Oleh: Agus Wirdono
Perjalanan panjang bangsa ini dalam merebut kemerdekaan tidak terlepas dari peran para pemuda. Sumpah Pemuda bukan hanya dimaknai sebagai peringatan dan upacara saja, lebih jauh terdapat nilai-nilai yang harus ditanamkan pada diri bangsa Indonesia. Bergabungnya para pemuda bangsa merupakan sebuah instrumen penting dalam kemerdekaan Republik Indonesia. Itulah sebabnya founding father atau pendiri bangsa ini selalu menekankan kepada setiap diri pemuda untuk terus berperan aktif dalam pembangunan.
Saat ini, Indonesia dihadapkan pada situasi sulit. Hal ini juga menjadi tantangan bagi pemuda, namun adanya rasa memiliki, rasa empati, dan rasa peduli terhadap bangsa yang memang sudah menjadi warisan dari para pendiri bangsa Indonesia merupakan sebuah kekuatan. Tetapi sejak dulu juga sudah menjadi nasehat para pendahulu agar pemuda tidak terjerumus pada perpecahan bangsa. Adanya berbagai macam kelompok organisasi masyarakat yang mengatasnamakan kedaerahan, mengatasnamakan agama, meski tentu mempunyai visi dan misi yang sama, untuk mempertahankan kedaulatan NKRI.
Miris apabila melihat berbagai macam konflik yang ada pada organisasi kepemudaan, miris melihat para anak bangsa ini saling berebut wilayah hanya karena ketersinggungan, hanya karena beda pendapat, harus diingat bahwa bangsa Indonesia ini ada berbagai macam suku bangsa, yang secara naluriah mempunyai pemikiran yang berbeda, namun disatukan dalam pemikiran yang termaktub dalam Pancasila.
Di era yang semakin hingar bingar, semakin modern, bersamaan dengan era globalisasi, ditambah lagi dengan tuntutan kebebasan berekspresi, persamaan gender dalam dunia, serta dalam kehidupan berbangsa dan bernegara merupakan sebuah keharusan untuk melibatkna agama dalam diri setiap pemuda. Maka tidak heran akan muncul sebuah politik identitas agama, menjadi tranding dalam pembaharuan dalam gerakan pemuda melalui partai politik di Indonesia. Hal ini merupakan perwujudan dari pemuda dalam lingkup agama sangat dibutuhkan untuk mengurus bangsa, sebab agama sebagai politik identitas sebuah golongan bagi pemuda.
Gerakan politik merupakan tantangan besar bagi pemuda Indonesia. Geliat peran pemuda seperti oposisi, alienasi dan integrasi dalam menyampaikan pendapat di muka umum sudah sering terjadi. Ketiga tipe gerakan ini, telah mengalami perubahan kultural yang progresif dan saling dipertukarkan. Pada era penjajahan kolonial Belanda, Islam mengambil peran sebagai oposisi murni, dalam melawan kolonialisme yang terjadi saat itu, yakni mendirikan dan membuat sebuah organisasi, seperti HOS Cokro Aminoto dengan Serikat Islam-nya di tahun 1911, KH. Ahmad Dahlan di tahun 1912 dengan Muhammadiyah-nya, serta KH. Hasyim Asy’ari di tahun 1926 dengan Nahdatul Ulama-nya. Mereka yang menjadi para pelopor pemuda-pemudi pada masa itu.
Perkembangan zaman semakin berubah, era digital semakin merajalela, hanya pemuda yang mempunyai jiwa yang besar yang akan mampu memanajemen kecanggihan teknologi, dengan sikap dan tingkah laku yang santun, menggunakan fasilitas tekhnologi dengan bijak, sebab adanya seseorang mempunyai tinggi jenjang pendidikan, seberapa hebat jabatan, maka akan dapat diukur dengan cara dia bersikap.
Jangan sampai saat ini, para pemuda masih menggunakan cara-cara jahiliyah dalam setiap menjalankan fungsinya sebagai warga masyarakat, di berbagai sektor, seperti ekonomi, politik, sosial budaya. Pemuda harus menerapkan pemikiran-pemikiran yang mampu membawa perubahan lebih baik.
Sehingga pada pelaksanaannya, para pemuda mampu bersaing dengan dunia luar, dengan tetap mengedepankan nilai luhur pendiri bangsa ini yang berlandaskan agama sebagai aspek dasar moralitas dalam setia pergerakan para pemuda Indonesia yang akan meneruskan cita-cita pendiri bangsa.
Editor : Dwi Novi Antari