Oleh: M. Yunus Sanjaya
Apa yang ada di dalam pemikiran teman-teman pembaca ketika kita menengar kata organisasi? Tentu akan beragam pikiran dan paradigma yang muncul dari masing-masing insan. Ada yang bilang organisasi itu suka bikin onar, seperti demonstrasi dan kritik-kritik pedas kepada pemerintahan. Banyak juga yang bilang buang-buang waktu, tetapi tidak sedikit juga yang mengatakan akan pentingnya berorganisasi. Pastinya mereka punya pandangan masing-masing sesuai dengan pengalaman selama hidupnya.
Sebelum membahas pada sesuatu hal yang jauh berkenaan dengan organisasi, kita perlu membahas apa itu organisasi yag memang sudah ada di sekitar kita. Entah organisasi itu dalam tingkat nasional atau hanya lokal saja. Banyak para ahli yang memiliki argumentasi akan pengertian organisasi, salah satunya dari Max Weber, dia memiliki argumen bahwa organisasi merupakan sebuah kerangka hubungan sosial yang sifatnya terstruktur, di mana di dalamnya tercantum apa yang menjadi wewenang, pembagian tugas/kerja dan tanggung jawab untuk menjalankan suatu fungsi tertentu.
Ada banyak orgnisasi yang mana mereka juga mempunyai tujuannya masing-masing dalam pembentukannya. Ada yang bergerak kearah keagamaan seperti Muhammadiyah dan Nahdhatul Ulama. Dan ada juga organisasi yang bergerak di ranah kaum pelajar dan kemahasiswaan seperti IPM, IPNU, IMM, HMI, PMII, dan masih banyak lagi organisasi yang ada di Indonesia yang sangat berpengaruh dalam kemajuan kaum intelektual di Indonesia.
Peran organisasi sangatlah penting untuk menata pola pikir dan pola dalam bersikap. Tentu akan ada perbedaan antara seseorang yang mengikuti organisasi dan yang memang enggan untuk andil dalam kesibukan berorganisasi. Dalam hal jejaring contohnya, seorang yang mengikuti organisasi atau yang biasa kita sebut sebagai aktivis berpotensi akan memiliki banyak relasi dan dimudahkan dalam hal jejaring. Seorang aktivis pasti memiliki jaringan, entah itu pertemanan atau jaringan kearah pemerintahan yang pasti itu sangat dibutuhkan dalam kehidupan. Akan tertapi, berbeda dengan mereka yang enggan terlibat dalam kesibukan berorganisasi, bukan tidak ada jaringan atau relasi, tapi biasanya lebih minim untuk jejaring.
Bermanfaat tidaknya organisasi juga tentu bergantung juga pada setiap individu yang ada di organisasi, tentang keaktifan dan semangat dari setiap individu. Ketika memang setiap individu dalam organisasi aktif dalam berbagaai hal untuk keberhasilan tujuan organisasi pasti membangun jejaring itu adalah sebuah hal yang sangat mudah. Selain itu, ada banyak juga seseorang yang belum menyadari betapa banyaknya ilmu yang didapatkan ketika kita aktif berorganisasi. Seperti literasi, komunikasi, penampilan dan lain sebagainya.
Akan tetapi, ada sesuatu hal yang penting dan paling banyak dilupakan adalah ghiroh dalam berliterasi, yang kemudian pada ahirnya hal itu secara tidak langsung membuat organisasi tersebut mengalami kemunduran dalam hal keilmuan intelektual. Hal yang diandalkan saat ini biasanya adalah rasa sok jagoan untuk meraih kedudukan atau tingkatan yang lebih tinggi, yang pada ahirnya lambat laun akan dipermalukan oleh kaum intelektual lainnya karena kurangnya ilmu dan minimnya minat literasi.
Apabila organisasi ingin berjalan sukses dan lancar, diperlukan sikap kerja keras yang elegan dari para anggotanya, yaitu ulet, disiplin, tidak bersikap egois, memiliki etos kerja tinggi, serta komunikasi yang baik dan perlunya rasa saling menghargai antar anggota. Hal-hal tersebut juga bisa menjadi pemacu dalam pergerakan. Dalam hal ini penulis hanya ingin menyampaikan, bahwa seorang aktivis bukanlah seseorang yang hebat dalam bergeliat di organisasi, yang lari sana lari sini. Tapi, juga keilmuan yang harus juga di kuatkan, karna seorang aktivis tidak boleh hanya mengandalkan tenaga saja, melainkan juga keilmuan yang kuat dan peka dengan kondisi sekitar. Karna sejatinya, organisasi bagi saya adalah kebermanfaatannya untuk masyarakat dan lingkungan sekitar. Ada sebuah perkataan dari seorang penggiat organisasi yang mengatakan “Kegiatan itu tak perlu hal-hal yang selalu bertajuk mewah, tapi kegiatan sederhana dan yang terpenting berkelanjutan, sehingga yang nanti hilang akan menanam dan akan muncul dihari nanti.”
Editor: Renci