Oleh Agus Wibowo
Sudah menjadi sebuah keharusan kita sebagai generasi penerus bangsa berbangga diri atas tradisi yang diwariskan nenek moyang. Di sisi lain juga memiliki peran dan tugas untuk tetap mencari nilai-nilai baru untuk memperkaya wawasan dan melestarikan budaya dan tradisi yang ada. Tradisi sendiri berasal dari bahasa latin tradio yang berarti diteruskan, dalam arti lebih luas tradisi mengandung unsur kebiasaan-kebiasaan masyarakat terdahulu yang diwariskan kepada generasi selanjutnya untuk dijadikan rujukan dalam kehidupan sehari-hari juga sebagai suatu identitas masyarakat itu sendiri.
Bagi masyarakat kekinian tradisi menjadi bagian dari warisan yang sangat berharga sehingga harus dilestarikan secara terus menerus tanpa menjadi penghambat kreativitas yang bersifat terbarukan. Sebab tradisi sendiri bukanlah sesuatu yang statis yang tidak menerima pembaharuan dari pelaku yang melestarikan tradisi. Tradisi memiliki sifat yang sama seperti halnya pengetahuan yang selalu bisa dikembangkan agar terus mengalami perubahan-perubahan kearah yang lebih baik serta mudah diterima oleh generasi pewaris selanjutnya. Kajian dari beberapa perspektif tentang tradisi, menjadi sangat menarik untuk terus dicari korelasinya, sebut saja seperti korelasi agama dan tradisi. Benarkah agama yang mengakomodasi tradisi lokal akan menghilangkan otentisitasnya? Dan bagaimana seharusnya agama memperlakukan tradisi lokal yang sudah ada sejak dulu melekat pada masyarakat?
Hubungan Agama dan Tradisi
Pembahasan yang mengulik antara agama dan tradisi harus berdasarkan pada pemahaman yang kuat karena keduanya adalah dua hal yang berbeda, namun sejatinya memiliki hubungan yang saling membutuhkan antara satu sama lain. Agama dipahami sebagai suatu ajaran kebenaran tentang kehidupan yang berhubungan dengan keyakinan terhadap tuhan, yang sudah dijamin kemurniannya serta kekekalannya. Sedangkan tradisi sendiri merupakan ciptaan manusia yang didalamnya mengandung unsur kebiasaan serta pengalaman yang digunakan sebagai pedoman tingkah laku kehidupan di masyarakat. Hubungan antara agama dan tradisi terjadi manakala ketika aturan agama mampu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Penerapan aturan-aturan tersebut telah menjadikan agama sebagai pedoman yang secara turun temurun diamalkan, sehingga secara tidak langsung sudah menjadi tradisi dalam kehidupan masyarakat serta telah berubah menjadi ranah praksis dalam kehidupan.
Tradisi dalam Konteks Ke-Indonesia-an
Aspek kerja kolektif yang dilakukan masyarakat dalam melestarikan budaya dan tradisi dapat membantu negara untuk mencapai kearifan lokal serta menumbuhkan kecintaan terhadap identitas masyarakat sendiri. Indonesia yang dari awal berdirinya menerapkan asas kesatuan dan persatuan menjadikan negara ini kaya akan budaya dan tradisi, hal ini tidak telepas dari warisan yang telah diturunkan dari para pendiri negara ini. Keragaman yang diakomodir oleh prinsip Bhineka Tunggal Ika menjadikan Indonesia mampu mengadaptasi sosiokultural yang ada di negara ini. Kemajemukan tersebut merupakan pilihan terbaik untuk membangun Indonesia serta melihat realitas sosial sehingga masyarakat dapat bersikap dan bertindak semata-mata untuk kehidupan bersama, rukun damai menjaga Indonesia tetap satu.
Agama dan Tradisi dalam Konteks Ke-Indonesia-an.
Melihat hubungan agama dan tradisi akan menambah kekayaan kehidupan berbangsa dan bernegara, hal ini yang menjadikan persatuan dan kesatuan semakin kokoh. Tradisi dan agama merupakan dua hal yang saling membutuhkan karena keduanya menjadi pedoman dalam praktik kehidupan sehari-hari. Pada titik ini harus lebih jeli untuk menentukan kebijaksanaan hidup menyangkut hubungan manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan tuhannya. Bentuk dari manifestasi kehidupan beragama dalam bentuk tradisi dapat dilihat dalam konteks ke-Indonesia-an. Agama Islam yang bersumber wahyu bersifat normatif, sedangkan tradisi adalah ciptaan manusia oleh sebab itu selalu dinamis menyesuaikan perkembangan zaman. Hubungan yang terjalin antara agama dan tradisi tersebut melahirkan alternatif-alternatif kemudahan baru dalam pengamalannya, sebut saja seperti cara dakwah umat Islam di Indonesia yang menggunakan wayang kulit sebagai media dakwah dengan pesan-pesan keagamaan. Contoh lain juga bisa dilihat dari penampilan beberapa tokoh-tokoh pendakwah dan masyarakat muslim di Indonesia biasa menggunakan sarung dan kopiah yang digunakan dalam beribadah dan berdakwah. Dua contoh sederhana di atas memberikan cerminan bahwa segala sesuatu yang baik, yang lahir dari hubungan agama dan tradisi serta tidak melanggar norma-norma yang ada akan menjadi ciri khas sendiri dalam melihat umat Islam yang ada di Indonesia.
Dari beberapa uraian di atas muncul satu pemahaman, bahwa salah satu jalan untuk menjaga kelestarian tradisi-tradisi ke-Indonesia-an adalah dengan tidak meninggalkan, serta tetap menyesuaikan diri dengan kebutuhan dan tawaran-tawaran pembaharuan di masa yang akan dating. Karena dengan begitu kearifan tradisi bisa terus lestari di bumi Indonesia.
Editor: Dwi Novi Antari