• Tentang
  • Kontak
  • Tim Redaksi
  • Beranda
  • Teras Mahan
  • Artikel
    • Opini
    • Essay
    • Reportase
    • Profil
  • Sastra
    • Puisi
    • Cerpen
    • Resensi
  • Resonansi
No Result
View All Result
Mahanpedia
No Result
View All Result
Home Opini

Pemimpin yang Berhati

mahanpedia by mahanpedia
1 tahun ago
in Opini
3 min read
0
0
SHARES
54
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Oleh : Bobi Hidayat

Peralihan kepemimpinan merupakan sebuah keniscayaan. Begitupun di lini kepemimpinan negeri ini. Beberapa tahun yang lalu dan tentu masih jelas diingatan kita, kita telah menyaksikan hiruk-pikuk dan suka cita mewarnai pelantikan Anggota DPR dan MPR RI sebagai wakil rakyat yang telah melalui proses panjang dan menuntut pengorbanan yang berlangsung dengan aman dan damai. Setelah itu, dilanjutkan dengan pelantikan Kepala Negara Republik Indonesia juga dilakukan dengan aman dan damai. Kemudian, pelantikan para menteri. Hal ini merupakan awal dari munculnya para pemimpin baru negeri ini, di mana rakyat berharap besar terhadapnya akan perubahan yang mengarah pada keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia yang sejauh ini masih belum terwujud sepenuhnya.

Berkaca dari sejarah para pemimpin, tidak sedikit pemimpin yang disegani dan dicintai rakyatnya. Namun ada juga pemimpin yang tergelincir akibat kepemimpinanya, sehingga membuat menderita rakyat. Sosok pemimpin yang patut menjadi contoh selain Rasulullah adalah Umar bin Khattab yang juga seorang sahabat Nabi. Hidup Umar yang sederhana sebelum diangkat menjadi khalifah menjadikan beliau sebagai pemimpin yang sangat memperhatikan rasa keadailan. Satu persatu rakyat diperhatikan hingga suatu masa paceklik panjang di negeri yang dipimpinya. Saat itu waktu yang sangat sulit untuk dijalani, beliau ingin tahu bagaimana kondisi rakyat. Beliau berjalan pada malam hari untuk melihat kondisi, dijumpailah seorang ibu yang sepertinya sedang merebus sesuatu dengan seorang anaknya yang sesekali terdengar menangis. Melihat kondisi seperti itu, beliau mendatangi tempat itu ternyata yang terjadi adalah ibu itu sedang merebus batu dibejananya hingga berbunyi seperti sedang memasak makanan untuk menghibur anaknya karena tidak punya sesuatu apapun untuk dimakan. Anaknya merengek kelaparan hingga sesekali terdengar suara tangisanya akibat merasa lapar. Saat ditanya oleh Umar bin Khattab, perempuan itu menjawab dengan ia merasa bingung harus berbuat apa, berharap mendapatkan rizki untuk mengatasi rasa lapar kami, namun harapan itu tidak terwujud. Sambil bergumam tentang sosok Umar seorang khalifah yang tidak pantas menjadi khalifah karena ada rakyatnya yang masih menderita akibat kelaparan. Hal itu disebabkan sang ibu tidak tahu bahwa yang mengajak bicara dirinya adalah Umar bin Khattab, sang khalifah.

Melihat kondisi seperti itu, sambil bergegas pulang, Umar merasa berdosa melihat kondisi ibu itu beserta anaknya. Dengan tanganya sendiri diambilah sekarung gandum yang berasal dari baitul mal dan dibawakanya sendiri ke rumah ibu itu, guna mencukupi hidupnya. Sambil menyerahkan gandum dengan tanganya sendiri, Umar berucap pada sang ibu agar esok hari ia dapat menemui dirinya di suatu tempat yang telah ditentukan dan akan dipenuhi semua kebutuhannya. Mendengar apa yang diucapkan Umar, ibu itu pun lega meskipun dia tidak tahu jika yang mengajak bicara dirinya adalah Umar bin Khattab, sang khalifah.

Pemimpin sejatinya bukan suatu hal yang diharapkan. Mengapa demikian? Karena tugas pemimpin sangatlah berat. Pertanggungjawabanya tidak hanya sekedar di dunia namun sampai di ahirat kelak. Terlepas daripada itu, manusia tidak dapat mengelak untuk menjadi seorang pemimpin meski ruang lingkupnya sempit, yaitu memimpin keluarga atau pemimpin diri sendiri. Pemimpin merupakan seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan khusus dalam dirinya. Pemimpin dapat menggerakkan anggotanya agar dapat menjalankan tugas yang diembanya dengan baik. Tidak terlepas dari para pemimpin Negeri ini dimana setelah beberapa tahun yang lalu dilantik menjadi pemimpin, harus mampu mengemban amanah rakyat karena dipandang memiliki kecakapan dalam memimpin. Harus selalu mengingat bahwa amanah yang diberikan akan dimintai pertanggungjawabanya.

Telah sama-sama kita rasakan bahwa hampir di segala bidang di negeri ini perlu adanya pembenahan. Bidang ekonomi, sosial, pendidikan, politik dan bidang-bidang lain yang perlu perhatian khusus untuk dibenahi. Bahkan sampai saat ini para pemimpin sedang dihadapkan dengan ujian untuk menyelasaikan masalah pandemi covid-19. Hal ini perlu adanya peran para pemimpin negeri sebagai motor penggerak dan penentu kebijakan untuk menyelesaikan kompleknya permasalahan negeri ini.

Di situasi negara yang seperti ini, ditambah dengan adanya wabah covid 19 yang menyebabkan banyak kerugian di masyarakat diperlukan pemimpin yang berhati dalam menjalankan manajerial untuk mengatasi masalah Bangsa Indonesia. Diperlukan kepekaan hati, simpati dan empati untuk menentukan kebijakan apa yang tepat, guna mengatasi permasalahan rakyat Indonesia yang sangat heterogen dan komplek. Diperlukan Pemimpin seperti Umar bin Khattab yang sangat peduli dengan kusulitan yang dirasakan rakyatnya. Bukan sebaliknya, pemimpin yang menjaga kondisi aman dan nyaman di tempat tinggalnya dengan fasilitas yang wah, yang pada dasarnya itu berasal dari rakyatnya sendiri.

Di akhir tulisan ini, mari kita sama-sama berdoa agar para pemimpin negeri ini mampu mengemban amanah dengan baik, dimudahkan dalam menjalankan amanah yang diembanya hingga dapat memberikan kenyamanan dan kesejahteraan pada rakyat yang dipimpimnya. Amiin ya robbal ‘alamiin.

Editor: Dwi Novi Antari

Previous Post

Program Sekolah Penggerak dan Tuntutan Kurikulum Masa Kini

Next Post

Guru Sumber Etika Moral

Next Post

Guru Sumber Etika Moral

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Popular Posts

Essay

Bonus Demokrasi dan Nawacita

by mahanpedia
Februari 27, 2023
0
10

Oleh : Fahrudin Hamzah Ketua Bidang Teknologi dan Informasi Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah Indonesia diperkirakan akan menghadapi era bonus...

Read more

Bonus Demokrasi dan Nawacita

Literasi Berada di Jurang Degradasi

Muhammadiyah; Dari Kiyai Haji menjadi Profesor?

Bukit Idaman: Ekowisata peduli sesama

Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

Nilai-nilai Dasar Dalam Etika Berdigital

Load More

Popular Posts

Hablum Minal’alam: Menjaga Lingkungan Bernilai Ibadah

by mahanpedia
September 2, 2021
0
2.1k

Akhlak Mulia Generasi Zaman Now

by mahanpedia
September 16, 2020
0
1.8k

5 Hal Misterius tentang Amado

by mahanpedia
September 6, 2021
0
1.7k

Mahanpedia

Mahanpedia adalah media belajar bersama untuk saling menginspirasi membangun kemajuan melalui gerakan literasi.

  • Kirim Tulisan
  • Tim Redaksi
  • Kontak

© 2020 Mahanpedia.id – Inspirasi untuk kemajuan.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Teras Mahan
  • Artikel
    • Opini
    • Essay
    • Reportase
    • Profil
  • Sastra
    • Puisi
    • Cerpen
    • Resensi
  • Resonansi

© 2020 Mahanpedia.id