Oleh: Alli Nurdin (Ketua Umum PC IMM periode 2019/2020)
Dalam Alquran, Allah berfirman terkait penciptaan manusia yang artinya “Dan tidaklah aku ciptakan jin dan manusia, kecuali untuk beribadah kepada-Ku.” (QS. Ad-Dzariyat:56). Berkaitan dengan penciptaan manusia, Allah juga berfirman dalam Alquran surah Albaqarah yang artinya: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya aku hendak menjadikan Khalifah di muka bumi …” (QS. Al-Baqarah:30)
Ayat ini sering menjadi jawaban ketika timbul pertanyaan untuk apa manusia di ciptakan? Namun hakikatnya, kita (manusia) diciptakan bukan hanya untuk ibadah ataupun menjadi khalifah dimuka bumi, tetapi untuk senang-senang, untuk bahagia, tidak ada yang lain. Sebenarnya, Allah menciptakan manusia ingin dimuliakan dan dimanja. Jadi, Allah sebenarnya ingin hidup kita senang, Allah tidak ingin melihat kita susah. Allah tidak ingin melihat kita berat, Allah tidak ingin kita berletih-lebih di dunia. Tetapi sebalinya, Allah ingin melihat kita hidup dalam keadaan senang dan bahagia.
Sebagai ilustrasi, ketika seorang wanita dinikahi seorang pria, hakikatnya untuk apa? Untuk dibahagiakan, bukan? Pukul tiga dinihari, istri dibangunkan oleh suami untuk mandi dan air hangat sudah tersedia. Siapa yang siapkan? SUAMI. Kemudian shalat Tahajud bareng dan shalat subuh berjamaah, dilanjutkan dengan dzikir. Setelah larut pagi, istri pergi ke dapur hendak mencuci pakaian dan ternyata pakaian sudah di cucikan oleh suami. Lalu istri hendak masak sarapan pagi, ternyata dimeja makan sudah dihidangkan nasi goreng, asapnya masih ngebul. Ternyata yang masak adalah suami juga.
Pukul 8 pagi, seusai shalat Dhuha suami mengajak istrinya ke pasar untuk berbelanja perlengkapan dapur keliling sana-sini, tawar ini-itu, ternyata habis cuma 200rb, itupun sudah mencukupi kebutuhan selama satu minggu. Bagaimana perasaan istri? Tentu bahagia sekali, hehe.
Sebenarnya hanya begitu tujuan manusia diciptakan, yakni untuk dimuliakan dan dimanja oleh Allah SWT, sang Pencipta. Manusia dimulai di atas malaikat, dimuliakan diatas ciptaan Tuhan yang lainnya. Lalu dimasukan di dalam surga, apa yang diinginkan oleh manusia semuanya ada.
“Dan kami berfirman, “hai Adam, tinggallah engkau dan istri engkau didalam Jannah ini, dan makanlah darinya sepuas hati dimanapun kamu berdua suka”. (QS. Al-Baqarah:35). Kalau kita baca dalam riwayat penciptaan manusia (Adam dan Siti Hawa), Allah menggambarkan bahwa Nabi Adam dan istrinya oleh Allah di perintahkan untuk tinggal di surga. Di sana semuanya serba nikmat, serba mudah dan serba tersedia. Hidup di dalam surga adalah hidup yang tenang, damai, aman, kekayaan tanpa batas, dan apapun yang kita inginkan gratis.
Tetapi Allah mengingatkan kepada Adam dan istrinya untuk jangan mendekati pohon khuldi, karena mereka bisa celaka. Namum ternyata, Adam dan istrinya menyentuh pohon larangan tersebut sehingga akhirnya mereka diturunkan di dunia. Dan harus menjalani hidup yang berat dan sulit, tidak seperti di surga. Segala sesuatu yang mereka inginkan harus diusahakan terlebih dahulu, tidak serta-merta datang begitu saja.
Kesalahannya sederhana dan hanya satu, yakni karena dosa (melanggar larangan Allah). Karena dosa manusia, hidupnya jadi sulit. Makin banyak dosa, makin sulit hidupnya. Harus kerja keras banting tulang, pergi pagi pulang malam, dikejar deadline, kejar tayang, dan di maki oleh atasan. Lebih susah hidupnya, tapi manusia tidak berhenti juga dari perbuatan dosa. Dampaknya kembali pada kehidupan yang makin susah. Barang-barang yang dibutuhkan, dia tidak mampu membelinya secara kontan. Akhirnya terpaksa harus berhutang atau beli secara kredit. Beli jilbab kredit, beli panci dan wajan kredit, beli macam-macam barang harus dengan kredit. Ternyata dosa kecil sekalipun, bahkan sepertinya bukan dosa, tetapi hanya kesalahan kecil yang akhirnya dapat menghalangi rezeki. Ingat, Nabi Adam dan Siti Hawa di usir oleha Allah dari surga hanya karna satu kesalahan, yakni menyentuh pohon khuldi. Kesalahan Nabi Adam dan istrinya mungkin hanya dosa kecil, tetapi akibatnya luar biasa. Ia dan istrinya diusir dari surga yang penuh dengan kenikmatan dan diturunkan ke dunia ini yang penuh dengan perjuangan seperti yang kita alami saat ini. Lalu, kalau ingin hidup dimanja, senang, damai, maka kuncinya adalah jangan buat dosa. Ketika kita berhati-hati untuk tidak berbuat dosa, maka kita akan merasakan surga sebelum surga yang sebenarnya. Takdir kita diciptakan hanya Allah lah yang Maha Tahu. Saat di surga di muliakan dan dimanja, lalu ketika diturunkan ke bumi, maka tugas beribadah dan menjadi Khalifah muncul menjadi tugas utama. Jadi jawaban beribadah dan menjadi khalifah dimuka bumi memang benar, seperti yang termaksud dalam Alqur’an. Tujuan Allah menciptakan manusia dimuliakan dan dimanja adalah yang asalnya dari surga bisa kembali lagi ke surga. Namum sebelum ke surga yang sesungguhnya, tentu dapat kita nikmati juga semasa di dunia. Tentunya dengan syarat-syarat yang Allah tentukan.
Editor: Renci