Oleh Arif Radigusman


Awal September di pagi hari yang begitu terasa sangat segar, saya berjalan-jalan dan menghirup udara pagi di satu ruas jalan yang banyak pepohonan. Pada siang harinya yang terik, saya harus menghidupkan Air Condition (ac) mobil ditengah perjalanan, ketika harus melintasi ruas jalan yang pepohonannya mati dikuliti dan ditebangi. Pada hari yang lain, saya menjumpai seseorang yang membuang sekarung sampah plastik ke sungai. Kemarin saya mendapat kiriman foto melalui aplikasi WhatsApp yang menggambarkan adanya tumpukan sampah plastik di saluran irigasi yang mengakibatkan luapan air di sekitar tempat tinggalnya. Pada kesempatan yang lain kita mendengar, bagaimana keberadaan tabung oksigen menjadi langka karena meningkatnya jumlah permintaan dan kebutuhan masyarakat maupun pemerintah.
Memperhatikan beberapa rangkaian kejadian ini, semestinya hal ini dapat menjadi bahan renungan serius kita bersama terkait dengan perilaku kita semua selama ini. Dalam ajaran agama Islam, seorang muslim dalam menjalani kehidupannya harus memperhatikan beberapa hal diantaranya adalah hablum minallah, hablum minannas, dan hablum minal ‘alam. Ketiga perkara ini akan bernilai ibadah, jika dalam pelaksanaannya diniatkan juga sebagai ibadah. Hal ini sesungguhnya yang merupakan intisari dan misi kehidupan manusia sebagai khalifah di muka bumi.
Pada kesempatan ini, kita tidak mengulas tentang hablum minallah dan hablum minannas, tetapi hanya ingin mengulas tentang Hablum Minal’alam. Hablum minal alam adalah hubungan manusia dengan alam. Selain ditugaskan untuk beribadah dan menjaga persaudaraan, manusia juga diberi tugas untuk memakmurkan bumi. Bagaimanakah seyogyanya kita berperilaku dan memperlakukan alam semesta ini. Bahkan dibeberapa firman Allah SWT juga telah secara tegas memberi panduan tentang bagaimana manusia berperilaku dengan alamnya serta mengancam manusia yang berbuat kerusakan di muka bumi.
Gambaran rangkaian kejadian yang saya uraikan di awal dapat menjadi acuan bagaimanakah semestinya kita berperilaku terhadap alam semesta. Ketika kita berbuat kerusakan terhadap unsur-unsur lingkungan, maka secara langsung maupun tidak langsung juga akan berdampak buruk terhadap kehidupan manusia. Berbagai bencana alam yang terjadi di beberapa wilayah Negara ini juga tidak lepas dari perilaku manusia yang telah merusak tatanan ekosistem alam itu sendiri.
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (Q.S. Ar Rum:41).
Pada bagian lain Allah SWT juga telah memperingatkan kepada manusia untuk tidak melakukan tindakan-tindakan yang merusak lingkungan dan alam.
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman“. (QS. Al-A’raf [7]: 85).
Memperhatikan beberapa firman Allah SWT tersebut, sudahlah cukup menjadi panduan bagi kita sebagai muslim untuk menjaga hubungan dengan alam Hablum Minal’Alam secara baik, bijaksana dan seimbang.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) sebagai organisasi keagaaman juga telah mendorong kesadaran masyarakat terkait dengan sampah melalui Fatwa MUI nomor 41 tahun 2014 tentang pengelolaan sampah untuk mencegah kerusakan lingkungan. Dalam fatwa tersebut, secara tegas telah menyatakan bahwa setiap muslim berkewajiban menjaga kebersihan dan membuang sampah sembarangan adalah hukumnya haram.
Lebih dari itu, setiap muslim juga dituntut untuk menjaga kelestarian lingkungan sesuai dengan kemampuan dan kapasitasnya serta profesinya masing-masing. Jika kita menjadi guru, maka berilah contoh dan pengajaran yang terkait perilaku ramah lingkungan. Jika kita jadi pengusaha, maka berusahalah dengan tetap memperhatikan prinsip-prinsip pelestarian lingkungan. Seandainya kita jadi pemimpin, maka buatlah kebijakan yang menjaga dan meningkatkan kualitas lingkungan. Selebihnya kita semua dapat berperilaku baik terhadap alam dengan melakukan hal-hal sederhana diantaranya adalah dengan tidak merusak/pohon sembarangan, menanam dan merawat pohon/bunga, tidak membuang sampah sembarangan, hemat air dan menggunakan air secukupnya. Allah itu Maha Bersih dan menyukai kebersihan, Allah itu Maha Indah dan menyukai keindahan. Dan sesungguhnya, Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi ini, salam lestari. wattu.
Editor: Renci