Oleh : Salman Akif Faylasuf
Islam dan Nusantara
Islam Nusantara merupakan Islam yang lahir dalam balutan tradisi dan budaya Indonesia. Seperti kita ketahui bahwa Indonesia terkenal dengan kultur budayanya yang ramah dan santun. Indonesia juga dikenal sebagai negara multikultural, mulai dari suku, bahasa, adat, budaya, dan agama. Namun hal itu tidak menghalangi bangsa Indonesia untuk bersatu dan damai. Malah perbedaan tersebut menjadikan rahmat dan karunia dari Tuhan, karena dengan adanya perbedaan tersebut menjadikan masyarakat Indonesia menjadi toleran, yaitu saling menghargai dan menghormati satu sama lain.
Penyebaran Islam di Nusantara tidak lepas dari peran Walisongo sebagai penyebar Islam di Nusantara. Walisongomerupakan tokoh penyebaran dan pengembangan agama Islam di Indonesia, khususnya di Jawa. Kata wali secara istilah mempunyai arti julukan untuk orang-orang Islam yang diberi tugas untuk menyebarkan Islam, yang dianggap sebagai kekasih Allah, yang dikaruniai kekuatan gaib atau karamah, serta mempunyai ilmu yang tinggi dan sakti mantraguna. Sementara kata songo masih menjadi perdebatan dalam penafsirannya. Ada yang beranggapan bahwa arti kata songo berasal dari bahasa Arab yakni tsana yang maknanya sama dengan mahmud, yaitu terpuji atau mulia. Ada juga yang mengatakan bahwa arti dari kata songo berasal dari bahasa Jawa yang berarti sembilan, Jadi menurut pendapat ini Walisongo diartikan sembilan wali penyebar Islam di Indonesia..
Fakta sejarah menyatakan bahwa penyebaran Islam di Indonesia dilakukan dengan cara damai, toleransi, tanpa paksaan, tanpa adanya pertumpahan darah, dan tanpa merusak tradisi atau budaya lokal. Metode dakwah yang dipakai oleh Walisongo adalah al-hikmah, yang secara populer, atraktif, dan sensasional dipraktekkan dalam balutan tradisi dan budaya Indonesia. Cara pelaksanaan dakwah ini dipergunakan untuk merespon masalah masyarakat awam yang taklid terhadap ajaran nenek moyang nya. Sekaten merupakan bentuk nyata Sunan Kalijaga mengedepankan nilai toleransi terhadap budaya masyarakat dalam penyebaran Islam di Jawa, yang mana hal ini menjadi oppertune tersendiri dalam metode penyebaran agama Islam agar diterima dengan sukarela, tanpa menghapus kebudayaan yang ada, namun mengubah nilai yang terkandung di dalamnya agar sejalan dengan syariat Islam.
Sikap seperti itulah yang ingin ditanamkan kembali oleh sebagian umat Islam Indonesia untuk menjawab tantangan dan kondisi negara Indonesia yang mengalami perkembangan, baik dari segi ekonomi, sosial, budaya, dan agama. Hal inilah yang melahirkan istilah Islam Nusantara, sebagai respon terhadap gejala sosial dan budaya yang berkembang di masyarakat, sehingga ada anggapan bahwa Islam harus mampu dan bisa menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Islam Nusantara juga bisa dijadikan sebagai perbandingan terhadap Islam Arab.
Tidak dapat dipungkiri bahwa Islam Nusantara merupakan Islam yang ideal, jika dibandingkan dengan Islam Arab. Islam Nusantara mampu membawa umat Islam dalam persatuan dan kesatuan, dalam keamanan dan perdamaian, serta mampu membangun keharmonian sosial, budaya dan agama. Islam Nusantara bukan tidak mungkin akan menjadi kiblat umat Islam dunia, dalam artian sebagai contoh teladan dalam keberislaman yang mengedepankan sikap persaudaraan, dan toleransi. Jika Islam Nusantara dikembangkan dan dijaga dengan baik, bukan tidak mungkin Islam Nusantara akan melahirkan sebuah peradaban dan kemanusian baik di Indonesia maupun dunia.
Editor: Dwi Novi Antari