• Tentang
  • Kontak
  • Tim Redaksi
  • Beranda
  • Teras Mahan
  • Artikel
    • Opini
    • Essay
    • Reportase
    • Profil
  • Sastra
    • Puisi
    • Cerpen
    • Resensi
  • Resonansi
No Result
View All Result
Mahanpedia
No Result
View All Result
Home Essay

Feodalisme Kampus Dan Kemunduran Intelektual

mahanpedia by mahanpedia
1 tahun ago
in Essay
2 min read
4
0
SHARES
309
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Oleh: Utara Setia Nugraha

Kampus adalah tempat dimana intelektual dilahirkan, yang mana diharapkan nantinya akan memajukan peradaban. Intelektual atau sering disebut cendekiawan merupakan orang yang menggunakan kecerdasanya untuk bekerja atau memecahkan suatu persoalan. Cendekiawan sering sekali akrab dengan kajian dan karya tulis ilmiah. Fungsi para intelektual penting sekali dalam percaturan peradaban dunia dimana dalam sejarah Mesir Kuno, Babilonia, Yunani bahkan sampai kemajuan Islam tentu saja tidak lepas dari peran kaum intelektual.

Kampus sebagai penghasil intelektual harusnya mampu membuat sebuah perubahan besar dan paragdimatik dalam kehidupan sebuah masyarakat ataupun negara. Akan tetapi, bisa dilihat dalam fenomena akhir-akhir ini di Indonesia banyak sekali kasus amoral yang mendera tempat yang harusnya menghasilkan kecerdasan yaitu “kampus”. Salah satu kasusnya adalah pelecahan seksual yang dilakukan oleh dosen terhadap mahasiswanya, hal itu sebenarnya adalah sebuah hal yang sangat memalukan sekali bagi pendidikan di negeri ini. sebenarnya itu tetap saja bisa diperkirakan, karena terdapat adogium dari Lord Acton “power tends to corrupt, and absolute power corrupt absolutely” yang artinya adalah kekuasaan cenderung korup, kekuasaan mutlak benar-benar merusak. Jika dilihat lagi lebih dalam adogium itu menunjukan bahwa dalam kekuasaan yang absolut dan berlebihan maka cenderung banyak penyimpangan, dalam hal ini tidak hanya dalam sebuah Negara, tapi juga bisa dalam lingkup yang lebih kecil yaitu kampus.  

Melihat bagaimana keadaan Civitas Akademika sekarang di kampus, dalam hal ini dosen, yang di sebagian universitas dianggap seperti dewa, dia memiliki banyak kekuasan. Dia menetukan nilai dan pantas atau tidak pantas sebuah karya mahasiswa. Dosen terkadang mempunyai banyak kewenangan yang sebenarnya itu tidak perlu. Seperti menentukan apa yang akan ditulis mahasiswa sehingga mahasiswa harus langsung menemui dosen untuk bimbingan, karena dari hal tersebut dosen dapat memaksa mahasiswa untuk melakukan apa yang ia inginkan hanya demi sebuah “ACC”.

Terkadang dalam sebuah pembelajaran di kelas, dosen juga sering memaksakan pendapatnya dan marah jika ada yang tidak setuju dengan pendapatnya, bahkan dalam berkomunikasi dengan dosen pun harus ada etika tersendiri. Feodalisme juga membuat dosen menjadi tidak loyal terhadap ilmu pengetahuan, dosen semakin sibuk memuja kekuasaaan demi mencari penghasilan. Padahal dosen seharusnya loyal terhadap ilmu pengetahuan, selalu mencari inovasi dan yang menjadi fokus dosen yaitu mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, juga seni melalui Tri Dharma Pendidikan Tinggi.

Mental feodal tersebut juga sering nampak menular kepada mahasiswa, dimana mereka terus-terusan menunduk dan memilih mengangguk kepada dosen ataupun profesor yang sedang mengajar karena takut nilainya akan dibuat rendah.  Hal- hal tersebutlah yang membuat banyak sekali lulusan universitas menjadi pragmatis, yang mana menyebabkan kemunduran intelektual dan peradaban, Karena ketika seseorang  lulus dan menjadi pengajar, maka ia akan melakukan hal yang sama kepada murid mereka. Hal tersebut terus-menerus dilakukan sehingga semakin lama lulusan semakin buruk dari segi moral maupun intelektual. Dalam kacamata sejarah kemunduran peradaban Eropa dan Islam itu tidak lepas dari feodalisme dan perlawanan terhadap feodalisme dianggap sebagai kemajuan. Maka, penting sekali untuk mengakhiri mata rantai feodalisme terutama di kampus Sebagai institusi pendidikan. Feodalisme sebenarnya bisa di tangkal dengan membudayakan berpikir kritis dan bersifat terbuka. Tentu saja hal tersebut tidak bisa hanya dilakukan oleh satu pihak atau pihak-pihak tertentu saja, semua pihak harus terlibat supaya kampus dapat menjalanklan fungsinya sebagai tempat yang menghasilkan banyak intelektual yang memiliki moral.

Editor: Renci

Previous Post

Manifesto Filantropi Mahasiswa Islam dan Alegori Pancasila

Next Post

Mencari Pendidik Berkemajuan

Next Post

Mencari Pendidik Berkemajuan

Comments 4

  1. Anak petani says:
    1 tahun ago

    Bersuara karna adanya penomena itu baik dan harus demi memperjuangkan keadaan yang lebih baik kedepannya tapi kita perlu menyadari bahwasanya fenomena ini tidak bisa kita jadikan acuan untuk menyamaratakan karna banyak dari mereka yang memiliki kewenangan dan kekuasaan menjadi jembatan untuk banyak pihak terlebih lagi banyak dari mereka yang memberikan standar kemudian di anggap sebagai pemaksaan oleh karna itu baiknya kita berpikir dan memahami dari berbagai sisi dan aspek sehingga tercipta solusi bukan hanya cuitan yang mengandung emosi🙏

    Balas
  2. Roy aditya says:
    1 tahun ago

    Iya nih sering kali gitu, mahasiswa yang di ajar oleh dosen yang buruk. Kalau kuliah tidur, makalah joki, presentasi settingan, sekripsi bayar orang dan mirisnya lulus cepet dan dapat pekerjaan yang layak.

    Balas
  3. huda amrulah says:
    1 tahun ago

    seperti pohon yang berkelanjutan tidak ada akhirnya. bagaimana yang bodoh diapresiasi dan yang pinter dipersulit. sehingga yang pinter ikut jadi bodoh.

    Balas
  4. aninda says:
    1 tahun ago

    Keren utara agent of perubahan

    Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Popular Posts

Essay

Bonus Demokrasi dan Nawacita

by mahanpedia
Februari 27, 2023
0
10

Oleh : Fahrudin Hamzah Ketua Bidang Teknologi dan Informasi Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah Indonesia diperkirakan akan menghadapi era bonus...

Read more

Bonus Demokrasi dan Nawacita

Literasi Berada di Jurang Degradasi

Muhammadiyah; Dari Kiyai Haji menjadi Profesor?

Bukit Idaman: Ekowisata peduli sesama

Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

Nilai-nilai Dasar Dalam Etika Berdigital

Load More

Popular Posts

Hablum Minal’alam: Menjaga Lingkungan Bernilai Ibadah

by mahanpedia
September 2, 2021
0
2.1k

Akhlak Mulia Generasi Zaman Now

by mahanpedia
September 16, 2020
0
1.8k

5 Hal Misterius tentang Amado

by mahanpedia
September 6, 2021
0
1.7k

Mahanpedia

Mahanpedia adalah media belajar bersama untuk saling menginspirasi membangun kemajuan melalui gerakan literasi.

  • Kirim Tulisan
  • Tim Redaksi
  • Kontak

© 2020 Mahanpedia.id – Inspirasi untuk kemajuan.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Teras Mahan
  • Artikel
    • Opini
    • Essay
    • Reportase
    • Profil
  • Sastra
    • Puisi
    • Cerpen
    • Resensi
  • Resonansi

© 2020 Mahanpedia.id