individu dari segi penerimaan dan kerelaanya terhadap beberapa pola perilaku yang disukai dan diterima oleh masyarakat, serta menolak dan menjauhi hal-hal yang tidak diterima oleh masyarakat.

Agama Islam memberikan kemaslahatan yang besar, karena dipegang oleh orang yang amanah. Selain itu Islam mengajarkan konsep bukan hanya untuk individu, namun untuk seluruh umat muslim lintas negara. Islam sebagai ajaran sangat peduli dengan kesejahteraan sosial. Kesejahteran jiwa dalam Islam pada intinya mencakup dua hal pokok yaitu kesejahteraan yang bersifat jasmani dan rohani.

Seperti kewajiban mendapatkan rizki dan anjuran bermua’amalat, berniaga. Islam juga memberi perlindungan kekayaan dengan larangan mencuri, menipu, berkhianat, memakan harta orang lain dengan cara tidak benar, merusak harta orang lain dan menolak riba. Kelima pilar asasi ini menjadi apresiasi dalam rangka mewujudkan kesejahteraan sosial.

Dalam konteks ini, Allah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang di olok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik  dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.”

Untuk mencapai kesejahteraan jiwa bergantung pada keserasian hubungan dan integritas setiap individu dengan sesama manusia, dengan lingkungannya dan dengan Allah SWT, juga keserasian antara jasmaniah dan rohanianya sendiri. Untuk mencapai taraf kesejahteraan jiwa, individu harus yakin dengan tuntutan moral, intelektual, religius dan tuntutan sosial. Di samping itu, ada kontrol diri untuk menghadapi setiap gangguan atau konflik dan macam-macam frustasi. Seain itu juga perlu memahami kemampuan diri dan batas-batasnya, untuk menghayati serta memperbaiki segala kelemahannya dan sekaligus mampu menemukan dan memanfaatkan kelebihannya secara positif.

Maka dari itu individu perlu memiliki konsep yang sehat tentang diri sendiri, menerima kenyataan tentang segala kelemahan dan kelebihan dengan sikap yang rasional, mampu mengembangkan kebiasaan-kebiasaan yang baik, peka dalam menanggapi situasi, mampu mengambil keputusan secara tegas dan berpikir secara kritis, bersifat sehat, efektif, tepat objektif dan realistis terhadap kenyataan  hidup tanpa disertai pandangan yang keliru tentang diri dan lingkungannya, mampu melakukan adaptasi dengan baik pada setiap perubahan sosial dan diri, dapat menanggapi setiap frustasi dan konflik batin dengan mekanisme yang sehat, sehingga tercapai integritas dan kematangan pribadi.

Penghayatan terhadap setiap masalah kehidupan dilakukan dengan serius dan penuh tanggungjawab, yang perlu diperhatikan yaitu proses penyesuaian diri sebagai upaya untuk mencapai kesejahteraan jiwa akan selalu menyangkut relasi dengan lingkungan, relasi pribadi, dan yang terpenting adalah relasi dengan Allah SWT yang menciptakan diri. Upaya itu dapat dicapai dengan mensukuri atas anugerah yang diberikan Allah SWT kepada setiap makhluknya.

Editor: Renci

Previous Post

Pendidikan Sampah: Catatan Lingkungan

Next Post

Cerdas Mendidik Anak

Next Post

Cerdas Mendidik Anak

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Popular Posts

Essay

Bonus Demokrasi dan Nawacita

by mahanpedia
Februari 27, 2023
0
10

Oleh : Fahrudin Hamzah Ketua Bidang Teknologi dan Informasi Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah Indonesia diperkirakan akan menghadapi era bonus...

Read more

Bonus Demokrasi dan Nawacita

Literasi Berada di Jurang Degradasi

Muhammadiyah; Dari Kiyai Haji menjadi Profesor?

Bukit Idaman: Ekowisata peduli sesama

Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

Nilai-nilai Dasar Dalam Etika Berdigital

Load More

Popular Posts

Hablum Minal’alam: Menjaga Lingkungan Bernilai Ibadah

by mahanpedia
September 2, 2021
0
2.1k

Akhlak Mulia Generasi Zaman Now

by mahanpedia
September 16, 2020
0
1.8k

5 Hal Misterius tentang Amado

by mahanpedia
September 6, 2021
0
1.7k

Mahanpedia

Mahanpedia adalah media belajar bersama untuk saling menginspirasi membangun kemajuan melalui gerakan literasi.

  • Kirim Tulisan
  • Tim Redaksi
  • Kontak

© 2020 Mahanpedia.id – Inspirasi untuk kemajuan.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Teras Mahan
  • Artikel
    • Opini
    • Essay
    • Reportase
    • Profil
  • Sastra
    • Puisi
    • Cerpen
    • Resensi
  • Resonansi

© 2020 Mahanpedia.id