• Tentang
  • Kontak
  • Tim Redaksi
  • Beranda
  • Teras Mahan
  • Artikel
    • Opini
    • Essay
    • Reportase
    • Profil
  • Sastra
    • Puisi
    • Cerpen
    • Resensi
  • Resonansi
No Result
View All Result
Mahanpedia
No Result
View All Result
Home Essay

Memimpin Itu Melayani

mahanpedia by mahanpedia
2 tahun ago
in Essay
4 min read
0
0
SHARES
58
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Oleh: Hasbullah (Dosen UMPRI/Founder Tadarus Kehidupan)

Tema ini sudah banyak ditulis, bahkan dikaji dalam kelompok-kelompok kajian. Hal ini dilakukan bukan dalam rangka melemahkan para pemimpin, namun ini merupakan cara untuk mengingatkan serta memberikan masukan kepada para pemimpin. Agar menempatkan posisi diri, sehingga layak disebut pemimpin dan prilakunya layak diteladani.

Pemimpin itu artinya memimpin. Setidaknya di awali dari memimpin dirinya, keluarganya dan juga masyarakat. Memimpin itu adalah fitrah yang telah ditetapkan pada setiap manusia sejak ada dikandungan. Dengan bekal kesucian manusia, maka mereka akan mampu mempengaruhi kehidupan di dunia.

Pemimpin itu melayani, bukan untuk dilayani. Dia akan tenang di tengah gelombong besarnya masalah. Tetap menyejukkan ditengah panasnya keadaan. Tetap rendah dalam ketinggian, tetap santai dalam setiap suasana dan keadaan. Sehingga pemimpin seharusnya sadar bahwa dirinya akan mempertanggungjawabkan dengan segala yang hari ini di sematkan sebagai amanah.  

Memimpin itu adalah menggambarkan karakter, hal ini akan sangat mempengaruhi cara berinteraksi serta cepat beradaptasi. Seorang pemimpin, ia memiliki serta memberikan konsistensi dengan pemikiran, perkataan serta kebijakannya. Kolaborasi menjadi satu sisi penting dari seorang pemimpin. Tugas pemimpin bukan hanya memerintah, namun ia memberikan kesadaran tanggung jawab serta kenyaman.

Belajaralah Pada Umar Bin Khattab

Saudara sekalian, bantulah saya dalam menjalankan tugas amar makruf nahi munkar. Bekali saya dengan nasihat-nasihat saudara sehubungan dengan tugas yang dipercayakan Allah kepada saya demi kepentingan saudara-saudara sekalaian. Itulah salah satu penggalan pidato Umar Bin Khattab ketika diangkat menjadi khalifah menggantikan Abu Bakar Asshidiq.

Pidato yang terlihat sederhana, namun syarat dengan makna. Pidato yang menyadarkan dirinya jauh dari sempurna, namun akan tetap memberikan yang sempurna kepada siapapun dalam kepemimpinannya. Memimpin itu kata Umar, ada menegakkan kebaikan dan juga mencegah kemungkaran. Dan yang terpenting Umar menyampaikan, menjadi pemimpin itu adalah bentuk ibadah kepada Allah SWT.

Umar Bin Khattab, yang merupakan sahabat Nabi Muhammad SAW memberikan teladan bagaimana memposisikan  diri sebagai seorang pemimpin untuk melayani. Keluar dari rumah, menyambangi satu persatu rakyatnya untuk mencari tahu apa yang terjadi serta apa yang diinginkan dengan tidak membawa rombongan, serta tidak terjadwal.

Umar Bin Khatab, mencari sendiri ketidakmampuan rakyatnya. Dihantar sendiri dengan pundaknya sendiri, tanpa ada rekaman dan pencitraan. Bahkan Umar tidak gentar dengan caci maki rakyatnya. Tidak membawa pada perasaan atas kritik dan selaga reaksi rakyat. Apalagi dibawa kemeja hijau untuk dicari kesalahan lalu dipenjara.

Umar tegas, ia hadapi dengan sikap bijak menanggapi semua yang disampaikan rakyatnya dan segera mengambil sikap. Beginilah pemimpin yang melayani, mengetahui, mengalami dan menjadi solusi atas persoalan yang dirasakan oleh rakyatnya.

Dari sini, bagaimana Umar mengkabarkan seorang pemimpin yang melayani itu adalah mereka yang banyak mendengar. Pendengarannya sampai tidak memberikan lidah untuk berucap, namun memberikan kebijakan nurani serta menggerakan kekuasannya untuk memberika aksi nyata. Sebab baginya, pemimpin itu menjadikan rakyat keluar dari fitnah kepemimpinannya.

Realita Pemimpin Hari Ini

Menurut pendekatan traits, seseorang diangkat dan ditetapkan menjadi seorang pemimpin itu karena memiliki hal-hal atau sifat yang mendukung kepemimpinannya. Sifat tersebut adalah jujur (sidiq), dapat dipercaya (amanah), cerdas (fatonah) dan menyampaikan kebaikan (tabliq).

Sifat ini menjadi hal yang pokok dan baku dimiliki seorang pemimpin. Namun secara realita, pemimpin negeri ini bahkan diri kita sering menampilkan dan mempertontonkan hal-hal yang terbalik dari sifat tersebut. Pemimpin hari dengan mudah memperlihatan pengkhiantan atas amanah yang diberikan. Korupsi, kolusi dan nepotisme langsung dijalankan untuk menetapkan kekuasaan.

Perilaku yang memperlihatkan kebodohan. Misalnya dengan kehadirannya tidak sesuai dengan jadwal, rakyat dibiarkan menunggu berlama-lama. Hingga waktu yang ditentukan di biarkan begitu saja, sudah berapa banyak pemikiran terbuang sia-sia dan juga kedzoliman terhimpun dari pikiran serta perkataan karena ulah janji seorang pemimpin.

Belum lagi dengan pembagian sembako harus berdesakan, ada yang tersungkur, terinjak dan anehnya seorang pemimpin masih bisa tersenyum sambil membagikan kebutuhan rakyatnya. Disini mempeihatan kecerdasan komunikasi dalam memperlakukan rakyat jauh dari keilmuan. Begitukah disebut pemimpin yang melayani, inikah pemimpin yang dipilih oleh rakyatnya, ditetapkan dalam ageda demokrasi (pilkada, pileg dan pemilu)?

Pemimpim hari ini, bagaikan raja tanpa singgasana. Ada kerajaan, namun rajanya tak berkuasa sepenuhnya. Bagaikan lautan tanpa karang, deras suaranya, namun tak pernah menghacurkan apapun juga. Ditakuti dan hanya mendapat pujian begitu saja, tanpa banyak yang mengabadikan karena tidak ada tempat yang Indah untuk menjadi sudut bersejarah.

Hal yang menyedihkan hari ini, menyampaikan kebenaran atas kebijakan yang tidak baik bahkan salah akan dianggap memusuhi dan di salahkan. Namun dengan mereka yang diam, maka pemimpin akan memujinya. Dan bagi mereka yang menyampaikan pendapat salah untuk mendukung kebijakan salah, maka akan diberi penghargaan bahkan kedudukan Mari kita semua  belajar dari semua yang telah terjadi. Didik dan latih diri sejak dini sebagai pemimpin, berproseslah dan jauhkan diri dari pemimpin instan. Bagi yang memiliki ilmu, kemampuan dana dan kesempatan untuk memimpin, masuklah serta tampillah. Sebaiknya bekal telah dipersiapkan, sehingga memimpin itu dapat melayani bukan menghianati.

Editor: Renci

Previous Post

Berkenalan Dengan Model Propaganda Chomsky

Next Post

Bukan Hanya Sekedar Islam

Next Post

Bukan Hanya Sekedar Islam

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Popular Posts

Essay

Bonus Demokrasi dan Nawacita

by mahanpedia
Februari 27, 2023
0
10

Oleh : Fahrudin Hamzah Ketua Bidang Teknologi dan Informasi Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah Indonesia diperkirakan akan menghadapi era bonus...

Read more

Bonus Demokrasi dan Nawacita

Literasi Berada di Jurang Degradasi

Muhammadiyah; Dari Kiyai Haji menjadi Profesor?

Bukit Idaman: Ekowisata peduli sesama

Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

Nilai-nilai Dasar Dalam Etika Berdigital

Load More

Popular Posts

Hablum Minal’alam: Menjaga Lingkungan Bernilai Ibadah

by mahanpedia
September 2, 2021
0
2.1k

Akhlak Mulia Generasi Zaman Now

by mahanpedia
September 16, 2020
0
1.8k

5 Hal Misterius tentang Amado

by mahanpedia
September 6, 2021
0
1.7k

Mahanpedia

Mahanpedia adalah media belajar bersama untuk saling menginspirasi membangun kemajuan melalui gerakan literasi.

  • Kirim Tulisan
  • Tim Redaksi
  • Kontak

© 2020 Mahanpedia.id – Inspirasi untuk kemajuan.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Teras Mahan
  • Artikel
    • Opini
    • Essay
    • Reportase
    • Profil
  • Sastra
    • Puisi
    • Cerpen
    • Resensi
  • Resonansi

© 2020 Mahanpedia.id