Oleh : Ustadz Samson Fajar
Setiap organisasi tentu memiliki logika dalam membangun pemikirannya. Sebab logika adalah dasar dari sebuah gerakan, ketika gerakan tidak memiliki dasar logika sungguh gerakan itu tidak memiliki kekuatan argumentasi, dan akan kandas di jalan. Pun jika memiliki logika, tetapi logika yang digunakan salah maka akan menyimpang atau tidak akan kuat dasar pijakannya.
Muhammadiyah dalam membangun organisasinya berangkat dari beberapa logika Qurani yang sangat luar biasa, sehingga Muhammadiyah menjadi organisasi modern yang sampai berumur satu abad lebih. Jika diibaratkan maka logika adalah pondasi, sehingga logika Muhammadiyah sangat kuat, maka bangunan di atasnya memiliki tingkat ketahanan dan kekuatan yang lebih lama.
Betapa banyak organisasi dakwah yang berguguran di tengah jalan, ini menandakan kekuatan pondasi yang kurang atau mengambil bahan baku pondasi yang kurang tepat. Ada beberapa logika yang akan dijelaskan dalam tulisan ini sehingga kita akan memahami bagaimana Muhammadiyah membangun peradabanya.
Salah satu logika milik Muhammadiyah adalah Logika pemanfaatan waktu (time utilization logic). Logika ini sederhana, tetapi ini adalah awal dari sebuah peradaban modern. Sebab manusia hakikatnya di dunia hanya memanfaatkan waktu, siapa yang mampu memanfaatkan waktu dialah yang akan sukses. Siapa yang membiarkan waktu dalam hidupnya pasti akan mengalami kegagalan. Dasar logika ini dibangun dari surat Al-Ashr. Dari surat dalam alquran tersebutlah KH. Ahmad Dahlan mengawali hadirnya Muhammadiyah. Surat ini disebut oleh Imam Syafi’i, sebagai surat yang mencakup segala sesuatu (syamilah). Imam Syafii memiliki nasihat menyejukan soal surat ini, yakni jika umat Islam introspeksi diri melalui ayat ini, mereka akan terpukau dibuatnya. Jika surat ini satu-satunya yang dikirimkan untuk umat manusia maka akan cukup bagi mereka, dan banyak muslim yang lalai dari surat ini.Dengan surat ini maka dibangunlah sebuah bangunan gerakan untuk membebaskan manusia dari segala belenggu kerugian. Kerugian manusia mayoritas karena ketidakmampuan untuk memanfaatkan waktu mereka dalam hidup.
Alasan lain memilih Al-Ashr sebagai dasar logika gerakan, karena Al-Ashr bermakna waktu. Mengapa bukan mengambil surat lain yang bermakna waktu yang lain, misal Ad-Dduha, Al-Fajr? Karena Al-Ashr secara bahasa bermakna perasan jus. Artinya waktu adalah ibarat jus buah, siapa yang mampu mengambil intisarinya maka akan mampu mengambil keberuntungan dunia. Al-Ashr juga bermakna modern, seperti lafadz ashriyah karena modern bercirikan efisiensi, dan efektivitas. Sehingga masyarakat modern adalah mereka yang mampu memanfaatkan waktu, dengan ciri cepat atau efisien dan efektif atau punya pengaruh dalam perubahan. Inilah Muhammadiyah yang berwawasan modern, selalu melakukan perubahan dan selalu mampu membuat gagasan yang efisien dan berkemajuan.
Muhammadiyah adalah organisasi yang penuh kemodernan, karena mereka menjadikan waktu sebagai dasar dalam beramal, tidak rela waktu terbuang begitu saja. Seperti pepatah Arab, waktu adalah pedang. Dalam peradaban barat waktu adalah uang. Demikianlah logika waktu menjadi dasar dalam membangun prinsip dan karakter gerakan.
Dengan dasar waktu ini manusia akan terhindar dari kerugian, karena ukuran kerugian manusia adalah waktu. Ketika waktu berlalu dan dirinya belum memberikan hasil serta dengan prinsip hari ini harus lebih baik dari kemarin, itulah ukuran keberuntungan. Jika hari ini sama dengan kemarin adalah kerugian. Lalu jika hari ini lebih buruk dari kemaren adalah kecelakaan. Logika ini yang membuat warga Muhammadiyah tidak berhenti berkarya dan berbuat dalam hidup, karena tidak ingin waktu berlalu, sedangkan mereka tidak membangun prasasti kebaikan pada saat itu.
Editor: Dwi Novi Antari