Oleh: Bagus Ragil Pratama
Sebagai warga negara yang baik, di negeri ini hampir tidak ada yang tidak mengenal Bapak Proklamator Republik Indonesia yaitu Bapak Ir. Soekarno. Tokoh yang menjadi presiden pertama bagi negara ini sangat dikagumi bahkan bukan hanya di Indonesia namun juga di Negara lain. Bahkan di beberapa negara nama beliau di abadikan menjadi nama jalan atau nama-nama yang itu dimaksudkan untuk mengenang prestasi beliau. Lebih daripada itu Bapak pendiri bangsa tersebut juga di buatkan film dokumenter tersendiri yang berjudul “Soekarno”. Film yang di rilis pada Tahun 2013 tersebut sangat populer, selain diperankan oleh banyak aktor dan aktris terkenal film tersebut juga di sutradarai oleh sutradara ternama yaitu Hanung Bramantyo.
Film tersebut sangat laris apalagi dalam momen hari kemerdekaan atau hari kesaktian pancasila. Hampir setiap hari besar kenegaraan film tersebut diputar, kurang lebih dengan tujuan mengingatkankan kembali seluruh elemen masyarakat bangsa ini bahwa dalam memerdekakan Bangsa ini tidaklah mudah. Namun banyak berguguran darah dari pahlawan bangsa serta dipenuhi dengan milyaran air mata yang tumpah karena banyak keluarga kehilangan anggota keluarganya. Harapanya dengan diputarnya film tersebut dari tahun ke tahun dapat memunculkan kembali semangat Nasionalisme Bangsa ini untuk memperjuangkan dan memajukan Negara kita yang di bangun dengan darah dan air mata.
Namun sesungguhnya, film dokumenter tentang perjuangan Bangsa Indonesia dalam mengusir penjajahan bukan hanya berasal dari film “Soekarno” saja. Namun terdapat beberapa film lain yang juga dapat membangkitkan nasionalisme masyarakat dengan di putarnya film-film tersebut. Sebut saja film Janur Kuning, G30S/PKI, Jenderal Sudirman, Merah Putih, Wage, Soerabaja 45, Battle of Surabaya, Tjoet nya’ Dhien, November 1828, Serangan Fajar, dll. Di bandingkan dengan film Soekarno, memang film-film tersebut kalah populer serta kalah rating karena film-film tersebut dulu hanya bisa dilihat di layar lebar atau kalau di kampung-kampung hanya bisa dilihat kalau ada yang menanggap layar tancap. Dewasa ini ketika dunia pertelevisian sudah semakin maju, ternyata tidak semua film-film tersebut populer ataupun dipopulerkan. Padahal dalam film-film tersebut tersirat makna perjuangan yang senilai dengan film Soekarno. Maka generasi muda bangsa Indonesia hari ini bisa dikatakan sedikit sulit mencari referensi perjuangan kemerdekaan bangsa ini bahkan mungkin banyak yang tidak tau bahwa bangsa ini dibangun oelh banyak sekali Pahlawan.
Tentu bukan bermaksud untuk mendiskreditkan Prsiden Soekarno, namun dengan dipopulerkan kembali film-film tersebut di layar kaca Indonesia harapanya mampu menambah wawasan kebangsaan masyarakat Indonesia. Paling tidak generasi muda kita mampu menyebutkan nama-nama Pahlawan selain Bung Karno dan Bung Hatta. Mereka juga patut tau bahwa ada pahlawan yang bernama Jenderal Ssudirman, Bung Tomo, Jenderal Ahmad Yani, Cut Nyak Din, dan nama-nama pahlawan yang lain.
Dengan demikian generasi bangsa ini akan mampu mengenal bangsa ini dengan lebih mendalam sampai ke akar sejarahnya. Sehingga bangsa kita tidak akan abai akan tanggung jawabnya untuk mengisi kemerdekaan hari ini. Namun sebaliknya hari ini yang bisa kita lihat adalah nasionalisme yang mulai memudar. Banyak siswa-siswi SD yang bisa jadi lebih hafal lagu-lagu band atau DJ dibandingkan lagu-lagu wajib Nasional. Juga perlu dihindari adanya mahasiswa yang tidak paham tentang awal mula perjuangan bangsa Indonesia sehingga kehilangan hasrat untuk mendampingi masyarakat dalam mengisi kemerdekaan. Harapannya pembangunan kembali Ideologi Bangsa Indonesia harus dilakukan secara massif dan terorganisir dari masyarakat kalangan bawah sampai kepada pejabat elit politik kita. Sehingga masyarakat bawah kita sadar untuk tidak berbuat kriminal demi memenuhi kebutuhan sehari-hari, para elit pejabat juga sadar untuk tidak menggunakan hak orang lain untuk masuk ke kantong pribadinya masing-masing. Kemerdekaan bukan hanya sekedar mengusir penjajah dari tanah kita sendiri. Namun merdeka artinya juga adalah memakmurkan dan menyejahterakan masyarakat Indonesia sehingga bangsa menjadi Bangsa yang besar. Dengan bermodalkan konstruktivisme ideologi, maka narasi-narasi kebangsaan yang pudar akan kembali menebal, sehingga dapat memperjelas bahwa tidak ada yang boleh mendikte Bangsa Indonesia. Jika ini berhasil maka kedepan akan banyak kita temui generasi yang berani mati demi memperjuangkan dan mempertahankan aset Negara kita den melawan siapapun yang berniat menghancurkan Indonesia.
Editor: Renci