Oleh: Utara Setia Nugraha
Kampus adalah tempat dimana intelektual dilahirkan, yang mana diharapkan nantinya akan memajukan peradaban. Intelektual atau sering disebut cendekiawan merupakan orang yang menggunakan kecerdasanya untuk bekerja atau memecahkan suatu persoalan. Cendekiawan sering sekali akrab dengan kajian dan karya tulis ilmiah. Fungsi para intelektual penting sekali dalam percaturan peradaban dunia dimana dalam sejarah Mesir Kuno, Babilonia, Yunani bahkan sampai kemajuan Islam tentu saja tidak lepas dari peran kaum intelektual.
Kampus sebagai penghasil intelektual harusnya mampu membuat sebuah perubahan besar dan paragdimatik dalam kehidupan sebuah masyarakat ataupun negara. Akan tetapi, bisa dilihat dalam fenomena akhir-akhir ini di Indonesia banyak sekali kasus amoral yang mendera tempat yang harusnya menghasilkan kecerdasan yaitu “kampus”. Salah satu kasusnya adalah pelecahan seksual yang dilakukan oleh dosen terhadap mahasiswanya, hal itu sebenarnya adalah sebuah hal yang sangat memalukan sekali bagi pendidikan di negeri ini. sebenarnya itu tetap saja bisa diperkirakan, karena terdapat adogium dari Lord Acton “power tends to corrupt, and absolute power corrupt absolutely” yang artinya adalah kekuasaan cenderung korup, kekuasaan mutlak benar-benar merusak. Jika dilihat lagi lebih dalam adogium itu menunjukan bahwa dalam kekuasaan yang absolut dan berlebihan maka cenderung banyak penyimpangan, dalam hal ini tidak hanya dalam sebuah Negara, tapi juga bisa dalam lingkup yang lebih kecil yaitu kampus.
Melihat bagaimana keadaan Civitas Akademika sekarang di kampus, dalam hal ini dosen, yang di sebagian universitas dianggap seperti dewa, dia memiliki banyak kekuasan. Dia menetukan nilai dan pantas atau tidak pantas sebuah karya mahasiswa. Dosen terkadang mempunyai banyak kewenangan yang sebenarnya itu tidak perlu. Seperti menentukan apa yang akan ditulis mahasiswa sehingga mahasiswa harus langsung menemui dosen untuk bimbingan, karena dari hal tersebut dosen dapat memaksa mahasiswa untuk melakukan apa yang ia inginkan hanya demi sebuah “ACC”.
Terkadang dalam sebuah pembelajaran di kelas, dosen juga sering memaksakan pendapatnya dan marah jika ada yang tidak setuju dengan pendapatnya, bahkan dalam berkomunikasi dengan dosen pun harus ada etika tersendiri. Feodalisme juga membuat dosen menjadi tidak loyal terhadap ilmu pengetahuan, dosen semakin sibuk memuja kekuasaaan demi mencari penghasilan. Padahal dosen seharusnya loyal terhadap ilmu pengetahuan, selalu mencari inovasi dan yang menjadi fokus dosen yaitu mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, juga seni melalui Tri Dharma Pendidikan Tinggi.
Mental feodal tersebut juga sering nampak menular kepada mahasiswa, dimana mereka terus-terusan menunduk dan memilih mengangguk kepada dosen ataupun profesor yang sedang mengajar karena takut nilainya akan dibuat rendah. Hal- hal tersebutlah yang membuat banyak sekali lulusan universitas menjadi pragmatis, yang mana menyebabkan kemunduran intelektual dan peradaban, Karena ketika seseorang lulus dan menjadi pengajar, maka ia akan melakukan hal yang sama kepada murid mereka. Hal tersebut terus-menerus dilakukan sehingga semakin lama lulusan semakin buruk dari segi moral maupun intelektual. Dalam kacamata sejarah kemunduran peradaban Eropa dan Islam itu tidak lepas dari feodalisme dan perlawanan terhadap feodalisme dianggap sebagai kemajuan. Maka, penting sekali untuk mengakhiri mata rantai feodalisme terutama di kampus Sebagai institusi pendidikan. Feodalisme sebenarnya bisa di tangkal dengan membudayakan berpikir kritis dan bersifat terbuka. Tentu saja hal tersebut tidak bisa hanya dilakukan oleh satu pihak atau pihak-pihak tertentu saja, semua pihak harus terlibat supaya kampus dapat menjalanklan fungsinya sebagai tempat yang menghasilkan banyak intelektual yang memiliki moral.
Editor: Renci
Bersuara karna adanya penomena itu baik dan harus demi memperjuangkan keadaan yang lebih baik kedepannya tapi kita perlu menyadari bahwasanya fenomena ini tidak bisa kita jadikan acuan untuk menyamaratakan karna banyak dari mereka yang memiliki kewenangan dan kekuasaan menjadi jembatan untuk banyak pihak terlebih lagi banyak dari mereka yang memberikan standar kemudian di anggap sebagai pemaksaan oleh karna itu baiknya kita berpikir dan memahami dari berbagai sisi dan aspek sehingga tercipta solusi bukan hanya cuitan yang mengandung emosi🙏
Iya nih sering kali gitu, mahasiswa yang di ajar oleh dosen yang buruk. Kalau kuliah tidur, makalah joki, presentasi settingan, sekripsi bayar orang dan mirisnya lulus cepet dan dapat pekerjaan yang layak.
seperti pohon yang berkelanjutan tidak ada akhirnya. bagaimana yang bodoh diapresiasi dan yang pinter dipersulit. sehingga yang pinter ikut jadi bodoh.
Keren utara agent of perubahan