Oleh Utara Setia Nugraha
Organisasi secara umum merupakan suatu wadah berkumpulnya orang-orang (manusia) yang memiliki minat, bakat, tujuan atau cita-cita yang sama (pedoman organisasi). Secara definisi, memang benar, akan tetapi kita memiliki perjalanan sejarah bangsa yang tidak lepas dari kedigdayaan organisasi-organisasi, mungkin telinga sebagian mahasiwa tidak asing dengan nama Budi Utomo, Indische Partij bahkan PKI, dimana organisasi-organisasi besar itu telah merubah arus pergerakan Indonesia.
Dimasa sekarang, definisi yang digunakan berbeda, organisasi hanya disederhanakan sebagai sebuah tempat untuk mencurahkan minat dan bakat yang dimiliki. Jika ditanya, apakah mahasiswa harus berorganisasi? Mungkin saya akan menjawab tidak perlu. Akan tetapi, mungkin banyak yang bertanya kenapa?
Glorifikasi Yang Salah
Di masa Orde Baru (ORBA), dimana zaman selalu berubah, tapi mahasiswa masih terjebak pada situasi orde baru dimana hal yang mereka anggap musuh adalah pemerintahan yang otoriter dan mereka berjuang demi ketidakadilan yang bisa dibuktikan dengan mudah lewat fakta-fakta. Dimana saat itu, teriakan mahasiswa sangat diperlukan demi menentang ketidakadilan, akan tetapi apakah hal itu relevan di zaman sekarang? Tentu saja tidak.
Dimana masa sekarang kebutuhan semakin kompleks, masayarakat tidak berhadapan langsung dengan pemerintah, informasi semakin membingungkan dan sebagian masyarakat terpecah, apa yang harus dilakukan oleh semua organisasi mahasiwa? Harusnya organisasi mahasiswa berubah baik secara sistem, pandangan dan administrasi. Dan terus melihat perkembangan dunia karena tidak baik jika terus hidup dimasa lalu karena masa lalu bukan tempat untuk hidup, akan tetapi jadikan masalalu sebagai pembelajaran untuk menatap masa depan.
Sistem Yang Salah
Mungkin konsep ini baru bisa di mengerti setelah mahasiswa menyelami organisasi secara komprehensif, dimana pasti melihat banyak kader yang bahkan tidak mencerminkan organisasi yang dia ikuti. Hal-hal semacam itu bukan hal yang harus dianggap biasa, akan tetapi sangat luar biasa dalam artian itu menandakan kegagalan dalam perkaderan organisasi tersebut. Maka dari itu, semua organisasi harus bersifat adaptif dan harus ada tujuan yang jelas.
Seperti yang banyak diketahui, bahwa salah satu yang ditanyakan mahasiswa baru kepada mahasiswa yang lebih senior adalah “apakah kita harus berorganisasi kak?” Mungkin saya akan balik bertanya “tujuan kamu ikut organisasi untuk apa?”
Mungkin sebagian menjawab ingin menyalurkan bakat, ingin mencari relasi dan mungkin masih banyak lagi. Sebenernya jawaban tersebut bisa dibilang tidak salah karena itu hak masing-masing orang, tapi sebenarnya jika kita lihat zaman dahulu setiap organisasi pasti mempunyai tujuan perjuangan kepada orang lain, seperti kita lihat perjuangan Muhammadiyah waktu awal dibentuk itu murni ditujukan untuk masyarakat bukan sebagai penyalur bakat KH. Ahmad Dahlan dan kita bisa lihat perkambangannya sampai saat ini.
Perkembangan seluruh organisasi zaman dahulu baik dimasa pegerakan, di era Orde Lama sampai Orde Baru semuanya di manifestasikan untuk kepentingan masyarakat banyak, hal itu berbanding terbalik dengan era sekarang yang bahkan untuk areanya disekat-sekat oleh cabang, komisariat, rayon bahkan universitas.
Idealisme Organisasi
Idealisme adalah kemewahan terakhir yang hanya dimiliki oleh pemuda, kata-kata Tan Malaka tersebut sering kali kita dengar dalam mulut semua aktivis kampus, kata tersebut mengandung arti sangat besar, selain memberi semangat, kata itu juga memberikan harapan dan tanggung jawab kepada setiap pemuda bahwa mereka adalah sebuah oasis di tengah padang pasir yang tandus.
Akan tetapi akhir-akhir ini, kata tersebut hanyalah sebuah retorika saja. Idealisme sejatinya merupakan hal yang sangat abstrak, namun bisa dimanifestasikan dalam kehidupan dan dalam pergaulan. Intinya yang penting dalam idealisme adalah konsistensi dalam menjunjungnya, karena idealisme adalah penuntun yang setiap orang harus konsekuen dalam melaksanakanya.
Maka dari itu, semua organisasi harus berubah, supaya tidak monoton dalam pergerakan. Kata-kata bijak yang setiap kali dikutip jangan jadikan itu sebagai retorika saja tetapi jadikan itu sebagai panduan dan semangat. Karena sesungguhnya, gerakan setiap organisasi itu datang dari dalam sebuah kejujuran. Jangan sampai istilah teriakan Ormawa dipandang sebagai teriakan anak kemarin sore yang mencari jalan lintas untuk mendapatkan pekerjaan orang dewasa. Maka dari itu, setiap Ormawa harus adaptif dan harus lebih bisa memastikan tujuannya.
Editor: Renci