Oleh Anggun Nugroho Saputro
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) adalah sebuah organisasi pergerakan mahasiswa yang terbilang menang dalam jumlah kuantitas, apalagi di Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM). Sebagai organisasi otonom di bawah bendera Muhammadiyah, IMM cukup lancar dalam segi pemasukan dana dibanding organisasi pergerakan semacamnya. Sumber dana untuk kegiatan di IMM biasanya berasal dari sponsor berbagai AUM, LAZISMU, dan dana dari senior-senior IMM maupun ayahanda di Muhammadiyah. Dana dari berbagai pihak di lingkup Muhammadiyah tersebut sering dianggap cukup untuk menjalankan kegiatan-kegiatan di IMM.
Kesadaran untuk Mandiri
Tidak ada yang salah dengan sokongan-sokongan dana yang berasal dari berbagai pihak di lingkup Muhammadiyah sendiri. Hal itu pun serupa dengan apa yang dialami Muhammadiyah pada saat awal-awal didirikan. Muhammadiyah yang kala itu merupakan organisasi yang berada di luar pemerintahan, mendapatkan kucuran dana dari kalangan saudagar-saudagar di lingkup Muhammadiyah. Surplus ekonomi para saudagar kala itu ditambah semangat Al-Maun yang dibangun Muhammadiyah cukup dapat menjalankan roda organisasi termasuk mendirikan berbagai AUM seperti sekolah dan PKO. Namun, seiring berkembangannya Muhammadiyah tidaklah selaras didukung meningkatnya jumlah saudagar-saudagar di Muhammadiyah. Namun walaupun terlepas dari dukungan para dermawan, Muhammadiyah tetap kuat aspek ekonominya karena pemberdayaan AUM yang baik mampu memberikan subsidi materiil bagi jalannya roda organisasi.
Hal ini lah yang seharusnya dapat menjadikan pelajaran bagi IMM. Walaupun dari segi pendanaan masih dapat tercukupi oleh pihak di lingkup Muhammadiyah, namun hal ini akan menjadikan sesuatu kelemahan dari sisi kemandirian ekonomi IMM. Selain itu, budaya ‘meminta dana’ kadang cukup membuat jenuh para senior dan ayahanda yang beberapa berfikir kalau IMM hanya bersilaturahmi pada saat ada butuhnya saja, yaitu meminta dana.
Islam mencontohkan melalui suri tauladan Rasulullah mengenai pembangunan kekuatan ekonomi. Pada saat usia muda seperti usia kebanyakan kader IMM, Rasulullah sudah dikenal sebagai pebisnis yang handal dan sukses. Hingga di usia 25 tahun mampu memberikan mahar 20 ekor unta senilai kurang lebih 1 milyar kepada Sayyidah Khadijah. Dalam sejarah juga memberikan hikmah bahwa penyebaran agama islam oleh Rasulullah harus terorganisir dan membutuhkan banyak pemasukan dana, hingga kekayaan Rasulullah bersama Istrinya Khadijah hampir tidak meninggalkan apa-apa.
Pentingnya Kekuatan Ekonomi bagi Sebuah Organisasi
Seandainya dalam menjalankan organisasi dakwah IMM masih terkungkung pada kedermawanan para senior dan ayahanda, mungkin suatu saat IMM hanya organisasi manja yang tidak mampu berkembang. Bagaimana tidak? realitas di lapangan, kegiatan-kegiatan IMM sering tersendat karena masalah pendanaan. Ditambah tidak adanya surplus setelah diadakannya kegiatan bahkan harus nombok hingga ada yang meninggalkan hutang. Sehingga dibutuhkan kemandirian ekonomi yang dibangun oleh jiwa kewirausahaan yang kuat dan terstruktur. Walaupun di IMM sendiri telah memiliki BUMI (Badan Usaha Milik Ikatan) namun nyatanya ketergantungan budaya ‘meminta dana’ cukup mempertebal kampas rem dalam semangat berwirausaha. Hal itu dibuktikan dengan terbengkalainya beberapa usaha-usaha di BUMI, bahkan ada yang mati suri.
Kompetensi berwirausaha seharusnya dapat digiatkan kembali dan menjadi salah satu penambah kapasitas atau soft skill bagi kader. Kapasitas ini cukup penting dan sering menjadi kompetensi pokok dalam menjalankan kehidupan baik secara personal maupun lingkup kenegaraan. Perekonomian yang baik yang dimiliki suatu negara akan menjadikan negara tersebut kuat dan tergolong maju. Seperti halnya sebuah organisasi yang dapat berjalan lancar jika didukung dengan pendanaan yang kuat`
Memaksimalkan Era Digital untuk Berwirausaha
Kompetisi bisnis di era digital sekarang cukup dibilang memudahkan dan menjadi peluang besar dalam mengembangkan usaha bisnis ikatan. Adanya e-commerce dalam bentuk platform-platform belanja online cukup menjangkau berbagai kalangan dan lapisan masyarakat di berbagai daerah. Meningkatkannya fasilitas teknologi yang bagu ini dapat menjadi sebuah peluang untuk mengambangkan sebuah bisnis ikatan. Namun fasilitas teknologi tersebut juga harus didukung dengan kemampuan SDM.
Hal yang dibutuhkan sekarang adalah bagaimana membentuk kader-kader entrepreneur yang cakap dalam mengembangkan bisnis ikatan utamanya pada bisnis digital. Pengembangan sumber daya kader dalam berwirausaha harus diisi dengan pelatihan-pelatihan bisnis yang terstruktur dan aplikatif. Kemampuan dalam cakap teknologi juga harus diperhatikan sehingga mampu mengoptimalkan dengan baik teknologi berbisnis.
Kemandirian Ekonomi berbasis Digital
Sudah saatnya kita dapat mengoptimalkan segala fasilitas dan kondisi zaman. Pada Era Pandemi Covid-19 juga telah memaksa banyak pelaku bisnis beralih dari sistem penjualan konvensional ke penjualan secara digital. Kemudahan akses akan membangkitkan semangat kemandirian ekonomi berbasis digital. Tak khayal hal ini mampu membangun koneksi lebih luas. Jaringan yang luas yang dimiliki oleh IMM apalagi di lingkup Muhammadiyah akan menjadi sebuah kekuatan sendiri. Lingkup IMM dan Muhammadiyah yang luas di berbagai daerah maupun mancanegara dapat terkoneksi baik melalui kemudahan bisnis era digital ini. Dukungan dari para kader dan berbagai pihak di lingkup Muhammadiyah cukup membangun lingkungan bisnis yang baik dengan kerjasama yang baik pula.
Editor: Renci