• Tentang
  • Kontak
  • Tim Redaksi
  • Beranda
  • Teras Mahan
  • Artikel
    • Opini
    • Essay
    • Reportase
    • Profil
  • Sastra
    • Puisi
    • Cerpen
    • Resensi
  • Resonansi
No Result
View All Result
Mahanpedia
No Result
View All Result
Home Essay

Wanita Ditengah Prahara Kiev Vs Moscow

mahanpedia by mahanpedia
12 bulan ago
in Essay
4 min read
0
0
SHARES
25
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Oleh: Mansurni Abadi

Peringatan hari perempuan internasional 8 maret 2022 lalu kalau mengikut hitungan hari sejak bermulanya tragedi Kiev vs Moscow adalah hari ketiga belas pecahnya perang antar dua negara yang tidak pernah dipimpin oleh perempuan itu. Ceo Metaverse Sheryl Sandberg bahkan mengandaikan jika kedua negara yang selalu berkonflik ini dipimpin oleh perempuan (CNBC, 2020) mungkin peperangan tidak akan terjadi.  Tetapi tentu saja ini hanya andaian yang bisa benar atau salah dari ibu Ceo itu, karena akan  tergantung pada bagaimana pemimpin perempuan itu jika kelak kedua bangsa memilikinya, berkomitmen terhadap perdamaian dan berdamai dengan tensi-tensi masa lalu yang diwariskan oleh pemimpin sebelumnya.

Peperangan sebenarnya bukti kegagalan salah satu pihak atau keduanya dengan cara-cara damai. Ironisnya, peperangan selalu dimitoskan dengan serangkaian heroisme dengan istilah-istilah emosional lainnya, namun melupakan trauma yang terjadi selama dan setelahnya apalagi dalam setiap peperangan, wanita dan anak-anak selalu menjadi golongan yang paling rentan untuk disiksa bahkan dibunuh.

Namun dibalik kerentanan ini, ada juga kisah-kisah heroisme kaum perempuan, baik untuk melawan maupun menghentikan peperangan, baik disisi Ukraina maupun Rusia. Ditengah prahara antara Moscow Vs Kiew yang belum berujung ini, tentu sangat menarik membahas kontribusi wanita baik disisi Ukraina maupun di sisi Rusia.

Disisi Ukraina sebagai pihak yang diserang, wanita-wanita di sana mendesak agar militer Ukraina menerima lebih banyak kaum wanita untuk ikut bertempur digaris depan meskipun pemerintah Ukraina sudah memperingatkan agar setiap wanita dan anak-anak hendaknya meninggalkan Ukraina karena berperang bukan kewajiban bagi mereka, namun tidak sedikit yang memilih kembali bahkan bertahan demi membantu perlawanan di garis depan. Sebenarnya, presentasi perempuan di militer Ukraina sebesar 15% (Wsj, 2020) jumlah yang masih tergolong sedikit menurut beberapa teman di Ukraina yang saya tanyai. 

Oleh karena itu, perempuan di Ukraina membuat gerakan untuk memprotes kemiliteran agar membuka peluang yang lebih banyak untuk kaum perempuan, meskipun ikut andil dalam peperangan di undang-undang Ukraina bukanlah keharusan bagi perempuan, namun dorongan untuk ikut membela tanah air dan berjuang bersama orang-orang tercinta mereka, baik ayah, kekasih, maupun suami yang sekarang tetap tinggal di Ukraina menjadi pendorong utama kemauan ini.

Sebenarnya, selain dapat berkontribusi di medan tempur, mereka juga banyak yang berkontribusi di bidang manufaktur untuk alat-alat tempur seperti baju, peluru, dan konsumsi tentara.  Namun, ada kontribusi lain yang juga dilakukan oleh mereka melalui jalur Diplomasi, Forbes (2020)  bahkan sempat merilis daftar perempuan-perempuan hebat dari Ukraina yang menolak peperangan dengan Rusia lewat jalur diplomasi, baik di Parlimen Ukraina, Eropa, maupun forum PBB tentunya di sisi Ukraina kontribusi perempuan ini patut kita apresiasi dan anggap bukan sebatas support system tapi bisa menjadi frontliners yang ikut mempertahankan kedaulatan mereka disatu sisi dan menghentikan peperangan dengan jalan damai di sisi lainnya.

Sementara di pihak Rusia, serangkaian protes penolakan perang yang terjadi di kota-kota besar mereka membuktikan jika tidak semua orang Rusia mendukung aksi yang dilakukan Vladimir Putin dan pemerintahannya. Namun protes-protes ini cenderung direspon dengan represif oleh aparat Rusia, kaum perempuan memiliki andil yang cukup besar dalam protes ini, bahkan beberapa hari lalu sempat ada video yang memperlihatkan seorang perempuan Rusia berusia diatas 80 tahun yang ikut berdemonstrasi menentang peperangan.

Kaum Feminis di Rusia pun paling gencar menolak segala bentuk kebijakan militer yang dilakukan oleh negara mereka yang mengakibatkan sanski ekonomi dan sosial yang berkepanjangan.  Berita Moscow Times pada 9 maret 2022 merilis berita yang menyatakan jika gerakan feminis akan mengkoordinasikan protest ke lebih dari 100 kota di Rusia (2022).

Terkait gerakan feminis ini, Ellia Rosman dalam artikelnya berjudul “How Russian feminists are opposing the war on Ukraine”, menerangkan beberapa cara yang digunakan kaum feminis Rusia untuk melancarkan protes anti perang yang pertama, mereka mendidik massa rakyat tentang propaganda yang dilakukan oleh Putin dan pemerintahannnya yang memakai retorika demi perdamaian, menentang Nazi, maupun melindungi Etnis Rusia di Ukraina bagi mereka apa yang dilakukan Rusia sekarang sebenarnya tidak berbeda dengan yang dilakukan oleh Nazi hanya saja berbeda Swastika (Simbolnya) saja.

Kedua, Feminis di Rusia membangun wacana alternatif yang mengingatkan orang-orang Rusia melihat orang Ukraina sebagai saudara mereka sendiri sama seperti kita melihat orang Melayu di Malaysia sebagai saudara serumpun yang meskipun berbeda secara identitas nasional namun satu dalam kemanusiaan agar rakyat Rusia mampu keluar dari jebakan propaganda melihat yang lain disisi sana sebagai yang jahat.

Wawancara saya dengan salah satu aktivis Anarko-Feminis Rusia, yang dipanggil Miro (Bukan nama sebenarnya) lewat sambungan Whatsapp dua hari yang lalu bahkan menganggap protes peperangan ini harus lepas dari tendensi kebangsaan yang sempit, namun harus berbasis prinsip-prinsip kemanusiaan yang anti terhadap segala bentuk kekerasan sebagai jalan menyelesaikan persengkataan.

Bagi Miro, yang berstatus sebagai Mahasiswa di salah satu Universitas di Timur jauh ini, apa yang telah dilakukan Putin telah menjadi aib bagi bangsa Rusia diabad 21 yang harusnya menampilkan muka yang berbeda dari lawan yang selalu menginvasi negara lain jika tidak sesuai dengan apa yang mereka mau. Miro dan teman-teman juga mengedukasi perempuan di luar Moskow agar tidak bergabung dengan tentara Rusia untuk ikut dalam peperangan dengan Ukraina, penolakan yang paling efektif baginya adalah mengajak sebanyak mungkin perempuan Rusia untuk tidak mengangkat senjata demi membunuh orang lain di luar perbatasan negara mereka atas alasan yang diambil secara sepihak oleh pemimpin yang tidak pernah mereka pilih secara demokratis ini. Dan menurut Miro juga, meskipun Kiev dengan Moscow sedang berperang, entitas gerakan perempuan di dua negara semakin kuat dari hari ke hari  bersatu padu menentang peperangan, baik disisi Rusia yang mencegah terjadinya invasi lebih lanjut maupun disisi Ukraina yang menolak adanya pengerahan besar-besaran penduduk mereka yang tidak terlatih secara baik dalam peperangan untuk maju ke garis depan, bagi Miro apa yang dilakukan oleh Ukraina itu fatal sekaligus naif, namun apa yang dilakukan Rusia pun kejam dan tidak manusiawi.

Editor: Renci

Previous Post

Membangun Umat Peduli Alam Lingkungan Hidup

Next Post

Puasa adalah Amalan Hebat dalam Kehidupan

Next Post

Puasa adalah Amalan Hebat dalam Kehidupan

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Popular Posts

Essay

Bonus Demokrasi dan Nawacita

by mahanpedia
Februari 27, 2023
0
10

Oleh : Fahrudin Hamzah Ketua Bidang Teknologi dan Informasi Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah Indonesia diperkirakan akan menghadapi era bonus...

Read more

Bonus Demokrasi dan Nawacita

Literasi Berada di Jurang Degradasi

Muhammadiyah; Dari Kiyai Haji menjadi Profesor?

Bukit Idaman: Ekowisata peduli sesama

Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

Nilai-nilai Dasar Dalam Etika Berdigital

Load More

Popular Posts

Hablum Minal’alam: Menjaga Lingkungan Bernilai Ibadah

by mahanpedia
September 2, 2021
0
2.1k

Akhlak Mulia Generasi Zaman Now

by mahanpedia
September 16, 2020
0
1.8k

5 Hal Misterius tentang Amado

by mahanpedia
September 6, 2021
0
1.6k

Mahanpedia

Mahanpedia adalah media belajar bersama untuk saling menginspirasi membangun kemajuan melalui gerakan literasi.

  • Kirim Tulisan
  • Tim Redaksi
  • Kontak

© 2020 Mahanpedia.id – Inspirasi untuk kemajuan.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Teras Mahan
  • Artikel
    • Opini
    • Essay
    • Reportase
    • Profil
  • Sastra
    • Puisi
    • Cerpen
    • Resensi
  • Resonansi

© 2020 Mahanpedia.id