Oleh: Hasbullah (Dosen Universitas Muhammadiyah Pringsewu)
Setiap manusia tentunya akan memiliki tekanan dan pengalaman berbeda-beda, terkait dengan perubahan kondisi kehidupan dari perdebatan peradaban, perhelatan pemikiran atas segala macam yang berkaitan dengan kemajuan dunia kemanusiaan. Sehingga perdebatan dan perhelatan itu memantulkan dalam kehidupan berupa gema sosial, kebudayaan dan nilai-nilai kemanusiaan yang akan melintas di setiap aktivitas individu. Litasan itu menjadikan manusia itu memiliki prilaku kebaikan baik itu perhatian, pengetian dan pengabdian namun sebaliknya litaskan itu akan melahirkan tafsir keangkuhan, keseriusan, ketidakpastian nilai dan ketidakjelasan dari makna kehidupan, tatkala litasan itu tidak tepat pada orbit yang telah ditentukan dan kehidupan.
Sejatinya penting bagi kita sebagai manusia untuk memaknai hidup, memahami ontologi kemanusiaan agar tidak terjebak pada moderitas serta pencintraan kehidupan yang akan menyeret pada kehidupan konsutif dan ketergantungan. Pencarian, penafsiran dan perumusan makna-makna kehidupan modern baik secara ontologi maupun epistemologi. Hal ini dilakukan agar teori-teori makna kehidupan dapat terurai dengan jelas baik itu cakupan, metode, strategi dan keabsahannya. Dari inilah semua akan membutuhkan praktik-praktik komunikasi dalam kehidupan yang baik dan benar.
Tentunya makna kehidupan itu semua berupa kebaikkan, sebab sejatinya makna adalah nilai-nilai positif dari setiap kejadian tentunya dalam hal ini adalah yang terjadi dalam kehidupan. Bagaimana komunikasi dalam diri kita, misalakan antara hati dan logikan tentunya harus berjalan dengan baik sehingganya semua akan menghadirkan kebaikan. Namun ketika logika kita sudah tercampur aduk dengan sentimen pribadi, suka dan tidak suka dan lain sejenisnya, tentu hal ini akan mempengaruhi bersihnya hati. Sehingga komunikasi tidak lancar, karena ada sumbatan berupa keraguan, kecurigaan dan dari sini lahirlah tipu muslihat dan kebohongan.
Kehidupan ini tentunya membutuhkan bacaan berupa mantra untuk menapakinya sehingga semua akan berjalan dan terjalin dengan baik satu dengan yang lain. Sehingg manusia harus menyadari bahwa semua yang ada hari ini merupakan titipan dan ada yang berkuasa atasnya. Selian itu itu juga manusia harus bisa memaknai kehidupan ini ada dari ketiadaan, lalu menjadi ada dan diakhiri untuk tiada yang pada hakikatnya menuju pertanggung jawaban dari segala prilaku ketika masih berada di kehidupan dunia. Jikalah manusia memahami makna tersebut, maka akan dihadirkan banyaknya jalan untuk mengisi dan menikmati kehidupan.
Kembali kepada mantra kehidupan tadi. Hal ini harus dibaca dan dihafal agar manusia mampu berkomunikasi dengan baik dengan segala macam musik kehidupan. Begitu banyak hari ini, manusia terjebak dan terjerumus pada kubangan yang seharusnya tidak masuk ke dalamnya. Hanya karena tidak mampu menjadi pendengar yang baik, lisan yang tak beradab dan pemikir yang tak lagi santun akhirnya semua keadaanya menjadi tak karuan bahkan merusak eksistensi sejatinya manusia. Pemikirannya membingungkan dan bahkan mendekati kesesatan, lisannya menyampaikan ilmu yang membodohkan dan kebenaran tertolak oleh pendengarannya.
Adapun mantra kehidupan tersebut adalah: pertama, kehidupan ini adalah rahmat. Ketika manusia menempatkan kehidupan ini merupakan wujud dari kecintaan Sang Pencipta kepadanya, maka sudah pasti setiap yang terjadi dalam kehidupan adak ada nilai berupa makna kebaikan yang harus senantiasa disyukuri dan dinikmati. Seberapa banyak perlakukan kita tidak menyenangkanNya maka kita tetap saja diberikan kelebihan secara harta dan kepemilikan lainnya.
Kedua, kehidupan itu adalah amanah. Tatkala manusia mampu menempatkan bahwa hidup ini akan menemukan pertanggung jawaban atas apa yang diperbuat. Ketika manusia menyadari hal ini maka ia akan tersibukkan dengan memenuhi kebutuhan untuk mempertahan eksistensi sebagai manusia. Manusia yang amanah adalah mereka yang selalu menjadikan hidup itu bermakna dengan bekerja dan berkarya untuk kebaikan dihadapan manusia dan kebaikannya di hadapan Sang Maha Pencipta. Oleh karenanya, hidup akan dijalankan dengan segala ketentuan yang berlaku, kalaupun menginovasi hidup sudah dipastikan tidak akan keluar dari tata kelola kehidupan yang menggembirakan dan memuliakan.
Ketiga, kehidupan itu adalah ibadah. Semua manusia suskses tentunya bukan karena dia hanya berdiam diri. Salah satu kesuksesnya manusia itu adalah dengan ibadah. Semua kehidupan ditujukan untuk mendekatakan diri kepada Sang Maha Kuasa, layaknya seorang sufi yang hidupnya disediakan dalam rangka mengejar kemuliaan di hadapanNya. Maka, ibadah adalah mantra mujarap agar semua yang dilakukan manusia senantiasa menemui kebahagiaan. Mantra ibadah akan menjadikan manusia ringan untuk mengerjakan segala bentuk kewajiban dan merasa cukup dengan hak yang diterimanya. Hidup yang ditujukan untuk ibadah sudah dipastikan hidupnya akan dalam naungan ketenangan dan kenyamanan suasana dunia.
Keempat, kehidupan itu adalah berbagi. Hidup ini sebenarnya untuk menjadikan manusia untuk berkarakter. Hidup ini harus memahami kebutuhan kehidupan itu sendiri, maka pahamilah kehidupan itu harus aktif dengan cara saling berbagi. Bahwa sebenarnya kehidupan ini akan senantiasa dipersaksikan oleh Sang Maha Kuasa, karena tugas kita itu senantiasa bergerak sehingga kehidupan akan melahirkan kebahagiaan. Ingatlah kadang dalam kehidupan manusia itu mendapat hasil dari yang tidak kita sangka-sangka, rupanya hal itu dihasilkan dari prilaku kita yang baik, bermanfaat dan produktif.
Hiduplah sesuai dengan kebutuhan sebagai manusia, jangan pernah mencoba untuk hidup berlebihan atau melapaui batas maka cukuplah penyiksaan diri yang akan terjadi. Maka tangguhkan jiwa ini, agar proses kehidupan ini lancar baik hidup yang bertujuan dunia maupun hidup yang ditujukan pada akhirat. Mari kita kenali hakekat sejatinya diri sebagai manusia, jadilah manusia yang mampu menganalisis kehidupan agar semua berjalan sesuai dengan ketentuan dari pemilik kehidupan.
Editor : Dwi Novi Antari