Oleh: Sasmon Fajar
“Hai Dahlan, sungguh di depanmu pasti kau lihat perkara yang lebih besar dan mematikan, mungkin engkau selamat atau sebaliknya akan tewas,” dikutip dari Pesan dan Kisah Kiyai Ahmad Dahlan dalam Hikmah Muhammadiyah.
Lanjut, “hai Dahlan, bayangkan kau sedang berada di dunia ini sedirian beserta Allah dan dimukamu ada kematian, pengadilan amal, surga, dan neraka. Coba kau piker, mana yang paling mendekati dirimu selain kematian. Mereka yang menyukai dunia bisa memperoleh dunia walaupun tanpa sekolah. Sementara yang sekolah dengan sungguh-sungguh karena mencintai akhirat ternyata tidak pernah naik kelas. Gambaran ini melukiskan orang-orang yang celaka di dunia dan akhirat sebagai akibat dari tidak bisa mengekang hawa-nafsunya. Apakah kau tidak bisa melihat orang-orang yang mempertuhankan hawa nafsu?”
Ahmad Dahlan bukan hanya dikenal sebagai seorang penggerak dakwah, penggerak sosial pendidikan dengan semangat teologi Al-Maun, tetapi jika melihat nasehat-nasehatnya beliau adalah seorang sufi modern, walau beliau tidak mengambil jalan thariqah sebagaimana para mursyid. Kesufian beliau sangat nampak dalam pemahaman esensi ajaran hati yang selalu beliau amalkan dalam kehidupannya.
Salah satu tradisi sufi yang beliau lakukan adalah selalu mengingat mati, dengan cara menempelkan tulisan di kamar tepat di dekat tempat tidurnya, sehingga setiap hari beliau bisa langsung membaca tulisan tersebut. Hal ini persis yang dilakukan oleh Umar bin Abdul Aziz, yang selalu meminta nasehat kepada para ulama setiap malamnya.
Suatu hari, Khalifah Umar bin Abdul Aziz berkata kepada seorang ulama salaf untuk memberinya nasihat.Ulama itu berkata bahwa tak seorang pun sejak Adam hingga ayahmu yang terhindar dari mati sekarang giliranmu sudah datang. Mendengar nasihat tersebut, Khalifah Umar bin Abdul Aziz menangis keras. Dalam sebuah riwayat yang lain, pada suatu hari sufi besar Af-Rabi bin Khaitsam, menggali kubur di dalam rumahnya, lalu ia tidur di situ beberapa kali setiap hari. Kata Rabi, perbuatan ini dapat mengingatkan dirinya akan mati.Ia berkata, “jika ingat kepada mati pergi dari hatiku barang sesaat saja, maka hatiku pun menjadi tercemar karenanya.”
Tradisi indah ini yang jarang dilakukan oleh manusia, sedangkan ini adalah jalan kecerdasan, karena Rasulullah saw. menyampaikan bahwa orang yang cerdas adalah yang selalu ingat akan kematian dan selalu menyiapkan diri untuk menyambutnya. Kebanyakan manusia malah melalaikan kematian, karena mereka takut mengingat apalagi menyambutnya, bahkan membicarakan kematian pun mereka enggan, hal ini adalah penyakit yang hendaknya dihilangkan dalam diri manusia, karena ini termasuk wahn. Ketakutan akan kematian akan menyebabkan mereka kurang semangat dalam beramal sholih.
Ada beberapa pesan Kiyai Dahlan dalam makalahnya, yang pertamamengingat bahwa manusia hakikatnya hanya berdua dengan Allah. Nasehat ini dalam nasehat beliau “Hai Dahlan, bayangkan kau sedang berada di dunia ini sedirian beserta Allah dan dimukamu ada kematian, pengadilan amal, surga, dan neraka. Coba kau pikir, mana yang paling mendekati dirimu selain kematian.” Mereka yang menyukai dunia bisa nasehat ini untuk mengingatkan bahwa untuk menguatkan ruhani dengan merasakan bahwa diri selalu berdua dengan Allah Swt. sehingga dia akan selalu merasa malu dengan Allah Swt. dalam kesendirianya. Dengan rasa malunya dia akan menjauhkan diri dari kemaksiatan. Selain rasa malu, akan hadir rasa hormat kepada Allah Swt. sehingga segan untuk melanggar perintah Allah Swt. dan melakukan larangan Allah Swt.
Ingat kematian akan menghadirkan ingat alam setelahnya, yaitu surga dan neraka. Sehingga seseorang akan benar-benar memilih amalnya, apakah dia akan masuk surga atau masuk neraka. Di sinilah letak kecerdasan tertinggi seorang hamba, ketika dirinya telah mampu menjadikan kematian sebagai motivasi dalam beramal, menjadikan kematian sebagai visi masa depan. Dia memahami bahwa hanya kematianlah yang akan terus mendekat, sedangkan yang lain akan menjauhi dirinya, ketika kematian datang, maka keluarga, harta, jabatan akan menjauhinya, hanya amal Sholih yang akan menjadi kawan setianya.
Pesan yang kedua, jangan pertuhankan hawa nafsu. Pesan ini nampak sekali ketika Kiyai Dahlan menyebutkan bahwa dunia adalah sangat mudah sekali diraih walau tanpa sekolah, sedangkan akhirat belum tentu didapatkan walau dengan sekolah sungguh-sungguh. Dua kondisi tersebut menunjukkan bahwa semua tergantung pada hatinya, bagaimana mereka mampu mengekang hawa nafsunya. Dunia yang dikejar hanya karena kemewahan tidak memiliki arti sedikitpun, atau akhirat yang dikejar tanpa mengendalikan hawa nafsunya, keikhlasan dirinya semuanya tidak memiliki arti lebih, kecuali kekecewaan.
Oleh sebab itu, Kiyai Dahlan melarang menuhankan hawa nafsu. Hawa nafsu adalah sesuatu yang akan terus mendorong manusia kepada keburukan, sehingga kemampuan mengendalikanya akan menjadi kebaikan. Seperti nafsu makan, ketika dapat dikendalikan dengan makan yang halal, niat untuk ibadah, tidak berlebihan maka akan menjadi pahala yang luar biasa. Akan tetapi, ketika nafsu dibiarkan, maka akan berlebihan dan jauh dari nilai kebaikan dan pahala.
Menuhankan nafsu adalah kebodohan luar biasa, karena dia adalah selemah-lemahnya manusia. Tidak menuhankan nafsu bukan berarti membunuh nafsu, akan tetapi menyalurkan kepada perintah Allah Swt sehingga nafsu menjadi tunduk dan patuh dengan segala aturan Allah Swt. Sebab sifat nafsu memang sangat luar biasa, maka kecerdasan menyalurkan adalah bentuk kecerdasan spiritual manusia. Oleh sebab itu, Islam mengajarkan menyalurkan nafsu. Nafsu makan dengan adanya aturan makan makanan yang halal lagi thayib serta tidak berlebihan dalam makan. Nafsu seksual diarahkan dengan menikah, sesuai ajaran Allah Swt. yang jelas aturannya bisa dua, tiga atau empat jika mampu dan dapat berlaku adil. Nafsu jabatan bisa diarahkan dengan berjamaah, sehingga mereka memilik tanggung jawab dalam hidupnya.
Mempertahankan nafsu adalah mengikuti dorongan nafsu tanpa melihat halal dan haram serta baik maupun tidaknya. Bukan berarti harus mematikan nafsu itu sendiri, karena hal itu jelas dilarang oleh Rasulullah saw. Dengan nafsu manusia lebih produktif dan memiliki keinginan serta harapan dalam hidupnya. Sehingga dunia semakin berkembang dan maju.
Editor: Dwi Novi Antari
Great post. I’m facing many of these issues as well..