Oleh: Sugiarti (Guru SDIT Bina Ilmu Sekampung)
Tak dapat dipungkiri bahwa saat ini semua orang punya dua dunia, yakni dunia nyata dan dunia maya. Kedua dunia ini berisi segala aktivitas dan kreativitas. Banyak orang menghakimi media sosial sebagai pembawa sial. Namun, sebagian besar lainnya, mengagumi media sebagai teman yang selalu membersamainya.
Nahasnya pandemi melanda negeri. Interaksi dunia nyata dibatasi. Media sosial maju sebagai solusi. Dunia perdagangan hingga dunia pendidikan bahkan perkuliahan dilaksanakan lewat aplikasi. Sebuah fenomena yang tak dapat dipungkiri. It’s can not be denied, kerap terjadi debat dengan kerabat. Semua akibat hubungan relasi yang terdegradasi karena banyak hal terutama di duni pendidikan, siswa dan aktivitas sekolahnya hanya dijalani melalui aplikasi. Handphone menjadi sebuah urgensi yang harus dimiliki para siswa siswi.
Faktanya, banyak remaja lebih mahir dalam bersosial media daripada para orangtuanya. Mereka berkecimpung di Facebook, yang selalu bertanya “Apa yang anda pikirkan?”, akhirnya curhat ugal-ugalan. Mereka mengunjungi situs Google untuk cari referensi dan juga rekreasi. Google lebih menyenangkan karena dapat menjawab semua pertanyaan. Mereka membuka YouTube untuk akses pelajaran dan juga sekedar mencari hiburan. Mereka juga mengenal Instagram, mereka mengenal TikTok, dan banyak lagi fitur-fitur dunia sosial media yang menenggelamkan mereka dari dunia nyata sebagai remaja.
Apapun itu, baik di dunia nyata maupun di dunia maya, ada sebuah kata yang harus dijaga, yakni etika. Etika ini termasuk dalam kita berinteraksi atau berkomunikasi, menyapa orang lain, maupun mempublikasikan sesuatu di ruang digital. Ketika etika dihiraukan, tentu ada kebebasan yang harus dipertanggungjawabkan.
Ketika pengguna media, terutama remaja tidak memperhatikan etika dan berlaku seenaknya di ruang media sosial, hal ini memunculkan jejak digital yang buruk. Perlu diingat juga jejak digital tidak mudah hilang begitu saja. Media itu merekam aktivitas pengguna. Postingan berapa tahun lamanya masih selalu ada.
Kemosrotan moral remaja juga dapat kita lihat dari kutipan berita yang dirilis oleh jogja.tribunnews pada tahun 2018 silam, adanya akun di Instagram yang menyerang secara tertulis lewat komentar publik dengan bodyshamming, yang mengatakan bahwa hidung yang dimiliki seorang artis besar sehingga jempol jari kaki dapat masuk. Betapa banyak remaja disorot media atau hanya sekedar dikeluarkan dari sekolahnya akibat etika bermedia tak dijaga. Dari penggunaan WhatsApp yang tidak pada kaidahnya, mengetik cuitan kotor tak berguna, menggunggah video tak berfaedah, dan lain sebagainya.
Mencuplik beberapa etika digital dari seorang penemu Twitter, Jack Dorsey: 1) don’t be a jerk! Jangan belagu atau sok sip, komentar seenaknya, merasa paling hebat dan sempurna; 2) enjoy the moment! Nikmati momen. Saat diajak ngobrol dengan orangtua, atau diskusi kelompok dengan teman-teman, taruh dulu handphone-nya, jangan sok sibuk asik sendiri, acara keluarga jangan diisi dengan menyendiri buka aplikasi dan asik bermain game, enjoy the momen. 3) be humble! Miliki sikap rendah hati, bukan rendah diri. Kerendahan hati tentu menarik hati orang lain untuk membersamai. Tak perlulah selalu menampakkan harta-tahta. 4) be kind! Bersikap baiklah. Tak perlu menghujat dengan kata tak bermanfaat, ambilah kisah dari banyak kisah, hargailah nasihat, dan tak mengapa sering-seringlah menyampaikan magical words seperti maaf, tolong, dan terima kasih, sekalipun dengan bawahan. Posting yang baik-baik, batasi curhat yang akhirnya mengundang hujat. Setiap pribadi punya privasi.
Sejatinya, media sosial itu netral, menjadi berkah jika digunakan secara berfaedah. Mengundang petaka dan ujian, jika tak tepat penggunaan. Dengan mengedepankan etika, baik di dunia nyata maupun di dunia maya, tentu seorang remaja lebih bermartabat dan memikat. Sebuah peribahasa berkata “ability can take you to the top, but it takes the character to keep you there” , kemampuan dapat membawamu ke puncak, tapi butuh karakter untuk membuatmu tetap di sana!
Editor: Dwi Novi Antari
Masyaa allah,
Semoga kita semua bisa memanfaatkan medsos dengan baik….agar menjadi ladang pahala di akhir nanti ❤️
Terima kasih atas ilmunya 🙏,semoga tambah sukses kedepannya aamiin.
Artikel yang bagus
bacaan yang bagus untuk dibaca