Oleh: Salman Rifqi Saputra
Muhammadiyah, sebuah organisasi Islam yang sudah banyak orang tahu dan banyak dari mereka yang merasakan dampak positif dari hadirnya organisasi yang digadang-gadang sebagai organisasi terkaya di dunia, memang demikian faktanya. Muhammadiyah hadir sebagai organisasi yang bergerak di pelbagai sektor vital dalam kehidupan umat manusia. Mulai dari pendidikan, kesehatan, ekonomi dan lain sebagainya. Sebut saja pendidikan, sudah tidak perlu diragukan lagi bahwa Muhammadiyah dengan jumlah yang cukup fantastis. Bayangkan saja sekelas ormas mampu mendirikan 162 perguruan tinggi dan 3334 sekolah yang tersebar di belahan bumi Indonesia.
Meskipun Muhammadiyah sudah mampu mendirikan banyak sekolah dan perguruan tinggi, namun apa yang sudah didirikan juga harus dirawat supaya tetap ada inovasi-inovasi kekinian sehingga tak lekang oleh zaman. Hari ini tidak sedikit juga sekolah-sekolah Muhammadiyah yang sudah mulai sepi, tidak lagi menjadi sekolah favorit, apalagi rujukan. Generasi milenial hari ini mungkin ketika hendak memilih sekolah, yang mereka pilih adalah sekolah dengan gedung yang megah dan mentereng, fasilitas yang memadai untuk segala aktifitas ektrakulikuler serta berbagai pertimbangan lainya. Pemikiran milenial seperti ini tidak 100% salah, mungkin karena zamannya yang membuat pola berpikir mereka seperti itu.
Mungkin yang perlu kita lakukan adalah bagaimana terus berinovasi dan berkreasi supaya sekolah-sekolah Muhammadiyah yang sudah mulai reyot dan terlihat usang bisa segera diperbarui. Baik bentuk fisiknya ataupun sumber daya yang ada di dalamnya. Bisa dengan pembinaan yang sifatnya tidak mesti formal ataupun bisa dengan melakukan beberapa inovasi yang lain. Yang unik adalah banyak pimpinan Muhammadiyah yang kreatifnya keblabasan. Alih-alih men-support AUM yang sudah ada, ini malah mendirikan yayasan pendidikan yang ladang garapannya sama. Penulis tidak habis pikir, bagaimana mungkin seorang yang sudah diamanahi umat sebagai pimpinan ataupun unsur pembantu pimpinan seperti Majelis Dikdasmen, Majelis Kader serta majelis-majelis yang lain malah membuat sekolah tandingan.
Tentu ini merupakan oknum yang sangat tidak pantas berada di jajaran pimpinan dan unsur pembantu pimpinan di Persyarikatan Muhammadiyah. La wong sekolahnya sendiri saja masih ada yang terseok-seok, merangkak dan kesulitan untuk sekedar membangun Gedung dan mencari siswa. Mereka malah asyik dengan berinovasi membangun sekolah dan yayasan lain yang sudah pasti menjadi pesaing sekolah Muhammadiyah. Memang tidak ada larangan dalam bentuk tertulis bahwa pimpinan di Muhammadiyah tidak boleh mendirikan sekolah non-Muhammadiyah, tetapi ini lebih kepada etika terhadap umat yang sudah memberikan amanah tersebut ketika permusyawaratan berlangsung.
Dalam hal ini pimpinan dan unsur pembantu pimpinan (majelis) harusnya lebih peduli terhadap sekolah Muhammadiyah yang dindingnya sudah mulai reyot atau jumlah muridnya yang berkurang, bukan malah membangun sekolah dan yayasan non-Muhammadiyah!
Editor: Renci
Setuju padahal masih banyak sekolah yang kurang murid dan sekolahnya mungkin bisa di katakan sesikit tidak sempurna banyak dari para pimpinan memilih membuat yayasan dengan segala upaya padahal aum2 masih banyak memerlu kan biaya yang begitu besar namun malah di abai kan oleh pandangan nya
Maaf saya hanya menyatakan pendapat saya maaf kalo saya terlalu
Artikel yang sangat mencerahkan dan menggugah kader-kader muda yang selalu berkemajuan yang anti keder….